20. APRICITY

188 8 2
                                    

Kurang ajar!

Amora menatap ponsel ditangannya dengan tatapan bengis. Gadis itu bahkan meremas benda pipih itu dengan sedikit bertenaga.

"Duh, santuy. Hp gue bisa retak kalau lu genggam kayak gitu, Mor." Sira menatap miris ponsel kesayangannya itu.

Entah apa yang terjadi, setelah menerima panggilan dari Anizhar bumi satu itu menjadi emosi. Sementara Amora lantas mengembalikan ponsel sahabatnya itu dengan sedikit kesal.

"Amit-amit gue nikah sama tu orang." Amora mengelus perutnya yang berbuncit. Dia tidak dapat membayangkan gambaran kehidupan pernikahannya dengan Anizhar kelak.

"Anizhar lumayan loh, Mor. Dia lebih ganteng dari Varga plus dia penerus satu-satunya keluarga Shailendra. Dijamin hidup anak cucu Lo bakal makmur 10 turunan," ujar Sira yang langsung mendapatkan ngeri dari Amora.

"Ga perlu kaya, yang penting hidup gue makmur. Sifat dia yang kayak gitu membuat gue ga yakin kalau kita bakal hidup makmur."

"Kalau gue mah, selama ada duit hidup gue bakal makmur."

Tak!

Amora menjitam jidat sang sahabat. "Mata duitan."

Sira tertawa kecil, gadis itu mengusap dahinya yang terkena jitakan. "Dah dah, sana siap-siap pasti mau disamperin ayang."

Amora mendengus sembari memutar bole mata. Gadis itu lantas segera bersiap dengan malas.

.O.

"Ayo."

"Gue bisa sendiri." Amora menolak dengan ketus uluran tangan Anizhar, menilih untuk keluar mobil dengan mandiri.

"Terserah," balas Anizhar kemudian lelaki itu jalan terlebih dahulu.

Saat tiba di luar, Amora memandang gedung dihadapannya. Beberapa kerutan tercetak di dahi ibu hamil itu. Merasa aneh dengan gedung dihadapannya, Amora lantas segera menyusul langkah Anizhar.

"Tempat apa ini?" Amora menarik ujung pakaian lelaki itu.

"Club." Sontak Amora melotot garang. "Gak gak! Gue mau pulang!"

Sebelum tubuh Amora benar-benar pergi, Anizhar buru-buru merengkuh pinggang gadis itu. "Nurut atau lo ga akan pernah pulang."

"Apa-apaan sih, Zhar. Gue lagi hamil malah lo ajak ke tempat kayak gini."

"Kita seru-seruan, Amora. Gue butuh hiburan."

Amora memberontak. "Lo yang butuh hiburan bukan gue!"

"Gue ga menerima penolakan."

Tenaga Anizhar yang jauh lebih kuat membuat Amora tak berdaya. Meski gadis itu sudah memberontak, Anizhar tetap saja dengan mudah menarik tubuhnya dengan paksa untuk masuk lebih dalam.

Begitu mereka tiba di dalam, suara dentuman musik DJ menyambut Amora. Perempuan itu berkali-kali mengucap istighfar dalam hati saat melewati berbagai manusia yang tampak mabuk.

"Masuk."

Amora menggeleng. Seolah tidak mengindahkan reaksi Amora, lelaki itu mendorong tubuhnya untuk masuk ke sebuah ruangan, bahkan tidak lupa untuk mengunci pintu.

"Kamar?" Beo Amora, gadis itu mengamati ruangan tempat mereka berada. "Lo mau ngapain!" Amora berteriak panik saat Anizhar semakin maju hingga membuat dirinya jatuh terduduk di kasur yang empuk.

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang