15. APRICITY

111 7 6
                                    

Suara dentuman musik menyambut kehadiran Amora dan Sira begitu mereka memasuki sebuh rumah tempat diselenggarakannya pesta. Lampu yang dimatikan membuat Amora kesulitan untuk melihat wajah orang-orang. Ditambah ruangan ini dipenuhi oleh banyak orang yang sedang berjoget ria.

"Ternyata gini ya pesta orang kaya," komen Sira yang ditanggapi Amora dengan sebuah ringisan.

Ini kali pertama mereka menghadiri pesta seperti ini. Ternyata sangat mirip seperti di film-film, bahkan Amora dapat melihat beberapa orang yang berjoget sembari mabuk. Tidak lama kemudian, suara musik berubah. Orang-orang mulai mencari pasangan.

"Kita ke tepi aja yuk." Amora hanya pasrah tangannya ditarik oleh Sira untuk menuju tempat yang lebih longgar.

Rupanya Sira menariknya menuju meja dekat berbagai makanan berjejer. Gadis itu cukup pintar memilih tempat, "pintar banget ya milih tempat."

Sira tertawa. "Sekalian makan, mumpung gratis kan." Tangannya bergerak mengambil sebuah kue macaroni. "Enak loh, Mor." Komennya setelah menggigit macaroni itu.

"Mana sini satu."

"Nih!"

Amora memasukkan kue macaroni kecil itu dalam sekali suapan, ternyata benar yang dikatakan Sira.

"Mor."

"Hmm?"

"Inget gak dulu sewaktu pesta sehari setelah ujian itu. Lo ngebet banget balik sampe nekat minum itu, sekarang lo ga mau nyoba?" Sira menunjuk pada sebuah gelas dengan minuman alkohol di dalamnya.

Sontak Amora menampar tangan Sira pelan. "Gue khilaf saat itu." Lagipula tidak mungkin dirinya minum minuman seperti itu disaat hamil.

"Hahaha... omong-omong lu ga mabuk? Soalnya gue ga balik ke kost hari itu kan."

Deg!

Perkataan Sira membuat Amora terdiam untuk sesaat. Gadis itu mencerna ucapan sang sahabat dengan baik-baik dan jika diingat-ingat Amora saat itu sempat pingsan. Kemudian, dia juga sedikit ingat bahwa dirinya sempat terbangun di sebuah kamar asing. Amora tidak terlalu ingat, karena mabuknya sangat parah hari itu dan Amora tidak terlalu memikirkan kejadian saat itu.

"Gue mabuk," jawabnya kemudian.

"Lalu?"

Saat Amora hendak kembali berbicara, kehadiran sosok Chana yang berjalan ke arah mereka berdua mengurungkan niat Amora. Gadis itu kembali menutup rapat mulutnya.

"Udah gue duga, kalian pasti datang. Gimana makanannya, enak kan?"

"Iya enak." Jawab Sira sembari tersenyum canggung.

Chana tarsenyum manis. "Syukurlah, gue secara khusus minta koki gue yang dari Prancis untuk bikin hidangan malam ini."

"Waw, pantesan pas gue makan langsung berasa di Paris," ucapan Sira sontak mendapatkan sikutan dari Amora dan tawa dari Chana.

"Hahaha, kalian lucu. Have fun!"

Sira dan Amora mengangguk, mereka berusaha menampilkan senyuman terbaik mereka.

"Lihat deh Chana, cantik banget. Kapan ya gue punya body kayak dia."

Amora menaruh pandang pada Chana yang tengah menghampiri tamu lain. Tubuh gadis itu memang sangat idaman dan Chana tampak cantik dalam balutas dres putih mininya. Rambutnya yang dikucir tinggi membuat leher jenjang Chana terlihat begitu memukau. Cara dia berjalan, saat mengobrol, bahkan saat makan tampak begitu berkelas. Berbeda dengan dirinya dan Sira yang kampunga.

"Diet dulu." Perkataan Amora sontak membuat Sira berwajah masam. Sira paling tidak bisa jika disuruh diet, gadis itu mudah sekali tergoda oleh makanan di dunia ini.

"Mor kalau gue tinggal sebentar boleh gak?"

Kedua alis Amora menyatu. "Gue bukan anak kecil."

"Hehehe, tunggu disini dulu ya. Gue kebelet."

Amora menggelengkan kepala maklum. Gadis itu melambaikan tangan meminta Sira untuk segera menuntaskan hajatnya.

Semakin lama Amora berada di ruangan ini, Amora semakin tidak tahan. Beberapa kali dia berbatuk saat menghirup asap vape dan rokok yang terjebak di dalam ruangan. Alhasil, gadis itu bergerak keluar dari bangunan hingga tiba di dekat panggung yang ada di luar.

Keadaan di luar juga tidak jauh berbeda dari di dalam. Amora bahkan dapat melihat beberapa orang yang tengah bercanda ria di tepi kolam dan dia juga melihat beberapa buaya darat yang tengah bermain-main dengan para wanita. Nilai plus ditempat ini adalah udara di luar lebih banyak dan sedikit lebih longgar.

Amora sedikit menyingkir saat seseorang membuka sebotol alkohol yang langsung mengeluarkan pancuran hingga membasahi beberapa tamu. Gadis itu juga dengan berhati-hati melewati pinggiran agar tidak tercebur ke dalam kolam yang mengerikan itu.

Duk!

Meski sudah berhati-hati, nyatanya Amora bernasib sial. Gadis itu sempat melihat beberapa pasang mata yang tengah tersenyum saat melihat tubuhnya melayang hingga tercebur kolam. Suara tubuhnya yang tercebur membuat mereka mengalihkan perhatian dan langsung tertawa.

Sementara Amora merasakan perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan kembali muncul. Gadis itu memiliki sebuah ketakutan terhadap air dan sialnya saat ini ketakutannya itu kembali hadir begitu tubuhnya tercebur ke kolam.

Amora bergerak-gerak dengan panik di dalam air, akan tetapi bukannya terangkat, tubuhnya justru semakin tenggelam. Gelembung-gelembung udara keluar dari mulutnya karena Amora berusaha untuk mengambil napas tetapi dia lupa sesaat bahwa dirinya berada di dalam air. Ditengah kesadarannya yang nyaris menghilang, Amora merasakan sikutnya mengenai sesuatu.

"Hah...." Buru-buru Amora menghirup udara begitu kepalanya mencapai udara. Dadanya naik turun dengan tak beraturan berusaha mencari pasokan oksigen.

"Heyy calm down." Bisik orang itu saat Amora bergerak panik dalam dekapannya. Sementara Amora dengan panik berusaha menutupi perut bahkan dirinya yang belum sepenuhnya sadar dari ketakutan.

"P-perut gue, hiks." Amora memeluk perutnya, memastikan bahwa perutnya masih buncit.

Kepala Amora ditarik oleh sebuah tangan hingga wajahnya menyentuh langsung leher orang itu. Matanya buram dan tubuhnya menggigil, Amora hanya pasrah saat orang itu membawa dirinya pergi meninggalkan tempat itu. "Lo aman."

.O.

"Siapa ayahnya?"

Amora mendongak. Gadis itu menyelami iris coklat gelap milik sosok yang tengah duduk dihadapannya. Selanjutnya ia kembali menunduk sebab enggan menjawab pertanyaan itu.

"Gue tanya sekali lagi, Who is the father of your baby?"

Amora masih membisu, membuat lelaki itu sontak mencengkram kedua bahu Amora. "Lo bisu?"

Amora menepis tangan yang mencengkram bahunya, gadis itu menatap langsung kedua bola mata lawannya dengan ekspresi kesal. "Bukan urusan lo! Siapapun ayahnya enggak ada hubungannya sama lo!"

Gigi pemuda itu bergemelatuk. "Sudah berapa lama? lo gila, memilih untuk mempertahankan anak haram itu!"

"Dia bukan anak haram! Dia anak gue! Anak gue!"

"Anak lo itu udah membuat masa depan lo hancur Amora!"

"Meski masa depan gue hancur, itu bukan urusan lo! Cukup tutup mulut dan anggap lo ga tahu apa-apa, Anizhar."









29.05.2024

JIAKSSSS, AKU MAJU MUNDUR MAU UPDATE CHAPTER INI HEHEHEE

VOTE DAN KOMEN BEB🩷 Follow Ig : @camoryaini._ dan WP : camoryaini untuk update selanjutnya.

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang