"Memalukan!"
Suara bariton yang nyaris mirip dengan miliknya menyambut kehadiran Anizhar. Putra sekaligus anak yang digadang-gadang sebagai pewaris selanjutnya seluruh kekayaan Shailendra itu mengarahkan pandangan tidak bersahabat pada sosok yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan penuh wibawa.
"Seperti ini rupanya balasan yang kamu berikan, setelah segala upaya yang saya lakukan untuk membebaskan kamu dari cengkraman wanita iblis itu."
Kedua tangan Anizhar mengepal di kedua sisi tubuhnya.
"Saya kecewa dengan mu, Anizhar. Lihatlah gadis yang akan kau nikahi itu, sangat tidak bermartabat. Sangat jauh dari putri Charvi. Saya tidak dapat membayangkan keturunan Shailendra seperti apa yang akan terlahir dari rahim wanita sepertinya."
"Terlalu banyak bicara. Bersikaplah seperti biasanya, Pa." Setelah lama terdiam akhirnya Anizhar mengeluarkan suara.
Pria paruh baya itu melirik tajam kearah sang putra. "Kamu membuat keluarga ini malu. Kamu sangat mirip dengannya yang gemar bersikap semena-mena dan berakhir mencoreng reputasi keluarga ini."
"Jika anda tidak lupa, reputasi keluarga ini sudah rusak sejak anda menikah dengan ibu saya."
Absena terdiam dengan pandangan tajam ke arah sang putra. "Saya salah tidak menghabisi kalian lebih awal."
Anizhar terlalu terbiasa untuk menghadapi situasi seperti ini. Hidup sebagai seorang Shailendra, Anizhar terbiasa menjalani hari-hari yang keras. Kejam, kasar, dan tidak berbelas kasih merupakan Shailendra yang sebenarnya. "Tenang saja. Saya pastikan dia tidak mempermalukan keluarga ini."
"Tepati itu. Saya tidak mentolerir kesahalahan untuk yang kedua kalinya. Jika perlu, ambil saja bayinya dan besarkan seorang diri."
Anizhar menatap wajah sang ayah dengan pandangan tajam, begitupula dengan Absena. Suasana diantara kedua manusia beda genarasi itu bahkan kian memanas.
Tubuh mereka berdua seolah-olah dilingkari oleh aura hitam pekat. Setidaknya hingga sebuah suara berhasil mengambil atensi keduanya."Maaf menganggu, om. Saya ingin menyampaikan kabar kepada Anizhar."
"Pulang, gue ga butuh." Anizhar mengeluarkan aura ketidaksukaannya tatkala menatap sosok lelaki yang sedikit lebih pendek darinya itu.
"Katakan." Berbeda dengan Anizhar, ayah dari pemuda itu justru memberikan izin kepada sahabat sang putra untuk berbicara.
"Chana drop, dia butuh Lo."
"Kana dan Charvi sudah tahu?" Bukan Anizhar yang menjawab, justru sang Absena lah yang melontarkan pertanyaan itu.
Varga mengangguk, pemuda itu melirik sang sahabat sebelum kemudian menjawab pertanyaan itu. "Sudah om. Mereka dalam perjalanan kembali dari Melbourne."
"Sampai mereka tiba, kalian jagalah putri mereka."
"Tidak."
"Saya tidak menerima bantahan. Lagipula dia mantan mu."
Anizhar mengepalkan tangannya. "Sebenarnya apa yang kau inginkan," desis lelaki itu kemudian membawa tubuhnya meninggalkan kediaman Shailendra.
"Kamu, awasi anak itu."
"Baik om."
.O.
"Maaf."
Anizhar mengurungkan tangannya yang hendak membuka handle pintu.
"Seharusnya gue jujur ke lo sejak awal." Varga lelaki itu menatap punggung sahabatnya. Sudah lima hari sejak kejadian hari itu dan hubungan mereka perlahan renggang.

KAMU SEDANG MEMBACA
APRICITY
Підліткова література"Lo hamil tapi gak tahu siapa ayahnya. Bahkan lo ga mikir gimana lo bisa hamil. Kalau ga tolol apa namanya, bego?" ──── Amora Keylani, gadis beruntung yang memperoleh beasiswa prestasi di Biantara High School. Hidupnya yang biasa-biasa saja membuat...