08. APRICITY

125 5 2
                                    

"Lo nyaris ngebuat gue gila, Mora."

Kini Amora tengah berbaring di ranjang rumah sakit dengan tangan terpasang selang infus. Gadis itu tidak di rawat, tetapi dokter memintanya untuk menghabiskan cairan infus sebelum pulang.

"Ya maaf, aunty Sira."

"Tell me, who's it? Siapa yang udah ngelakuin semua ini ke elu!"

"Kalau gue bilang, lo mau ngapain?"

Sira kesal, bisa-bisanya Mora betanya. "Gue mau balas dendam!" ketusnya.

Amora terkikik geli. "Ga perlu khawatir, gue udah aman kok."

"Lo sadar ga sih Mor? Ini kedua kalinya elu masuk rumah sakit. Gue bakal kejar tujuh hari tujuh malam kalau sampe calon keponakan gue kenapa-kenapa!" Sira mengacak rambutnya frustasi.

"Buktinya dia baik-baik aja."

"Bodo lah! Jangan hentikan gue kalau sampe dia terancam!"

"Iya-iya, aunty Sira. I'm sorry, please forgive me."

Sira menoleh ke arah lain. "Hump! Gue nyari makan dulu, jangan kabur!"

"Gue ga bisa kabur," ujar Amora sembari mengangkat tangannya yang terpasang infus.

"Sip!"

Tidak lama setelah kepergian Sira, seseorang memasuki ruang rawat Amora. Dia adalah Varga, lelaki dengan senyum manis yang membantu Sira mencari dirinya.

"Hai, gimana keadaan lo?"

"Totally fine."

Varga tersenyum, lelaki itu meletakkan ranjang buah di atas nakas dekat ranjang. "Semoga kejadian kayak gini ga terulang lagi ya."

"Ga yakin, gue. Hahaha." Bagaimana dia bisa yakin jika sahabat cowok ini  paling berpotensi menjadi pelaku yang bisa membuat Mora masuk rumah sakit kapan saja.

Varga tersenyum tipi, dia tentu saja mengerti maksud Amora. "I'm sorry about, him. Dia memang agak temperamen, tapi aslinya baik kok."

"Bukan salah lo. Btw, where is he?"

"Balik. Dia ada janji makan malam bareng Chana."

"Chana?" Ulang Amora, merasa tidak asing dengan nama itu.

Varga pun menganggu. "She's his girlfriend."

Amora menganggukan kepala. Meski dia sering melihat gadis itu sedang bersama Anizhar, Morana tidak pernah tahu namanya. Mungkin dia pernah mendengar dari orang lain, tetapi entahlah dia juga lupa. Amora bukan tipe yang terlalu mengurusi kehidupan orang lain. Berbeda dengan sahabatnya itu yang selalu update soal gosip.

"Lo? Enggak ngedate bareng pacar lo?"

Mendengar pertanyaan polos Amora, Varga tertawa. "Gue jomblo."

"Ugh, I'm sorry."

Lagi-lagi Varga tertawa, merasa aneh dengan ungkapan maaf gadis itu.

"Ketawa mulu. Gue aneh kah?"

"Very weird. Gue ga sengenes itu sampe lo harus minta maaf."

Amora tersenyum malu. "Tenang, bro. Gue juga jomblo sejak lahir kok!"

"We same."

Amora mengangguk. "Sira juga! Kalau lo mau, gue bisa comblangin elu sama dia!"

"Then how abt you? Lu gak mau comblangin diri lu sama gue?"

"Hah?" Beo Amora, tiba-tiba saja otaknya menjadi lemot.

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang