31. APRICITY

1.8K 108 6
                                    

Mual dan pusing Amora tidak separah kemarin. Hari ini, dia hanya merasa mual sekali saat bangun tidur. Anizhar yang kebetulan berpapasan dengannya selepas mandi pun lantas membantu tanpa banyak bicara.

Amora tidak menolak bantuan yang diberikan Anizhar. Dia justru merasa nyaman terlebih saat mencium aroma tubuh Anizhar yang mampu membuat mualnya reda. Bahkan ia dengan pasrah membiarkan tubuhnya kembali melayang dalam gendongan pria itu.

Setiap kali Amora merasa mual, dia akan diam-diam mendekati Anizhar. Akan tetapi, saat ini lelaki itu tidak dapat ia temukan dimana pun, sehingga Amora beralih untuk mencuri sebuah kemeja dari gantungan baju Anizhar. Sontak aroma musk yang samar, bercampur kehangatan khas tubuh Anizhar, mengisi kekosongan rongga hidungnya. Ia mengangkat kemeja hitam polos itu ke hidung, menghirup dalam-dalam seolah menghisap seluruh jiwa yang ada dalam kemeja itu.

Amora menyukainya. Bahkan terbesit pemikiran jahat di benaknya──

"Lo ngapain?"

Suara berat Anizhar memecah keheningan membuat Amora tersentak. Tangannya hampir saja menjatuhkan kemeja itu. "Nggak...nggak apa-apa!" jawabnya gugup, buru-buru menggantung kembali kemeja itu di tempatnya.

Amora segera berbalik, tapi sorot matanya menghindar dari wajah Anizhar. Dalam hati, ia menjerit malu, karena kemunculan Anizhar yang tiba-tiba. Dia berharap lelaki itu tidak melihat tingkah Amora.

Sayangnya, Anizhar telah berada di sana selama sepuluh menit. Mengawasi punggung Amora yang diam-diam memeluk kemeja hitam polosnya dengan mesum.

Anizhar mengambil kemeja hitam yang tadi dipegang Amora, memeriksa sebentar sebelum menyunggingkan senyum geli ke arah sang istri. “Lo punya fetish sama kemeja gue, ya?” tanya nya santai, tetapi terdengar seperti godaan di telinga Amora.

“Apaan sih!” Amora menghentakkan kaki, wajahnya semerah tomat.

"Dasar mesum!"

Amora menatap Anizhar dengan sebal. "Gue ga mesum, gue hanya menuruti kemauan debay!"

Anizhar tertawa kecil. Ucapan Amora terdengar seperti alasan yang dibuat-buat di telinganya. "Gue ga nyangka, perempuan yang ga jago di ranjang ternyata mesum juga. Kalau lo mau, kita bisa ngelakuin itu lagi, Mor," godanya mengerlingkan mata.

"ANIZHAR!!" Amora memekik keras, wajahnya semakin merah, sementara Anizhar tertawa terbahak-bahak, puas melihat reaksi istrinya.

Saat tawanya mereda, dia mengulurkan kemeja itu ke arah Amora. "Buat lo kalau suka."

"Ga makasih!" Amora menyentakkan tubuh ke arah lain, menolak dengan lantang kebaikan dari Anizhar.

Anizhar hanya menggelengkan kepala pelan. Terus menggoda Amora sampai suara dering ponsel yang berasal dari saku celananya menghentikan.

Seketika raut wajahnya berubah dingin tatkala melihat nama di layar.

Papa

Anizhar menempelkan permukaan ponsel ke telinga kanannya dan menjawab dengan nada datar, kontras dengan sikapnya beberapa saat lalu. “Ada apa?” tanyanya pendek.

Beberapa detik kemudian, ekspresinya makin tidak bersahabat. “Oke." Ia menutup telepon disusul desahan keras, seolah menahan emosi.

Percakapan di telepon tidak dapat Amora dengan, tetapi ia merasakan ketegangan dari ekspresi Anizhar yang semakin menggelap.

"Ok," jawab Anizhar dingin sebelum menutup telepon dengan desahan keras, seolah berusaha menahan emosi yang memuncak.

"Siapa?"

APRICITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang