33

4 0 0
                                    

Bab 33 : Did You Just About to Forget Me?

ARI MEMBAYAR MAKANAN MEREKA, Allya masih menunggu di bangkunya karena ia belum selesai minum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ARI MEMBAYAR MAKANAN MEREKA, Allya masih menunggu di bangkunya karena ia belum selesai minum. Allya ingin mengambil tissue, namun kotak tissue di depannya ternyata kosong, ia pun menoleh ke meja sebelah, namun dirinya terlalu sungkan untuk memintanya.

Lalu seseorang sangat peka menyodorinya beberapa lembar tissue, "Thank Ri," ujarnya tanpa melihat orangnya.

Allya menoleh, dan itu bukan Ari, "Sorry," ujarnya.

"Boleh kita ngobrol sebentar Al?" tanya pria itu.

Ari kembali dari kasir, "Ngobrol aja gue tunggu,"

Allya menoleh, dan berpikir lama, "Kayaknya lo balik dulu aja, makasih ya udah di traktir ramen, gue mau nyelesaiin sesuatu yang belum selesai," ujar Allya.

"Okay, kabarin kalau udah di rumah," ujar Ari.

Wajah pria itu sangat kesal namun ia juga tak berhak melarang Allya.

"Kita ngobrol di taman ya Al," ujar Septian.

Allya tak menjawab, dan hanya mengangguk lalu beranjak dari kursinya dan mulai berjalan, ia mengeluarkan sebatang rokok dari tas kecilnya, ia mengisapmya sambil berjalan menuju taman, diikuti Septian di sebelahmya.

Keduanya terasa asing.

Tak begitu lama, mereka akhirnya menemukan bangku kosong untuk duduk.

Septian menangkup wajahnya sendiri, lalu menyisir rambutnya kebelakang. Gadis sebelahnya terlalu kacau untuk ia pandang, dan rasa bersalahnya lebih besar dari apapun.

"Allya,"

Allya menoleh menatap mata pria itu.

"Aku minta maaf,"

"Atas apa?" tanya Allya.

"For everything, aku mikir yang engga engga tentang kamu, padahal aku sendiri yang rendah," ujar Septian.

"Aku juga salah kok, lagian cewek kaya gue mana pantes buat dicintai sepenuh hati,"

"Kok kamu ngomongnya gitu sih?" tanggap Septian.

"Aku hancur kak, I'm broke, aku juga salah gak bisa menuntaskan perasaan aku ke orang lain dan malah nerima kak Septian gitu aja, aku juga bukan cewek baik baik-"

"I'm broke and hopeless too Alliyah!" ujar Septian memotong perkataan Allya.

"Apasih yang ngebuat kamu menutup jalan untuk kita?" tanya Septian lagi.

"I'm not worthy for you, nah, for everyone too, videoku udah kesebar, gak mungkin satu angkatan engga tau gimana bentukan luar dalamnya anjing!" ujar Allya kesal, bahkan suaranya bergetar untuk sekedar melampiaskan kekesalan itu.

Allya merasa dunia ini tidak pernah berpihak kepadamya, bahkan penjahat seperti Jef saat ini masih bisa berkeliaran dan belum ketangkap juga.

Allya segera membuang rokoknya, bahkan rokoknya yang manis kini terasa pahit, sepahit hidupnya.

"Aku gak nonton videonya Allya, aku gak peduli, siapapun kamu dulunya, yang aku cintai tetep Alliyah yang pagi pagi minta disamperin dan nangis sesenggukan didepanku untuk pertama kalinya, yang aku cintai juga Alliyah yang berani ngejambak rambut Utari balik, just you, only you!"

"Aku tau aku salah Al, tapi tolong beri aku kesempatan untuk memperbaikinya," lanjut Septian.

Allya mengalihkan pandangannya ke langit, ia menangis sejadi jadinya, ia tetap tak mau orang seperti Septian menambah beban hidupnya dengan mencintai seorang Allya yang hancur dan berantakan.

"Kak, kamu pantes dapetin yang lebih baik," ujar Allya setelah mengusap kasar air matanya.

Septian pun, juga tak mampu menahan air matanya, pria yang terlihat kuat itu menangis diahadapan seorang wanita yang bahkan bukan siapa siapanya lagi.

"Allya, please," ujarnya frustasi.

"Kita putus aja Kak," ujar Allya sambil memejamkan matanya.

Allya sendiri yang mengatakan itu, tapi ia pun tak samggup menahan tangisnya, ia menggigit dinding pipinya agar suara tangisnya tak pecah kala itu, taman itu penuh, isinya tak hanya muda mudi namun juga keluarga keluarga yang sedang meluangkan waktunya untuk hang out bersaman.

"Aku antar pulang ya, untuk terakhir kalinya please jangan nolak Allya," ujar Septian.

Allya mengangguk, pria itu benar benar memanfaat hari ini untuk memuaskan kerinduannya pada gadis ini, ia menggandeng tangan Allya sampai kembali lagi di parkiran kedai Ramen tadi.

Septian segera bergegas mengantarkan gadis itu pulang, bahkan ia memperlambat laju motornya dan membiarkan Allya menangis di balik badannya.

Tak perlu waktu lama Septian sampai mengantarkan Allya sampai di depan rumahnya, Septian juga turun dari motornya dan menggandeng tangan gadis itu.

Tanpa aba aba Septian memeluk Allya yang masih menunduk karena menangis, pria itu juga mencium rambut wangi Allya, mereka berpelukan lama sekali seakan akan memang benar ini adalah kali terakhirnya.

Septian mulai melonggarkan pelukannya dan menciumi jari tangan Allya, "Aku bakalan tetap nunggu kamu, kalau suatu saat kamu balik lagi Al," ujar Septian.

Allya tak menghiraukan itu dan ia pergi masuk ke rumahnya tanpa melihat kebelakang setelah menutup pagarnya.

Allya malas sekali berinteraksi walaupun sepertinya keluarganya sudah tidur, ia tetap masuk lewat cat room dan langsung naik ke kamarnya.

Sesampainya dikamar Allya menangis sejadi jadinya, kebetulan kamarnya kedap, ia berteriak dan melemparkan wadah obatnya ke kaca, dan seketika kacanya dan juga obatnya hancur berceceran.

Allya sudah gila, ia menyadarinya dirinya gila. Ia sangat menginginkan Septian namun tak tega juga dengan Septian, mereka berdua sama sama sakit, seharusnya ada yang mengobati. Namun jika sama sama hancur bagaimana cara mengobatinya?

Allya membuka ponselnya dan ia memblokir semua kontak Septian dan langsung mengarsip semua postingannya bersama Septian.

Sumpah serapah ia lontarkan sambil menyebut nama Jef berkali kali, ia tak akan tenang sampai bajingan itu tertangkap, dan tak lama tenaganya habis ia meregangkan badannya di kasur sambil menatap seisi kamarnya yang berantakan dikarenakan dirinya sendiri yang sedang melampiaskan kekesalannya.

Walk On MajorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang