ALLYA DATANG KE SIDANG bersama dengan Roy, tentu saja ditemani kedua orang tuanya. Bahkan Allya pun duduk di samping Roy, karena korban terakhir adalah Agis, gadis itu duduk di persidangan juga. Gadis itu semakin kurus. Terlalu keji jika menguji kehidupan gadis yang bahkan keluarganya saja tak lengkap.
Pantas saja Roy bersikukuh menolak perasaan Allya meskipun ia memiliki rasa juga terhadapnya, namun ia sudah berjanji akan melindungi semua orang yang tak bisa melindungi dirinya sendiri.
Allya masih memiliki kedua orang tua lengkap, bahkan memiliki banyak teman dan sahabat yang saling menyayangi, sedangkan Agis hidup sebatang kara, tidak memiliki penyemangat, harapannya hanya Roy satu satunya.
"Menurut KUHP Pasal 289 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan itu Saya menyatakan, terdakwa akan dijatuhi hukuman penjara selama 9 tahun."
Tok... Tok... Tok...
Palu diketuk sebanyak 3 kali oleh hakim, tanda keputusan sudah bulat, semua korban dan juga keluarganya termasuk Allya tersenyum bahagia, ia reflek memeluk Roy yang duduk disebelahnya, bahkan ia sampai menghiraukan Ayah dan Ibunya.
Ibunya geleng geleng melihat kelakuannya.
"Gimana Al?" tanya Roy setelahnya.
"Makasih banyak ya Roy! maaf gue dulu sempat berpikiran buruk lo ada sangkut pautnya sama Jef brengsek itu," ujar Allya sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Its oke!" ujar Roy.
"Yaudah kayanya gue mau balik duluan nih, cepet samperin Agis sana!" ujar Allya tersenyum sangat ikhlas kala itu.
Roy mengangguk lalu bersalaman dengan kedua orang tua Allya, lalu Allya mulai berjalan mundur sambil melambaikan tangannya, Roy pun juga membalas lambaian tangan Allya.
"Roy makasih ya!" ujar Agis memeluk erat tubuh Roy.
"Sama sama, ayo kita pelan pelan bangkit, aku bakal anterin kamu sampai disana!" ujar Roy sangat lembut.
Agis berkaca kaca, lalu ia mengangguk.
"Actually I'm okay if you had e relationship with her," ujar Agis.
"Nggak, sudah habis masanya Gis, aku disini buat kamu sekarang!" ujar Roy.
LALU TIBALAH DI MALAM PROM, Allya benar benar datang bersama mantannya, Septian. Teman temannya yang juga diundang sudah stay di ballroom sejak lama, Allya mengenakan gaun yang sangat cantik berwarna hijau gelap.
Bahkan Septian sendiri ternganga melihat kecantikan gadis itu, perasaan mereka masih sama namun keadaan tidak akan membiarkan mereka bersama lagi.
Ia juga selalu mendapatkan update dari Allya, bahwa bipolarnya sudah mereda walaupun tidak akan hilang sampai kapanpun, katanya, kuncinya adalah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, dan tetap, biarkan bumi tetap berputar.
Namun Septian belum berhasil, ia belum bisa berdamai dengan semua masalah hidupnya.
Septian menggandeng tangan Allya sampai menuju ke ballroom.
Belum sampai masuk sudah ada Rendy, Gio dan juga Arief yang sedari tadi menunggu kedatangannya di depan pintu.
"Cieelah, dateng sama mantan tercinta nich!" ujar Rendy.
"Biasanya gak pernah ngomong sekalinya ngomong gak biasa, emang anjing lo!" ujar Arief.
Septian tersenyum lalu meninju lengan Arief pelan, "Thanks ya, emang lo paling ngerti deh Rief!"
"Aelah sialan, gue nih ga pernah muncul loh, sekalinya muncul juga ga lama, tega bener ya mulut lo pada!" ujar Rendy.
"By the way tema lo hari ini nyi blorong kah Al?" tanya Olla yang sedang bergelandotan dengan Gio.
"Nyo blorong matamu, nyi roro kidul ini anjir!" ujar Allya.
"Lah iyak!" ujar Arief, "Tapi kok nggak serem ya?"
"Berisik, gue masuk dulu lah mau minum," ujar Septian sambil menggandeng Allya dan segera mengajak gadis itu untuk masuk.
Tak lama acara segera di buka, semua orang berkumpul di ballroom menikmati performance dan beberapa perwakilan salam perpisahan, namun bukan itu intinya, sebentar lagi akan dilaksanakan dansa, dan setelahnya akan ada pemilihan king and queen of prom 2020.
Allya pun tak memungkiri, Septian selalu tampan, siapa yang akan tak betah menatapnya sedekat ini, matanya lekat menatap kedua bola matanya dan rasanya tak ingin beralih.
Septian merangkup tubuh Allya dan mendekatkan gadis itu pada tubuhnya, ia memegang pinggang Allya dan berbisik, "Please hold me like this is the last night I'm with you Alliyah!" ujar Septian.
Allya gugup bukan main, jantungnya rasanya seperti akan meledak, gadis itu pun menaruh kedua tangannya pada pundak Septian.
Dan akhirnya dansa dimulai.
Tentunya mereka berdua juga berpartisipasi.
"Kamu satu satunya perempuan yang bikin aku enggak bisa beralih Al," ujar Septian di tengah tengah dansa itu.
"Dan terima kasih juga kamu pernah membuatku merasakan bahwa kamu benar benar sayang sama aku kala itu," jawab Allya.
"Perasaanku ke kamu engga akan berubah sedikitpun, I promise!" ujar Septian.
"Kak," ujar Allya, gadis itu tersenyum lalu menghela napasnya pelan, "Jangan mudah berjanji atas sesuatu yang kita engga tau ujungnya," lanjutnya.
"Jadi kamu masih engga percaya sama aku Al?"
"Bukan gitu Kak Septian, sekarang aku lebih memilih membiarkan dunia sekitarku untuk tetap berutar, let it flow lah!" ujar Allya tersenyum.
Septian juga tersenyum lalu mengangguk paham, ia membelai rambut Allya, dan menangkup wajahnya, "Can I kiss you?"
Allya tak menjawab malah mencium pria itu duluan, Septian terpaku dan ia mulai membelai gadisnya dengan sangat sayang. dan tepat lampu dinyalakan keduanya menyelesaikan hal itu dan tersenyum.
Mari kita saling bercumbu dilain waktu Allya, semoga aku benar benar bisa menyembuhkan diriku sendiri, sehingga ada celah untuk kita bisa bersama lagi kapanpun itu, dan entah, terima kasih karena sudah pernah mengisi hari hariku, dan walaupun hanya sebentar, terima kasih untuk itu, thank for everything Allyah Roseanne Braunn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk On Major
Ficção AdolescenteIni tentang Allya, si gadis aneh bertubuh mungil dengan tatapan matanya yang tajam dan dalam. Bertemu dengan teman teman baru di SMA, membuatnya semakin berdeda dan tampak aneh. Pesonanyanya memang tak bisa dipungkiri lagi, dia manis dengan memilik...