7

112 5 0
                                    

BAB 7: Sebuah Awal dari Buku

"BAGUS YANG MANA?" Septian bertanya pada Allya agar Allya memilihkan bass yang akan ia beli.

Allya menaruh telunjuknya di depan jidatnya dengan gaya berpura pura memikirkan kemamuannya padahal pilihannya sudah di depan mata, tapi saat melihat harganya sangat tidak worth it.

Allya akhirnya membuat keputusan yang melawan kata hatinya.

"Yang ini bagus," ucap Allya.

"Oke kalau gitu gue ambil yang ini," diluar dugaan Allya, Septian malah mengambil bass yang sebenarnya adalah pilihan Allya yang pertama.

"Mending gausah tanya," Allya mencebikkan bibirnya kesal.

"Gue tau lo suka yang ini".

Allya mematung di tengah jalan, ditinggalkan oleh Septian yang sudah berada di depan kasir.

Allya masih terbayang, Septian ini menakutkan memang.

Sebenarnya ia sendiri juga tidak tau apa tujuan Septian membawanya ke toko alat musik ini bila tadi bertanya tapi malah membuat pilihan sendiri, ya walaupun sebenarnya Allya juga suka bass itu.

Septian dari jauh menghampirinya dengan membawa bass yang sudah bertengger manis dengan tas yang dia pakai di punggungnya.

Tidak munafik.

Septian keren, Allya mengakuinya.

Septian mengajaknya keluar dari toko alat musik itu lalu mengajaknya ke sebuah cafe.

"Kak, tujuan lo maksa gue ikut lo apaan?"

"Ya, enggak apa apa, pengen aja".

"Aneh".

"Apa Al, coba kerasin?"

"ANEEEEHHHHHH". Allya berteriak seraya Septian menambah kecepatan sepeda motornya, dengan reflek Allya berpegangan pada jaket Septian, beruntung Allya yang sedang membawakan gitar baru Septian tidak terhuyung.

"Siapa suruh nggak pegangan?"

Allya hanya diam, kesal.

Tak lama kemudian mereka berdua sampai, Septian menyapa tukang parkir di cafe tersebut.

Sepertinya Septian sudah sering datang kesini.

Kring

Bunyi pintu cafe yang terbuka bila ada pengunjung datang. Cafe ini cukup besar, dan unik.

Lalu tanpa menghiraukan Septian, Allya duduk di salah satu bangku membiarkan Septian berjalan dengan kakinya.

Septian terus berjalan menuju ke daerah kasir.

"Eh Asep".

Septian tersenyum, tanpa basa basi Septian meminta 2 minuman untuk bangku yang sedang diduduki oleh Allya, dan tentunya itu untuk mereka berdua.

Walk On MajorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang