Prolog : Tak Kenal maka Tak Sayang
HARI PERTAMA MPLS memang tak seperti harapan. Memang, sekarang pemerintah melarang untuk melakukan hal aneh aneh yang biasanya dijadikan tradisi kakak kakak OSIS untuk balas dendam dengan adik kelasnya sebagai rasa pelampiasan mereka. Walaupun MPLS disekolahnya tidak menyuruhnya untuk berdandan aneh dan memakai atribut-atribut yang aneh juga, Allya tidak bersemangat dan sangat resah.
Setelah menuruni boncengan sepeda motor Ayahnya, Allya menyalami tangan Ayahnya dan pergi memasuki sekolah barunya. Rasa bangga dapat masuk sekolah seni seperti ini membuatnya senang sekaligus takut. Senang karena bakatnya akan semakin terasah, namun juga takut bila tersaingi ataupun tidak bisa.
Allya berjalan dengan seorang temannya untuk menaruh helm kesayangannya di rak penitipan. Sambil melihat sekeliling, banyak sekali siswa yang mengenakan baju olahraga yang warnanya berbeda beda, menandakan mereka murid baru.
"Al, lo bawa bekal gak? ", tanya Ceacil.
"iya, lo bawa gak? ", tanya Allya sambil membenarkan masker yang masih terpasang menutupi mulut dan hidungnya.
"enggak nih, nanti temenin gue ke kantin, oke! "
"nggak ah, rame". Ucap Allya tanpa memedulikan ancaman ancaman yang keluar dari mulut Ceacil karena, Allya itu anti dengan keramaian.Sampailah keduanya di lapangan utama, tempat acara MPLS akan dilaksanakan selama seminggu kedepan.
Allya sangat ternganga, banyak orang orang sangar disini. Guru-gurunya saja berambut gondrong, wajar saja muridnya banyak yang rambutnya mencapai kerah baju. Tapi memang inilah ciri khas orang seni. Kebetulan Allya masuk kedalam jurusan Seni Musik Klasik. Musik adalah favoritnya.
Allya dan Ceacil mencari cari barisan untuk jurusan musik. Memang dasarnya Allya sulit berkomunikasi dengan orang baru. Tidak ada yang berani mengajaknya kenalan, jika tidak dia duluan yang memulai percakapan.
Penampakan Allya sangatlah manis. Dia memiliki kulit sawo matang yang bersih. Memiliki gigi gingsul disebelah kanan, dan badannya yang mungil, membuatnya menonjol. Rambut sebahunya berwarna kecokelatan. Ia juga memiliki hidung yang mancung, matanya dalam, dan alisnya tebal. Mungkin itulah orang mengira dia sangat dingin dan pemarah.
Satu hal yang sangat identik dengan Allya, adalah ballad. Lagu ballad sangan mendeskripsikan hidupnya dan kepribadiannya. Melankoli memang, terlalu perasa iya, dan jangan lupakan satu hal, mudah meluapkan emosi.
Masih berseragam Sekolah Menengah Pertama, Allya melipat lengannya yang memang seragam lengan panjang sampai ke bewah siku. Menampilkan betapa kecilnya pergelangan tangannya. Allya memang sangat kurus. Bayangkan dengan tinggi yang hanya 158cm dan berat badannya hanya 40kg tak salah jika dia selalu diberi vitamin penambah nafsu makan saat sakit.
SETELAH UPACARA pembukaan MPLS, Allya dan teman teman seperjurusannya diarahkan ke kelas masing masing. Allya satu kelas lagi dengan Ceacil setelah 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama satu kelas. Allya mengeluh bosan dengan Ceacil tapi ujung ujungnya tetap duduk sebangku dengan Ceacil dengan alasan Allya tidak berani berkelan dan bertemu orang orang baru.
"anjir, lo jangan ngelamun dong, gue takut lo kesambet". Ucap Ceacil.
"tega bener lo ya doain gue", ucap Allya lalu melipat tangannya diatas meja dan menyandarkan kepalanya di atas lipatan tangannya,"semalem gue gak bisa tidur, ngantuk," Lanjut Allya
"siapa suruh gak bisa tidur anjir". Ucap Ceacil dengan ngegas.
Allya memutar bola matanya jera dengan apa yang diucapkan Ceacil dan berusaha untuk memejamkan matanya sejenak.
Karena nyatanya rebahan itu enak, Allya tidak bisa tidur dengan metode melipat tangan diatas meja. Kini Allya lebih memilih memegang kelopak matanya ke atas agar tidak tertidur.
Tak lama setelahnya, kakak kakak OSIS datang untuk membimbing selama seminggu kedepan. Allya membatin, untung OSIS nya cewek cewek.
Allya menoleh ke sekelilingnya. Menurutnya orang orang yang berada di kelas ini sangat aneh. Hawanya suda tercampur aduk. Berbagai prasangka masuk kedalam otak Allya, saking tidak konsentrasinya. Saat bermain game, karena masih awal MPLS, Allya kalah, dan ia harus mendapat hukuman kedepan.
"Mau hukuman tebak nama atau nyanyi nih dek? "tanya Kakak Kakak OSIS.
"duh, kak, aku gak bisa nyanyi, tapi nyanyi aja deh".
Dan Allya pun menerima hukuman bernyanyi, tapi ia bodo amat, selama tatapan orang orang didepannya belum nyeleneh , prinsipnya 'Aku tidak peduli'
Allya pun duduk kembali ke bangkunya.
14.00 WIB,
Allya pulang kerumah, karena saat ini jam pelajaran efektif belum berlaku dalam minggu MPLS.
Drrtt... Drrtt...
Ponsel Allya bergetar, ia segera mengecek notif apa yang masuk ke ponselnya.
Allya diundang untuk masuk grup chat Line kelasnya. Malas untuk menimbrung, Allya mematikan notif yang masuk daru grup chat kelasnya itu.
Setelah memasuki lingkungan rumahnya, Allya berjalan tanpa suara menaiki tangga menuju kamarnya, karena Mamanya dan Adiknya sedang tidur di kamar bawah.
Setelah bersih bersih badan dan berganti pakaian, Allya merebahkan badannya dengan kasar diatas kasur kesayangannya.
Allya mengecek semua media sosial yang ia punya. Mulai dari Instagram, Line, Twitter dan Snapchatnya, ia meringis sekali berharap ada notifikasi muncul dari teman teman SMP nya yang bercerita tentang mos hari pertama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk On Major
Teen FictionIni tentang Allya, si gadis aneh bertubuh mungil dengan tatapan matanya yang tajam dan dalam. Bertemu dengan teman teman baru di SMA, membuatnya semakin berdeda dan tampak aneh. Pesonanyanya memang tak bisa dipungkiri lagi, dia manis dengan memilik...