bab 6

112 35 53
                                    

Suara tawa anak-anak tengah berlarian dengan riang di taman bermain. Dua orang wanita tersenyum kala melihat anak-anaknya sedang bermain bersama anak-anak lainnya.

"Andre! Jaga si kembar!"

"Baik, Ma!"

"Mereka itu aktif banget," cerocos seorang wanita sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Namanya juga anak kecil," timpal wanita di sampingnya sembari terkekeh pelan.

Angin berembus dengan lembut menerbangkan balon seorang anak. Balon itu terbang lebih tinggi lalu tersangkut di dahan pohon. Ibu si anak menenangkannya, sementara si ayah memanjat mengambilkannya. Setelah itu, balon diberikan kepada si anak lalu senyuman polos terlukis di wajah mereka. Claudia yang melihatnya merasa iri dan sakit bersaamaan. Netranya beralih ke anak perempuannya. Ia melebarkan matanya melihat tatapan putrinya yang seperti cemburu dan sedih.

Kakinya melangkah mendekati putri kecilnya lalu berlutut menyamakan tinggi dengan anaknya. Claudia mengembuskan napas lantas bertanya, "Ratna, kenapa?"

"Ibu, kecapa aku tidal mempunyai ayah? Ke mana dia?" tanya Ratna dengan nada sedih. Anak itu menundukkan kepalanya sembari mengepalkan tangan kecilnya lalu napasnya naik-turun seolah menahan tangisan.

Claudia menatapnya prihatin dan tidak tahu harus berbuat apa. Tangannya terulur membelai kepala Ratna sambil menarik sudut bibirnya ia berkata, "Nak, ayahmu lagi sibuk. Nanti kamu akan bertemu dengannya."

"Cungguh?"

"Iya, Sayang. Nah, pergilah bermain dengan kak Andre dan kak Raden," jawab Claudia lalu Ratna berlari menghampiri dua anak laki-laki yang sedang bermain ayunan.

"Kamu sampai kapan membohongi anak-anakmu?" tanya Viola sembari melangkah mendekati Claudia.

"Entahlah, Vi. Aku juga sudah tidak bisa membohongi Raden tentang ayahnya," ujar Claudia.

"Hm. Oh, iya, kita akan pindah ke Jakarta karena perpindahan tugas dan kamu tahu kan di sana ada suamimu," jelas Viola.

"Suamimu juga di sana," timpal Claudia tidak terima dirinya diingatkan tentang pria yang masih berstatus suami.

"Saat sampai di Jakarta aku dan dia akan segera bercerai," ucap Claudia dengan sorot mata berapi-api.

"Tidakkah kamu mendengar penjelasannya terlebih dahulu? Aku merasa suamimu itu ada keperluan di rumah sakit," tutur Viola, tetapi Claudia hanya menghela napas tanpa menjawabnya.

"Setidaknya kalian berkomunikasi dulu—"

"Tidak akan!" Claudia berujar dengan tegas menolak, "sudah. Ayo, pulang," lanjutnya lalu ia memanggil anak-anak 'tuk pulang ke rumah. Sementara Viola hanya menghela napas lalu menggandeng Andre di belakang.

"Claudia—"

"Jika kamu memaksa maka kamu juga harus berkomunikasi dengan suamimu jadi impas," potong Claudia yang membuat Viola bungkam.

"Mama?" Andre memanggil Viola lalu wanita itu menoleh sembari memberikan senyuman tipis ke anaknya itu. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Tidak, mereka tidak pulang ke rumah. Mereka ke salah satu kafe dikarenakan di perjalanan Ratna mendesak Claudia ingin makan kue. Alhasil, disinilah mereka di sebuah kafe memesan kue yang diinginkan Ratna.

Anak berusia 5 tahun itu kini menyantap kue kesukaannya dengan lahap. Rambut yang dikuncir dua, pipi chubby yang menggempul setiap suapan kue masuk di mulutnya, dan mata yang bulat membuat anak itu terlihat lucu dan menggemaskan.

Netra Claudia beralih ke putranya yang lebih banyak diam sedang menyantap kue-nya. Claudia meneliti Raden dari atas sampai bawah. Dilihat dari segi mana pun perwakan Raden sangat mirip dengan Chris. Tidak ada yang mirip dengannya.

"Tidak adil," gumam Claudia. Viola diam-diam memerhatikan Claudia lantas bertanya.

"Kenapa kamu kesal?"

"Raden sangat mirip dengan suamiku," jawab Claudia dengan kesal.

"Sama kok. Andre juga mirip dengan papanya," kata Viola sambil menyeruput minumannya.

"Aish, untung saja Ratna mirip denganku walau gen ayahnya masih melekat di mereka," ujar Claudia lalu tangannya mencomot kue milik Viola.

Hal itu membuat Viola mendengkus lalu menatap tajam Claudia, sedangkan Claudia dengan wajah tak bersalah memakan kue hingga pipinya mengembang.

"Tuh pipi atau bakpao?" Viola menunjuk-nunjuk pipi chubby Claudia. Sementara si empu memberut kesal dengan alis bertaut. Sontak Viola tertawa kecil melihat reaksi Claudia.

"Sahabat nggak ada akhlak," cibir Claudia lalu ia mengalihkan perhatiannya memandangi jendela sembari mengingat kebersamaannya dengan Chris.

"Soal tadi aku meminta maaf, tapi akan kulakukan biar kita impas. Bagaimana?"

Perkataan Viola menarik perhatian Claudia lalu wanita itu melirik Viola sekilas. "Baiklah."

Setelah itu, mereka menghabiskan makanan lalu pulang ke rumah untuk beristirahat dan mempersiapkan perlengkapan untuk berangkat lusa. Setelah mandi si kembar sudah terlelap, sedangkan Claudia masih terjaga.

Wanita itu memandangi langit-langit di balkon rumahnya. Ia selalu memikirkan hari di mana ia bertemu dengan Chris suatu hari nanti.

"Ternyata aku masih mencintaimu, mas lalu sebentar lagi kita akan bertemu kembali."

Tanpa Claudia sadari Raden diam-diam memerhatikan. Anak itu bersembunyi di balik tembok. Ya, dia belum tidur karena merasa ibunya tidak akan tidur seperti biasa.

"Siapa pun yang menyakiti ibu tidak akan ku biarkan."

***

Hari yang dinanti pun tiba. Saat ini mereka berada di bandara untuk melakukan check-in dengan penerbangan ke Jakarta. Butuh beberapa menit sebelum naik ke dalam pesawat. Ratna bermain dengan Andre, sedangkan Raden duduk diam di samping Claudia.

"Nak, kamu tidak bermain bersama mereka?" tanya Claudia dengan lembut sambil menunjuk Ratna dan Andre sedang melihat-lihat pesawat.

"Tidak," jawab Raden dingin. Anak itu asyik dengan ponselnya entah sedang apa. Rasa penasaran Claudia membuncah pun mengintip isi ponsel putranya. Ia membulatkan matanya ternyata putranya itu sedang bermain game teka-teki silang.

Dia beneran anak berumur 5 tahun, kan? batin Claudia.

"Kamu paham main itu?" tanya Claudia sembari menyembunyikan keterkejutannya.

"Iya, kak Andre yang ajarin," jawab Raden dengan wajah polos. Sungguh Claudia tidak menyangka anaknya sangat pintar. Namun, ternyata dugaannya salah. Raden masih kesusahan menjawab teka-tekinya.

Syukurlah anakku masih normal, batin Claudia merasa lega.

Setelah itu, pengumuman bahwa penumpang dipersilakan memasuki pesawat terdengar di seluruh penjuru. Dengan cepat, mereka melangkah dan mengantri masuk.

Ratna berlari dengan riang lalu disusul Andre mengejarnya. Mereka akhirnya kembali ke Jakarta. Kota tempat mereka mengawali segalanya dan berakhir lalu disanalah mereka akan bersatu kembali.

Jangan lupa vote dan komen, ya. Oh, ya juga mampir yuk ke akun instagramku jangan lupa follow friska_pikachan.

See you...

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang