bab 24

27 18 0
                                    

"Ma, Pa, Andre boleh tanya?" Andre membuka obrolan dengan perasaan canggung menyelimutinya.

"Silakan, Nak. Mau tanya apa?" Viola mempersilakan putranya sambil tersenyum.

"Apa Mama dan Papa tidak bisa tinggal bersama seperti dulu?" tanya Andre dengan mata berkaca-kaca.

Keheningan menyelimuti. Baik Satya maupun Viola tidak menjawab. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Andre menatap mereka penuh harapan, sedangkan kedua orang dewasa menghiraukannya.

"Andre ...  ingin adik."

Satya tiba-tiba menyembur airnya saat hendak minum, sedangkan Viola menatapnya tak percaya. Perkataan Andre adalah sesuatu yang tak disangka-sangka. Adik? Anak ini kenapa? Itulah yang terpikirkan oleh Viola.

"Nak, kamu kenapa tiba-tiba ingin adik?" Satya berdeham lalu bertanya dengan lembut sembari menatap sang  putra.

"Roshan memiliki adik, Raden juga memilikinya, sedangkan aku? Aku tidak memiliki adik," jawab Andre sambil menunduk dan memainkan jari-jemarinya. Netranya sedikit melirik lalu melanjutkan ucapannya. "Sebab itu, aku juga ingin memilikinya."

Satya dan Viola saling memandang lalu beralih menatap Andre. 6 tahun berpisah dari papanya pasti membuat Andre kesepian apalagi Viola harus kerja yang membuat waktu wanita itu tersita dan tidak ada waktu buat buah hatinya.

Viola dapat menyadari itu ketika si kembar lahir. Ia ingat dengan jelas bagaimana wajah Andre kala itu. Ketika Andre pertama kali mengendong bayi saat itulah, peran kakaknya muncul. Viola berterima kasih kepada Claudia karena telah membuat senyum Andre kembali. Akan tetapi, apa yang dikatakan Claudia 5 tahun lalu sedikit menganggunya.

"Claudia, terima kasih, ya karena telah mengembalikan senyum putraku," ucap Viola setelah beberapa hari kelahiran anak kembar Claudia.

Claudia terkekeh pelan lalu menatap langit biru seraya berkata, "Kamu tidak perlu berterima kasih karena akulah yang harus berterima kasih padamu terlebih lagi, Viola adakala senyuman seorang anak akan memudar lagi karena merindukan sosok ayahnya."

"Apa maksudmu? Kamu menceramahiku?" tanya Viola sambil mengernyitkan dahi menatap Claudia.

"Bukan, aku yang baru saja menjadi seorang ibu tidak memiliki hak menceramahimu, tapi Viola aku mengatakan ini sebagai seorang wanita dan istri," balas Claudia sembari tertawa kecil.

"Kamu ngelantur, ya, setelah melahirkan," ujar Viola dengan kesal.

"Mau bagaimana lagi, setelah aku meningggalkan suamiku terkadang aku berpikir akankah anakku bertanya dan merindukan ayahnya atau tidak? Apa aku bisa menjadi seorang ibu yang baik?" tutur Claudia sambil menatap Viola.

"Tante, Mama, lihat mereka menguap!" Andre berseru dengan senyuman lebar.

"Pikirkanlah, Viola. Ini untuk putramu juga," timpal Claudia lalu ia berjalan mendekati Andre dan anak kembarnya yang berada di dalam stroller baby.

Apa aku egois selama ini? Aku hanya ingin—"

"Viola! Ayo, temani aku jalan-jalan mumpung udaranya segar," ajak Claudia yang membuyarkan lamunan Viola.

"Iya."

***

"Viola."

Panggilan Satya dihiraukan oleh Viola. Wanita itu masih terlarut dalam pikirannya. Berulang kali, Satya memanggilnya, tetapi tidak didengar. Satya berdecak kesal lalu berseru memanggil Viola sambil mengebrak meja. Hal itu membuat Viola terlonjak dengan mata terbelalak.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang