Satya masih memandangi Viola yang tertidur pulas. Matanya melirik lalu berdeham pelan. Ia tidak mengerti kenapa jantungnya berdebar saat melihat Viola. Di ruangan gelap begini, Satya berusaha menetralkan pikirannya. Netranya melirik wanita yang tertidur pulas. Niatnya ingin menciumnya pun diurungkan dan malah diam menatapnya dalam.
Tangan kekarnya memainkan helaian rambut lurus Viola seraya bergumam, "Vi, aku ... sampai kapan kamu bersikap begini padaku?"
Matanya sendu menatap Viola. Ia dekatkan wajahnya lalu mengecup kening Viola dengan lembut. Hal itu sedikit mengusik Viola— wanita itu mengubah posisi tidurnya. Tubuhnya membelakangi Satya yang membuat pria itu menghela napas. Hanya dengan sedikit sentuhan saja reaksi Viola begitu apalagi jika dia menyergap wanita itu sedang tidur. Mungkin saja, ia akan kena omel dan jitakan maut.
"Kapan kamu akan memberiku kesempatan, Vi?" Satya melirik sekilas Viola lalu memutuskan meninggalkan kamar.
Pintu dibuka sedikit. "Selamat malam, Sayang." Satya pun keluar dari kamar sembari menutup pintu. Ketidakhadiran Satya, wanita itu membuka matanya sambil menguap. Viola ternyata tidak tidur, tetapi pura-pura tidur.
Apa-apaan tadi sikapnya? Jika bukan karena pesan Claudia yang menyuruhku pura-pura tidur, aku pasti sudah dimangsa oleh Satya, batin Viola dengan wajah merona sambil menutup mulutnya menggunakan tangannya.
Ia bangun dan duduk di atas tempat tidur. Matanya meneliti sekitar yang sangat familiar. "Ini bukannya kamar yang kami tempati dulu?" Viola turun dari tempat tidur lalu melangkah menelusuri kamar tersebut.
"Tidak ada yang berubah," lirihnya lalu matanya terfokus pada bingkai foto. Dua orang dewasa dan seorang anak kecil tersenyum dan terlihat gembira.
Viola mengambil bingkai foto tersebut lalu membersihkan debunya dengan hati-hati. Bibirnya bergetar disertai bulir-bulir air mata membasahi pipinya. Lututnya terasa lemas pun akhirnya, ia jatuh bersimbah di lantai yang dingin. Didekapnya bingkai foto tersebut sembari menangis, menangis tanpa suara.
***
Satya menuruni anak tangga dan menemukan keluarganya sedang menonton televisi sembari tertawa. Keisya memangku dan menidurkan Andre. Anak laki-laki itu tertidur pulas dipangkuan neneknya yang membuat hati Satya sedikit iri. Surya menyadari kehadiran kakaknya itu pun mengajaknya menonton bareng.
"Sini, Kak," panggil Surya sambil melambaikan tangan.
Satya dengan langkah keraguan pun mendekati mereka. Namun, ia enggan duduk walau sudah disuruh oleh Surya. Malah netranya berfokus kepada Andre.
"Bunda, Andre sama aku saja. Akan kubawa ke kamar untuk tidur bersama Viola," ucap Satya. Keisya mengerjapkan matanya berulang kali menatap putranya itu tak percaya.
"Yah udah, kami pulang dulu. Itu ada nasi goreng banyak, besok kalian bisa panaskan buat sarapan," balas Keisya sambil memberikan Andre kepada Satya. "Jaga dirimu, Nak. Apa pun yang terjadi, Bunda hargai keputusan kalian berdua," lanjut Keisya lalu ia menyuruh Surya menyalakan mobil.
"Ingat, ya. Bunda pulang dulu, jaga kesehatanmu," tutur Keisya lalu melangkah keluar apartemen Satya.
Satya? Pria itu diam melihat kepergian bunda dan adiknya. Setelah mobil hitam milik Surya meninggalkan pekarangan apartemennya, Satya melenggang menaiki anak tangga.
"Sepertinya aku harus tidur di kamar yang kecil." Satya menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. Begitu kakinya menapak di lantai dua, ia mendengar isakan seorang wanita.
Andre merasa terusik. Anak itu membuka matanya. "Papa, siapa yang menangis?" tanyanya sambil mengucek matanya.
"Tidak tahu, Nak. Kamu turun dulu biar Papa cek dulu," jawab Satya sembari menurunkan Andre. Dengan hati-hati, ia melangkah ke kamarnya.
Tangannya bergemetaran meraih gagang pintu. Begitu tangannya memegang gagang pintu, ia membukanya dengan lebar. Bersamaan jeritan seorang wanita dan suara pecahan terjatuh. Andre segera bersembunyi di belakang Satya dengan tubuh bergemetaran dan Satya segera menyalakan lampu.
Sinar lampu kamar menyoroti seorang wanita berpenampilan acak-acakkan. Rambut yang berantakan, wajah yang dipenuhi lendir, dan pakaiannya yang sudah tidak rapi. Satya tercengang melihat wanita yang ternyata adalah Viola.
"Viola, kamu kenapa?" Satya melangkah dengan pelan mendekati Viola, tetapi Viola menggeleng sambil menggeser posisi duduknya. Namun, tangannya yang menjadi penopangnya 'tuk mundur tidak sengaja tergores serpihan kaca.
"Viola, kamu terluka. Tunggu, aku bawakan obat," kata Satya dengan raut wajah khawatir dan panik. Segera ia mencari kotak obatnya di lemari dengan tergesa-gesa, sedangkan Andre menatap mamanya tak percaya.
Ia melangkah mendekati Viola seraya bertanya, "Mama, sakit? Andre, janji nggak akan nakal lagi."
Mata Viola bergetar lalu tangannya membelai rambut putranya dengan kelembutan. "Mama, nggak sakit. Kamu jangan nangis, Sayang," jawab Viola dengan lembut. Seulas senyum disertai cairan bening menetes begitu saja dari pelupuk matanya.
"Maaf," lirih Viola sambil merengkuh tubuh Andre.
Satya menemukan kotak obatnya di laci bawah tempat tidur. "Vi, obatin du— kamu kenapa lagi?" Satya mengerutkan dahi melihat Viola yang menangis dalam pelukan Andre.
Bukannya menjawab, Viola semakin terisak. Andre menatap Satya kebingungan dan Satya mengembuskan napas dengan kasar. Pria itu memisahkan Viola dan Andre walaupun banyak drama dan tingkah Viola seperti anak berumur 5 tahun.
"Jangan begini!" bentak Satya yang membuat Viola bergeming. Andre juga terdiam saat Satya membentak untuk pertama kali.
Andre menarik napasnya dan berusaha untuk menahan tangisnya. Namun, apa daya namanya masih anak-anak, dia tetap menangis pada akhirnya. Viola maupun Satya membelalakkan mata karena panik Andre menangis.
"Maafin, Papa, Nak. Papa nggak bermaksud membentak, ya," jelas Satya sambil menenangkan Andre.
"Iya, Nak. Bukan kamu kok dibentak, tapi Mama," timpal Viola melakukan hal yang sama dengan dilakukan Satya.
Sayangnya, tidak berhasil. Tangisan Andre semakin menjadi. Viola dan Satya dibuat pusing padahal dulu mengurus Andre bersama tidak begitu sulit apalagi Andre tipe anak penurut dan tidak banyak tingkah. Viola mengulurkan tangan, tetapi ditepis oleh Andre dengan kasar.
"Aku benci kalian!" Andre berseru lalu berbalik badan pergi meninggalkan kamar.
"Andre!"
Hi~ balik lagi dalam menyambut bulan Juli ini kita sudah di penghujung akhir cerita. Kayaknya butuh 5 atau 7 bab lagi sampai tamat. Entahlah, perhitunganku begitu, sih.
Jangan lupa follow, vote, dan komen, ya. See you...

KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
RomansaClaudia dan Christian sepasang suami-istri yang sedang menantikan anak, tetapi suatu hari saat Claudia berniat menemui Chris ia terkejut melihat suaminya berjalan dengan seorang wanita. Claudia yang merasa sakit hati melihat itu akhirnya kabur tanpa...