bab 8

76 26 2
                                    

Claudia dan Viola akhirnya resmi menjadi karyawan di Jaya group. Viola tak henti-hentinya tersenyum menanggapi karyawan lain, sedangkan Claudia dengan keringat bercucuran dan mata yang melirik kesana-kemari berharap tidak bertemu dengan Chris. Ia bersyukur belum pernah datang ke kantor setelah menikah, tetapi sebelum menikah selalu datang. Hanya beberapa orang yang mengenalinya dan ia harap tidak bertemu dengan mereka.

Viola diam-diam memerhatikan Claudia yang tampak tidak tenang pun bertanya, "Kamu kenapa?"

"Eh? Anu, aku ke toilet dulu." Claudia berpamitan lantas berlari kecil ke arah berlawanan. Viola hanya menggelengkan kepala melihat tingkah aneh Cludia lalu fokusnya kembali kepada karyawan lainnya.

Di sisi lain, Satya dari kejauhan memerhatikan Viola. Sorot matanya menajam ketika seorang pria dengan sengaja merangkul Viola. Mata Satya memanas melihat istrinya digandeng pria lain. Ia dengan langsung mendatangi mereka lalu tangan pria itu dilepas.

"Lepaskan dia! Kamu mau apa?"

"Hah? Kamu-" Viola membulatkan matanya ketika berbalik menatap siapa yang berbicara, "ngapain kamu di sini?"

Bukannya menjawab Satya langsung menarik tangan Viola keluar dari rombongan karyawan yang menyambutnya, sedangkan para karyawan lainnya menatap keheranan sembari berbisik. Salah seorang wanita yang di samping pria yang merangkul Viola menatap tajam punggung Viola yang semakin menjauh.

"Hei," panggilnya kepada si pria.

"Hm."

"Ayo, kita lakukan sesuatu buat memisahkan mereka," ucap si wanita.

"Ide bagus." Pria itu menyetujuinya lalu mereka menarik sudut bibirnya sembari melempar pandangan satu sama lainnya.

***

Claudia membasuh wajahnya berulang kali lalu menatap pantulan dirinya di cermin. "Tenanglah, Claud. Kamu pasti bisa melewati ini semua tinggal mencari waktu yang pas untuk berbicara berdua dengannya."

Setelah itu, ia pun keluar dari kamar mandi. Namun, baru saja ia keluar tidak sengaja ia salah pinjakan saat berjalan akhirnya terpeleset. Claudia memenjamkan matanya dengan tubuh bergetar, tetapi ia tidak merasakan tubuhnya jatuh ke lantai malah seperti ada yang menahannya ditambah lagi ia dapat merasakan napas hangat seseorang dekat sekali dengannya.

"Kamu masih seperti biasanya, Sayang." Suara berat dengan nada rendah terdengar tidak asing di telinga Claudia. Perlahan ia membuka mata lalu mereka bersitatap beberapa saat. Dapat mereka rasakan degup jantung berdebar kala manik hitam legam itu menatap manik coklat milik Claudia. Tatapan hangat dan wangi parfum yang masih sama. Iya, Claudia menginginkan dan merindukan pria yang tengah mendekapnya.

"Kamu ... ngapain di kamar mandi perempuan? Gini ya kebiasaanmu setelah 5 tahun berpisah?" Claudia bertanya dengan sorot mata menajam pada sosok pria yang menatapnya lembut.

Mendengar pertanyaan Claudia membuat pria itu membulatkan matanya lalu ia melepas Claudia. Wanita itu hendak melangkah pergi, tetapi dengan cepat pria itu menariknya lalu menyudutkannya di tembok. Tangan kekar itu mencekram tangan Claudia membuatnya meringis kesakitan. Sorot mata pria itu tajam, tetapi tersirat kerinduan di dalamnya.

"Mau kamu apa?" tanya Claudia dengan suaranya yang melengking.

"Mau aku? Kau mau tahu? Pria itu mendekatkan dirinya ke wajah Claudia, "mau aku itu kamu! Aku mau kamu kembali! Ini salah paham!"

"Christian! Dengar, ya, aku tidak akan memaafkanmu jika kamu berselingkuh dariku! Jadi, katakan 5 tahun lalu kamu ngapain ke rumah sakit bersama wanita yang sedang hamil itu?! Dia siapa?!" hardik Claudia yang membuat Christian menatapnya bingung.

"Apa maksudmu? Aku saat itu di kantor sampai malam, tapi saaat aku pulang agak larut kamu malah menenteng koper meninggalkanku. Justru harusnya aku yang bertanya kenapa kamu meninggalkanku? Bukannya kamu ingin anak? Lalu kamu ngapain ke rumah sakit?" Begitu banyak pertanyaan di benak Chris selama ini akhirnya ia ungkapkan semuamya.

Bulir-bulir air mata jatuh dari pelupuk mata wanita itu seraya menggelengkan kepala tak percaya. "Cukup! Ternyata sampai akhir kamu tidak mau mengakuinya dan kamu tidak perlu tahu ngapain aku ke rumah sakit! Aku akan mengajukan perceraian jadi tenang saja kamu bisa hidup bahagia bersama wanita itu beserta anakmu! Jangan cari aku lagi!" Claudia berseru lalu kakinya melangkah pergi meninggalkan Chris.

Chris mengusap wajahnya lalu menghela napas dengan gusar. Dengan kesal ia memukul tembok. Sorot matanya yang dingin memancarkan amarah. "Claudia, begini caramu? Baiklah, jangan salahkan aku jika aku menyakitimu. Ingatlah istriku, kamu selamanya istri dan ibu dari anak-anakku. Aku akan mendapatkanmu dan tidak akan melepaskanmu lagi bagaimanapun caranya." Seringaian tercetak di bibirnya lalu ia tertawa seperti orang gila. Seorang wanita muda menatapnya ketakutan dan enggan masuk ke kamar mandi.

"Kakak sudah gila ternyata. Kak Claudia dalam bahaya," gumamnya lalu ia berbalik pergi menemui seseorang yang dapat membantu menghentikan kegilaan Chris.

***

"Kakak!"

Pintu dibuka lebar menampakkan seorang wanita berusia 24 tahun menjadi pusat perhatian orang-orang. Seorang pria yang duduk di ujung sendirian bangkit dari kursinya lantas melangkah mendekatinya.

"Aluna, tidak sopan kamu masuk begitu saja lain kali jangan begitu lagi," ucapnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada, sedangkan Aluna— wanita itu menundukkan kepala lalu menganggukkan kepala.

"Kenapa kamu berlari ke sini? Ada masalah dengan pekerjaan barumu?" tanya si pria sedikit merendahkan nada bicaranya.

"Kak, itu kak Chris baru saja bertemu kakak ipar, tapi aku khawatir dia akan menggila dan melakukan hal gila lainnya seperti dulu," jawab Aluna.

"Cellin?" tanyanya lalu Aluna menggelengkan kepala.

"Claudia?" tebaknya lalu Aluna menggangukkan kepala. Pria itu menghela napas sembari memijit kepalanya.

"Kita harus menjelaskan semuanya kepada Claudia karena ini semua hanyalah salah paham sebelum hubungan mereka semakin merengang," jelasnya.

"Kak Calvin," panggil Aluna.

"Kenapa lagi?"

"Apa kakak tidak akan menjelaskan yang sebenarnya terjadi kepada kak Chris," ujar Aluna.

"Gimana aku mau menjelaskannya kalau anak itu selalu tak mendengarkan aku setiap berbicara," balas Calvin dengan mengepalkan tangannya kesal. Aluna terdiam. Memang benar Chris selalu begitu dari dulu tidak pernah mendengarkan nasihat Calvin.

***
Saat jam istirahat Viola dan Claudia bersiap-siap untuk makan di luar kantor sekalian menjemput anak-anak di sekolah. Mereka sudah mendapatkan izin, tetapi saat hendak keluar kantor langkah mereka dihalangi oleh dua pria yang membuat raut wajah mereka berubah menjadi cemberut.

"Minggir!"

"Gak mau! Kalian mau ke mana?"

"Bukan urusan kalian!" teriak Claudia lalu Viola menginjak kaki Satya dan menampar wajah Chris. Setelah itu, dengan cepat ia menarik Claudia keluar dari kantor dan bergegas pergi. Tentunya kedua pria gila itu menyusulnya.

"Mau ke mana mereka?"

Holla~ gimana kabarnya? Seperti biasanya jangan lupa vote dan komen, ya. Terus dukung sampe cerita ini selesai. Nantikan bab selanjutnya yang tak kalah seru, see you...

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang