bab 9

62 23 0
                                    

"Gila! Mereka mengejar kita!" Claudia bereru saat melihat sebuah mobil berwarna hitam mengejar mobil mereka dari kaca spion.

"Tidak akan kubiarkan mereka mengejar kita sampai ke sekolah! Aku tidak akan mempertemukan mereka dengan anak-anak!" Viola mengemudikan mobil langsung banting stir memutar balik ke arah berlawanan. Alhasil, kedua mobil saling kejar-mengejar.

"Sial, mereka sebenarnya mau ke mana?" Chris memukul stir mobil lalu menambah kelajuan mobil. Satya yang duduk diam di sebelah Chris terlonjak saat Chris banting stir di belokan pertama.

"Nyetir mobil nggak usah gitu juga," sungut Satya lalu ia memperbaiki posisi duduknya, sedangkan Chris fokus menyetir mengejar mobil berwarna merah di depannya.

"Apa jangan-jangan mereka menyadari kita mengikuti lalu jadinya membuat kita berputar-putar?" Satya mengernyitkan dahinya tersadar mereka hanya berputar-putar di jalan yang sama.

"Ck." Chris berdecak langsung mengambil jalur lain yang ternyata jalan pintas.

"Mereka mau ke mana?" Viola bertanya saat mobil Chris mengambil jalur lain.

"Kita harus cepat! Dia mengambil jalan pintas pasti!" seru Claudia. Viola pun melajukan mobil dengan kecepatan penuh meninggalkan tempat tersebut.

Sepanjang perjalanan Claudia tak hentinya memerhatikan dari kaca spion dengan keringat mengucur dari dahinya. Ia sangat mengenal Chris— pria itu tidak akan menyerah mengejar mereka. Benar saja mobil Chris berhasil menyusul dari arah barat.

"Vi, putar! Putar ke arah utara!" titah Claudia lalu Viola hanya menurut pun mengambil jalur lain ke arah utara. Chris berdecak kesal pun berniat mengejarnya kembali, tetapi truk besar menghalangi jalannya.

Cukup lama truk itu lewat dan membuat jalanan macet sesaat. Setelah truk itu lewat barulah Chris mendapatkan jalurnya, tetapi ia kehilangan jejak mobil Claudia. Ia dengan kesal memukul stir mobil, sedangkan Satya menghela napas sambil memijit kepalanya. 5 tahun menghadapi rekan kerja seperti Chris yang emosian membuatnya sakit kepala, tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Chris adalah atasannya.

***

Mobil berwarna merah telah terparkir rapi di halaman sekolah. Kedua wanita itu tersenyum saat ketiga anak-anak keluar kelas berlari menghampiri mereka.

"Kenapa lama?" tanya Andre kepada Viola.

"Iya, lama," timpal Ratna sambil mengembungkan pipinya. Claudia dan Viola terkekeh pelan lantas meminta maaf kepada mereka.

"Ayo, kita ke restoran dulu," ajak Claudia sambil mengulurkan tangan lalu kedua bocah kembar itu mengenggam tangan Claudia. Langkah mereka memasuki mobil lalu melesat pergi ke tempat makan.

Mereka menikmati makan siang bersama dengan bertukar cerita. Ratna paling banyak bercerita tentang dirinya di sekolah, sedangkan Raden banyak diam. Hal itu membuat Claudia agak canggung dengan Raden. Ia tidak tahu cara berinteraksi dengan putranya yang tidak banyak berekpresi itu.

"Vi," panggil Claudia.

"Hm," sahut Viola sambil memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.

"Bagaimana cara berinteraksi dengan anak laki-laki yang jarang menunjukkan ekspresi?" tanya Claudia dengan raut wajah murung.

"Aku juga kurang tahu, tapi kamu bisa tanya apa keinginannya. Mungkin dengan kamu mengabulkan keinginannya dia akan menunjukkan ekspresinya," jelas Viola. Claudia menganggukkan kepala mendengarkan. Ia bertekad akan mencari waktu berdua dengan Raden untuk bicara dan menanyakan keinginannya.

Setelah makan siang mereka pun mengantarkan anak-anak pulang ke rumah lalu kembali ke kantor. Sebenarnya Ratna merajuk karena ditinggal di rumah, tetapi Claudia berjanji akan pulang membawakan cemilan banyak. Akhirnya, Ratna menurut dengan tetap tinggal di rumah.

"Andre, jangan lupa kunci pintu dan jangan bukakan pintu," titah Viola. Andre pun mengangguk paham. Setelah itu, kedua wanita dewasa itu melangkah pergi keluar rumah.

"Dadah, Sayang." Claudia dan Viola melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobil. Ketiga anak-anak itu membalas lambaian mereka lalu masuk ke dalam rumah saat mobil berwarna merah telah pergi meninggalkan pekarangan rumah.

"Ayo, belmain!" Ratna menarik  tangan Andre dan Raden menuju kamar. Mereka asyik bermain bersama sampai tertidur karena kelelahan.

***

Mereka kembali ke kantor lalu melanjutkan pekerjaan masing-masing. Namun, tiba-tiba tangan mereka ditarik secara paksa lalu dibawa ke ruang presdir. Claudia tahu siapa sosok yang menariknya ke ruangan ini.

"Claudia! Dari mana kamu?" Suara berat dengan helaan napas hangat di area leher membuat Claudia merasa geli.

Dasar! Dia tahu di mana letak kelemahanku , batin Claudia sambil berdesis pelan.

"Bukan urusanmu! Lepaskan ak—" Ucapan Claudia terpotong kala maniknya tak sengaja menangkap sosok pria tidak asing sedang menahan Viola.

"Viola!" Claudia memanggil dengan suara lantang. Viola berniat membuka suara, tetapi pria itu mendekap mulutnya menggunakan tangannya.

"Lepas, Satya! Tanganmu bau jigong!" hardik Viola dengan alis bertaut menatap tajam Satya.

"Gak! Kita perlu bicara! Kamu jangan memperlakukan aku begini lalu bagaimana anak kita, Andre?" balas Satya dengan nada merendah serta mimik wajah memelas.

"Kamu pikir aku akan luluh dengan sikapmu yang menjijikkan itu? Tidak!" Viola berusaha melepaskan dirinya yang berada dalam pelukan Satya, sayangnya Satya enggan melepasnya.

"Kamu! Lepaskan Vi—"

"Kamu nggak usah ladenin mereka! Seharusnya kamu hanya memperhatikanku," potong Chris dengan nada tinggi membuat Claudia terkesiap. Suasana mendadak hening.

"Kami permisi," ucap Satya lalu ia membawa Viola keluar ruangan dan hanya menyisakan Chris dan Claudia.

Setelah mereka pergi barulah Chris memberikan ruang kepada Claudia. "Kamu tahu? Aku menggila setelah kamu pergi meninggalkanku malam itu," ujarnya.

Claudia mendelik kesal. "Terus? Kamu pikir aku peduli? Kamu saja selingkuh dariku!"

"Kamu salah paham! Aku tidak pernah selingkuh dan kamu tahu sendiri aku mengejarmu dari masa sekolah sampai menolak ribuan perempuan karena aku hanya menginginkanmu," ungkap Chris yang membuat Claudia terdiam.

"Kamu mau kembali denganku? Memulainya dari awal?" Chris bertanya dengan tatapan penuh harap.

"Aku ...."


Yo, seperti biasanya jangan lupa vote dan komen, ya. Terima kasih atas dukungannya. See you...

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang