bab 31

27 15 0
                                    

"Menolak? Kenapa?" Surya mengernyitkan dahi. Pasalnya, Ara— wanita itu menolak yang sudah jelas haknya, tetapi ditolak.

"Kami menikah secara diam-diam dan aku sempat menyukaimu," jawab Ara sambil memalingkan wajah.

Surya mengembuskan napas dengan gusar sembari memijit kepalanya. Pusing? Jangan ditanya. Ia baru saja mendapat pernyataan cinta dari istri kakaknya. Jika Angel sampai tahu maka batal sudah pernikahan mereka.

"Ara, beg—"

"Suka, ya? Sayangnya, Mas Surya akan menjadi suamiku sebentar lagi dan hanya aku yang bisa merubah sifat playboy-nya." Seorang wanita dari belakang tiba-tiba merangkul Surya.

Surya sudah menebak siapa wanita di sampingnya hanya dari aroma wewangiannya. Ia menelan ludah dengan kasar dan keringat mulai mengucur dari dahinya.

Tamat sudah riwayatku, batin Surya.

Ara menyunggikan senyuman seraya berkata, "Nona, aku hanya menyukainya sesaat. Karena aku telah menemukan pria lain, yakni dia."

Ara merangkul Delson dengan mesra, sedangkan Delson yang tak tahu apa-apa hanya tersenyum kikuk. Angel terkekeh pelan sembari mengibaskan rambutnya dengan songong mendekati Ara.

"Nona Aranita, sebaiknya Anda menerima hak Anda sebagai menantu keluarga Adwira walaupun Anda telah memilih pria lain," ucap Angel, "dikarenakan bagaimanapun, Anda adalah menantu keluarga Adwira."

Ara sesaat memikirkannya sembari melirik Surya. Ia menghela napas lalu berkata, "Baiklah, aku terima. Dengan syarat, jangan ganggu aku lagi setelah aku menerimanya dan aku pun takkan menganggu keluarga Adwira. Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja."

"Diterima, Nona." Kali ini, Surya bersuara. Pria itu memberikan dokumen kepada Ara untuk ditandangani. Ara pun menerimanya lalu tanda tangan. Setelah itu, Surya menerimanya kembali.

Pria itu mengeluarkan ponsel. Ia melekatkan ponsel ke telinganya setelah mengotak-atik. Tampak ia sangat serius mengobrol dengan seseorang.

"Kirimkan sesuai yang telah disepakati," ucap Surya.

"Baik, Tuan."

Sambungan telepon pun terputus. Surya menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya. "Aku sudah mengurusnya, Nona. Kuharap di pertemuan selanjutnya, kita bisa bekerja sama," kata Surya.

"Tentu saja, Tuan," balas mereka berempat serempak.

Surya mengulum senyum tipis lalu menggandeng Angel. Mereka berdua pergi meninggalkan restoran. Tentunya, perhatian para pengunjung menatap iri kepada Surya dan Angel. Banyak yang bergosip, bersikap tak peduli, dan bersikap biasa saja. Zahra, Ara, Delson, dan Marcel pun saling memandang lalu tertawa kecil.

"Tak disangka hal begini terjadi, ya," ujar Marcel sambil terkikik.

"Iya, seolah tak pernah terjadi apa-apa," balas Zahra sembari tertawa kecil.

Di saat, Zahra dan Marcel asyik mengobrol. Ara dan Delson berjalan beriringan dengan perasaan canggung. Ingin sekali, Ara bercerita banyak hal karena ia telah berani menyatakan cinta di tempat umun. Lain halnya, Delson masih mencerna apa yang baru saja dirinya alami. Seumur hidupnya baru kali ini, ia mendapatkan pernyataan cinta. Padahal mereka bukan lagi anak remaja, tetapi tingkah mereka seperti anak remaja yang baru saja kenal cinta.

"Eh, kami duluan, ya. Sampai jumpa besok," pamit Marcel dan Zahra sambil melambaikan tangan dari kejauhan. Ternyata mereka berdua telah di dalam mobil.

Mobil berwarna merah itu meninggalkan area parkir. Kini menyisakan Delson dan Ara di parkiran. Keduanya saling memalingkan wajah dengan pipi bersemu merah.

"Aku—"

"Ara," panggil Delson.

"Ya," sahut Ara. Wanita itu masih enggan berbalik badan menatap Delson.

"Kamu mau ... pulang bersama?" ajak Delson sambil menggaruk tengkuknya. Ara berbalik badan lalu matanya membola sempurna. Pasalnya, telinga Delson memerah.

"Lucu," pikir Ara sambil terkekeh pelan.

"Kenapa?" Delson menaikkan satu alisnya karena keheranan melihat Ara tiba-tiba tertawa tanpa sebab.

"Nggak, kamu lucu soalnya. Baiklah, ayo, kita pulang." Ara melangkah mendekati Delson lalu menggandeng tangan kekar pria itu dengan senyuman merekah di wajah manisnya.

Jantung Delson berdetak cepat. Wajahnya merona yang membuat Ara merasa gemas ingin menggodanya. Ara berpikir dirinya tidak akan menikah lagi, tetapi dugaannya salah. Pria di sampingnya saat ini telah menunggunya lama dan Ara merasa beruntung bertemu dengan Delson. Akan tetapi, cinta pertamanya tetaplah Satria Adwira.

Mas Satria, terima kasih telah hadir di hidupku dan kini aku telah menemukan kebahagiaanku walau tak bersamamu."

***

Sudah berapa kali, Viola membujuk Satya untuk makan. Akan tetapi, pria itu tidak mau makan apa pun. Sungguh keras kepala sekali. Ditambah, Andre juga malah ikut mogok makan perkara Satya tidak mau makan.

"Punya suami dan anak laki-laki sama saja sifatnya. Andai aku memiliki anak perempuan," gerutu Viola sembari memayunkan bibirnya.

Satya yang mendengarnya pun menyeringai apalagi Viola yang memayunkan bibirnya terlihat menggemaskan sampai ingin sekali Satya menyosornya saat ini. Namun, ia tahu kondisinya juga lagi sakit. Satya merasa menyesal telah mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan padahal Keisya dan Surya telah melarangnya. Akan tetapi, Satya tak mendengarkan.

Sekarang apa? Pria itu kini mendapatkan karmanya. Sungguh sial nasibnya. Karena kecerobohannya dan kegilaan dia pada pekerjaan sampai istri dan anak, ia biarkan di apartemen.

"Aku akan makan, tapi jawab pertanyaanku dulu, Vi," ucap Satya yang menarik perhatian Viola.

"Apa itu?" tanya Viola dengan mata berbinar-binar.

"Kamu mau rujuk?" Satya menatap dalam Viola. Wanita itu terdiam mendengar pertanyaan Satya yang tak ia duga. Bahkan, ia tak sanggup menjawabnya padahal tinggal menjawabnya.

"Aku ...." Viola masih ragu menjawab saat ini. Satya sudah menduganya, ia takkan mendapatkan jawaban sekarang.

"Aku takkan memaksamu lagi, Vi. Lagian itu juga salahku," lirih Satya sambil menghela napas. Pria itu merebut piring yang ada di tangan Viola lalu memakan makanan tanpa memedulikan tatapan Viola.

"Berhenti menatapku," ucap Satya, "aku tahu aku tampan kok."

"Dih, narsis," cibir Viola.

Andre diam-diam memerhatikan orang tuanya. Anak itu sedang memikirkan rencana untuk mempersatukan orang tuanya karena ia ingin memiliki adik yang lucu.

Jangan lupa follow, vote, dan komen terima kasih.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang