bab 35

38 14 0
                                    

"Chris, apa orang yang mau mendonorkan tidak kamu paksa?"

Sudah sedari tadi Satya bertanya pertanyaan yang sama sejak jadwal operasinya ditentukan tadi. Beberapa menit lagi, operasi dimulai dan pria itu malah banyak bertanya.

"Nggak usah banyak tanya. Aku tidak memaksanya dan orang itu yang sukarela melakukannya," jawab Chris dengan kesal.

"Kenapa? Dia tidak ingin hidup?" tanya Satya dengan penasaran menatap Chris.

Chris berdecak kesal. Pria itu menatap sinis Satya lalu menjitak kepalanya. "Cerewet amat. Dia memiliki batas hidup, sebab itu dengan sukarela mau mendonorkan ginjalnya."

Satya membulatkan matanya. Sedikit perasaan menyentil hatinya karena ternyata ada seseorang yang berbaik hati seperti malaikat padahal memiliki kekurangan. Namun, dirinya malah merusak dirinya karena perasaan sakit ditinggalkan. Hanya keegoisannya akhirnya dia mengalami ini semua.

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Jadi, ini kesempatanmu maka manfaatkanlah dan jangan sia-siakan pengorbanan seseorang yang tidak kamu kenali." Chris sibuk dengan ponselnya, tetapi tetap meladeni Satya. "Kamu orang kuat, jadi jangan murung. Ada istri dan anak menunggumu," lanjutnya sembari menyimpan ponselya ke dalam saku celananya.

Satya mengulum senyum. Senyuman yang jarang ditunjukkannya bahkan kepada keluarganya sekalipun. Pria itu mengembuskan napas dengan gusar lalu menatap dalam Chris. "Iya, terima kasih. Berkatmu aku bisa sembuh."

"Hm."

Pintu terbuka menampakkan dokter dan beberapa suster yang siap memindahkan Satya ke ruang operasi. Pemeriksaan terakhir dilakukan dan persiapan lainnya. Selagi yang sibuk, salah satu dokter mendekati Chris.

"Tuan Jaya, kami akan melakukan yang terbaik," ucapnya.

"Iya, lakukanlah," timpal Chris.

Setelah itu, Satya dipindahkan. Chris tentu masih di dalam ruangan. Keisya dari kejauhan melihat momen tersebut. Wanita paruh baya itu menolak melihat Satya dipindahkan dari dekat karena hatinya tidak kuat. Hanya doa yang bisa ia panjatkan agar putranya cepat pulih. Begitu juga dengan Viola. Wanita itu sudah menemui Satya tadi pagi dan menemani pria itu. Ia memeluk Andre dengan erat. Ingin sekali menangis, tetapi ia harus menguatkan hatinya. Bagaimanapun, suaminya, Satya adalah pria kuat. Viola tahu akan fakta tersebut.

"Kalian masih di sini? Ayo, ke ruang tunggu," ajak Chris begitu keluar ruangan. Pria itu masih sibuk dengan ponselnya.

"Clau, suamimu itu kenapa gak lepas dari ponselnya?" Viola menoleh ke belakang menatap Claudia.

"Pekerjaannya menumpuk akhir-akhir ini bahkan seminggu ini dia pulang larut. Aku menjadi mengkhawatirkan kesehatannya karena mengurus operasi Satya juga," tutur Claudia sembari menatap punggung Chris yang semakin menjauh.

"Maaf, ya. Karena kami waktu kalian jadi terbuang sia-sia," ujar Viola sembari menundukkan kepala.

"Bicara apa kamu ni? Kita kan keluarga," sergah Claudia, "sudah sepatutnya keluarga saling membantu." Wanita itu melangkahkan kakinya seraya menoleh dengan seulas senyuman kepada Viola.

"Iya, keluarga," gumam Viola pelan.

"Ayo, Tante. Kita susul Chris." Claudia mempercepat langkahnya meninggalkan ketiga orang di belakangnya.

Sebenarnya, keluarga Kusuma dan Jaya ingin datang, tetapi pekerjaan kantor sangatlah banyak. Anita, Melissa, dan Cellin sibuk mengurus Zellin dan Roshan yang rewel karena demam tinggi. Cellin tak bisa mengurus keduanya karena pekerjaannya sebagai desainer. Begitu banyak pesanan dari pembeli membuat Cellin tidak memiliki waktu. Jadi, Cellin meminta bantuan kepada Melissa dan Anita mengurus selagi ia mengerjakan pesanan pakaian dan membersihkan rumah. Surya menetap di kantor dibantu oleh Angel sebagai sekretaris baru. Pria itu menggantikan Satya sementara.

Operasi berjalan cukup lama. Claudia melirik sekilas suaminya yang beberapa kali menguap sembari mengucek mata. Terlihat jelas di bawah mata Chris lingkar hitam dan matanya memerah akibat kurang tidur. Claudia duduk di sebelah pria itu membuat Chris menatapnya sebentar.

"Kenapa?" Dari suaranya yang serak berat, Claudia bisa menyimpulkan Chris sekarang sudah sakit.

"Beristirahatlah, Mas. Operasinya masih lama," imbuh Claudia, "aku mohon." Claudia membesarkan matanya dengan manja memohon agar Chris menurutinya.

"Baiklah." Pria itu menurut. Kepalanya bersandar di bahu Claudia lalu tak lama hanya suara dengkuran pelan terdengar. Seulas senyuman terlukis di wajah Claudia. Wanita itu memandangi wajah tegas Chris.

"Aku mencintaimu, Mas."

***

Satu jam kemudian, pintu operasi terbuka membuat Viola sontak berdiri. Tatapannya penuh harapan menatap sang dokter. Keisya mencoba menenangkannya walaupun sebenarnya wanita itu juga merasa kekhawatiran dengan hasilnya.

"Operasinya berjalan lancar dan pasien hanya perlu istirahat yang cukup setelah dipindahkan," jelas dokter yang membuat mereka merasa lega.

Namun, atensi dokter tersebut tertuju kepada Chris dan Claudia. Kedua orang itu tertidur pulas. Menyadari ke arah mana tatapan dokter membuat Keisya dan Viola ikut menoleh. Andre tertawa kecil.

"Sudah seperti si kembar saat tidur," ujar Andre karena teringat oleh Raden dan Ratna.

"Iya, mereka nggak bisa ikut karena Ratna masih dalam pemulihan," tampik Viola membenarkan ucapan Andre.

"Sangat lucu," lirih Keisya sembari terkikik.

Dokter pun berpamitan lalu berlalu pergi. Keisya memutuskan membangunkan Claudia dan Chris karena akan pindah tempat. Mereka terusik lalu terbangun sembari mengucek mata.

"Sudah?" tanya Chris.

"Iya, Nak. Ayo, kita pindah." Keisya dengan lembut menuntun mereka karena baru bangun tidur.

***

Di salah satu ruangan bernuansa putih, Satya masih berbaring lemah. Pria itu baru saja sadar dan masih belum bisa banyak bergerak.

"Mas, terima kasih." Viola langung memeluk Satya begitu pria itu terbangun.

"Iya, terima kasih juga karena telah menungguku," balas Satya.

Kabar kesembuhan Satya diterima dengan tangis haru oleh keluarga besar. Satya butuh waktu untuk pulih total sampai diperbolehkan pulang. Setelah lika-liku dihadapi, akhirnya tibalah momen membahagiakan menyertai mereka.

Tamat? Belum, masih ada lagi. Jangan lupa vote dan komen, ya. Terima kasih, ya.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang