bab 7

118 37 41
                                    

"Campai!" Ratna berlari dengan riang begitu sampai di kota Jakarta. Andre tampak kewalahan mengejar Ratna yang sangat aktif sedari tadi. Sementara itu, Raden hanya diam memerhatikan. Wajah datarnya menelisik sekitar. Claudia yang sibuk mengangkut barang-barang ke dalam mobil melirik putranya yang hanya termenung duduk di troli barang.

"Kenapa, Den? Kamu nggak main sama Andre dan Ratna?" tanya Claudia yang masih sibuk memasukkan koper dan barang lainnya.

"Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya heran kenapa Ibu selalu menangis di balkon rumah," jawab Raden lalu ia menoleh menghadap Claudia, "apa Ibu merindukan ayah?"

Pertanyaan Raden membuat Claudia merapatkan mulutnya lalu dengan cepat ia mengalihkan topik. "Mana ada. Lebih baik kamu masuk ke dalam mobil," tuturnya. Raden berdecak lantas menuruti perkataan Claudia tanpa mengatakan sepatah kata.

Viola yang diam-diam memerhatikan perdebatan Claudia dan Raden berinsiatif mendekati sahabatnya itu. Ia memanggil Claudia dengan lembut tangannya menepuk pundak wanita dengan ikatan cepol. "Kamu tidak bisa membohongi Raden terus-menerus karena anak itu sangat peka," ujarnya yang membuat Claudia membisu dan menghentikan aktivitasnya.

"Aku akan coba menemui pria itu dan akan ku pertimbangkan kedepannya akan bagaimana itu tergantung penjelasannya," kata Claudia lalu ia menutup bagasi mobil. Setelah itu, mereka berangkat ke rumah baru yang dibeli oleh mereka sebelum pindah.

Butuh 2 jam untuk sampai ke rumah baru dari bandara. Saat sampai mereka langsung berberes rumah dan menata barang-barang walau belum semuanya. Setidaknya rumah kelihatan rapi dan bersih 'tuk ditempati. Sekarang mereka sedang bersantai di halaman belakang rumah serta anak-anak bermain dengan riang.

"Oh, ya, Claudia kamu belum pernah mengatakan siapa nama suamimu. Siapa pria itu?" Viola bertanya sambil menikmati makanan ringan yang mereka beli sebelum berangkat.

"Christian namanya. Kalo nama suamimu?" Claudia menjawab sekaligus bertanya perihal tentang suami Viola.

"Owalah. Kalo aku namanya adalah Satya," jawab Viola, sedangkan Claudia hanya manggut-manggut menanggapinya. Setelah itu, mereka hanya membahas perihal pekerjaan baru mereka lalu saat Claudia bertanya di mana mereka akan bekerja Viola menjawabnya.

"Di Jaya group."

Bagai disambar petir di siang bolong. Netra Claudia membulat sempurna mendengarnya lalu ia berteriak yang membuat Viola menatapnya keheranan. Ia bertanya kenapa dan ada masalah, tetapi Claudia enggan menjawab. Wanita itu memilih berbalik masuk dan melanjutkan bersih-bersih rumah.

Dia kenapa? batin Viola sambil melirik punggung Claudia yang mulai menjauh dan tidak terlihat di matanya.

Raden memerhatikan kedua wanita dewasa sedari tadi. Ia sudah menguping pembicaraan mereka bersama Ratna dan Andre. Manik hitam Raden menatap Andre lekat yang membuat Andre meneguk ludahnya.

"Kak Andre," panggil Raden. Andre menyahut panggilan bocah berumur 5 tahun itu.

"Ayo, temui pria yang bernama Christian dan Satya," ajak Raden lalu Ratna juga ikut-ikutan sembari melompat-lompat menarik ujung baju Andre.

"Apa?" Andre membelalakkan matanya menatap kedua bocil kembar menatapnya penuh harap. Ia menghela napas sambil menggelengkan kepala. Jika sudah seperti ini ia juga tidak bisa menolak.

"Baiklah."

"Yey!"

***

Sisa waktu mereka habiskan untuk merapikan sisanya lalu malamnya mereka beristirahat karena esok mereka akan masuk kerja dan anak-anak akan bersekolah. Keesokan paginya seperti biasa mereka membangunkan ketiga anak-anak yang susah dibangunkan dan harus— tidak, wajib melakukan ritual pagi hanya untuk membangunkan mereka.

"Bangun atau Mama bakalan sita game kalian!"

Ancaman Viola sontak membuat mereka bertiga membuka mata lalu berlari ke kamar mandi. Viola berdecak dengan kedua tangan di pinggang lalu berbalik meninggalkan kamar.

Di dapur Claudia sedang menyiapkan sarapan lalu menyajikannya ke meja makan. Viola menggeser kursi lalu mendudukinya sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Mereka sudah bangun?" tanya Claudia yang masih sibuk memasak karena hari ini banyak menu makanan yang ia masak.

"Sudah– eh? Kenapa banyak lauk kamu masak?" Viola bertanya sambil menunjuk menu makanan yang sudah tersaji di meja makan.

"Hehehe ... aku hari ini ingin memasak banyak sekalian buat makan malam supaya kita nggak masak lagi," ucap Claudia sembari mencicipi masakannya, sedangkan Viola hanya menggangukkan kepala menanggapinya. Setelah itu, ketiga anak-anak menuruni tangga dengan pakaian seragam sekolah.

"Ayo, makan lalu kita berangkat," tutur Claudia lalu anak-anak dengan antusias duduk di kursi dan makan dengan lahap. Setelah selesai sarapan mereka pun berangkat mengantar anak-anak ke sekolah lalu ke kantor.

***

Di sisi lain kota, tampak bangunan tinggi menjulang dengan ramainya orang-orang disibukkan berlalu-lalang, tak terkecuali dua pria yang sedang rapat dengan karyawan lain perihal kerjaan.

"Mereka karyawan yang dipindah tugaskan?" Seorang pria bertanya sambil menatap dua lembar yang berisi data diri karyawan baru.

"Apa ada masalah, Tuan?"

"Tidak, ada. Rapat selesai lalu bersiap menyambut dua karyawan pindahan." Pria dengan jas berwarna abu-abu bangkit dari duduknya lalu orang-orang di ruangan tersebut keluar satu per satu.

"Chris, memangnya siapa dua karyawan itu? Apa kamu mengenalnya?" tanya pria dengan jas berwarna coklat.

"Iya, dia istriku—" Chris menjeda kalimatnya lalu melangkah mendekati pria tersebut dengan satu lembaran di tangannya. Ia meletakkan tepat di meja si pria,"serta istrimu, Satya," lanjutnya.

Satya— pria itu membulatkan matanya dengan mulut terbuka sedikit lalu netranya beralih menatap Chris tak percaya.

"Mereka kembali? Bagaimana caranya?" Satya bertanya kepada Chris lalu tanpa sadar bulir-bulir air mata menetes dari pelupuk matanya.

"Butuh waktu sampai aku berhasil melacaknya. Yang penting mereka kembali lalu kita hanya perlu memperbaiki kesalahan dan ingat satu hal, Satya. Aku tidak akan segan-segan melakukan sesuatu padamu jika kau mencoba mendekati Claudia seperti yang kau lakukan di Paris 5 tahun lalu," jelas Chris dengan nada mengancam yang membuat Satya meneguk ludahnya.

Jangan lupa vote dan komen, ya. Makasih dan see you.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang