bab 16

42 21 5
                                    

Suasana rumah sakit menjadi menenangkan ketika ambulans yang membawa Chris memasuki area lorong menuju UGD. Calvin berusaha menajaga kesadaran Chris, tetapi kembarannya itu kehilangan tenaga. Matanya selalu ingin tertutup. Satya di samping kiri Chris memohon kepada adik sepupunya agar bertahan. Begitu masuk UGD, kedua pria itu hanya menatap nanar pintu.

Calvin mengacak rambutnya dengan frustrasi, sedangkan Satya termenung sambil menatap lurus ke arah pintu UGD. Ia merasa yakin tadi Chris mengucapkan sesuatu. Calvin menyadari kegelisahan Satya lantas bertanya, "Apa yang kamu pikirkan sampai alismu menekuk begitu?"

"Chris berkata– tidak, dia memanggil-manggil Claudia," jawab Satya sembari menatap Calvin.

"Claudia?" Tanpa berpikir panjang, Calvin menghubungi istrinya. Pasalnya, tadi ia sempat menghubungi Cellin kalau dia bertemu dengan Claudia di taman.

"Halo, Sayang, kenapa?" Suara Cellin terdengar di seberang begitu sambungan terhubung.

"Gak banyak waktu aku mau kamu bawa Claudia ke rumah sakit Cahaya," titah Calvin penuh penekanan. Cellin menelan salivannya dan merasa ada sesuatu yang telah terjadi.

"Baiklah."

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Calvin. Cellin mengigit bibirnya lalu menyimpan ponselnya ke dalam tas. Diliriknya Claudia dan Viola yang sedang bersiap 'tuk pulang.

"Claudia," panggil Cellin.

"Ada apa, Cell?" Claudia menoleh ke arah Cellin. Tangannya masih sibuk membereskan barang-barang bawaannya ke dalam tas dan tak lupa memakaikan jaket si kembar.

"Ikut aku ke rumah sakit," ucap Cellin dengan helaan napas berat.

"Buat apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Claudia dengan alis menekuk.

"Aku juga tidak tahu, tapi Calvin memintamu datang bersamaku," jelas Cellin. Sungguh ia juga tidak mengetahui apa-apa bahkan tidak sempat bertanya.

"Aku boleh ikut?" celetuk Viola. Cellin mengangguk. Setelah itu, mereka melesat ke rumah sakit cahaya. Walaupun dilanda kebingungan, Claudia merasa penasaran apalagi entah kenapa firasatnya buruk sedari tadi.

Chris, kamu baik-baik saja, kan? Claudia membatin. Butuh 20 menit untuk sampai lalu mereka langsung berlari kecil memasuki rumah sakit. Dari kejauhan, Cellin dapat melihat Calvin dan Satya tengah mondar-mandir di depan UGD.

"Calvin!" Cellin berlari menghampiri pria yang tengah gelisah. Tangannya merangkul lengan Calvin. "Apa yang terjadi?"

"Di mana Claudia?" Alih-alih menjawab pertanyaan Cellin, Calvin justru bertanya keberadaan Claudia.

"Aku di sini." Claudia berjalan mendekat sambil menggandeng Ratna dan Raden. Calvin membulatkan matanya melihat dua anak yang menempel pada Claudia.

"Adik ipar, kedua anak itu? Kamu—"

"Mereka anakku dan Chris," potong Claudia dengan tegas sebelum terjadi kesalahpahaman lagi.

"Ah, kalau begitu, alasan kamu di rumah sakit 5 tahun lalu karena mengecek kandunganmu, ya," tebak Calvin lalu Claudia mengangguk sebagai jawaban.

Calvin tak habis pikir. Kenapa Chris tidak memberitahunya dan keluarganya? Padahal selama ini, ia sangat menantikan kelahiran keponakannya supaya Roshan, putranya memiliki teman bermain.

"Kenapa Chris tidak memberitahu?" tanya Calvin.

"Dia tidak tahu, Kak. Aku juga baru mengetahuinya. Jadi, katakan sebenarnya terjadi apa di sini?" Claudia menatap Calvin dengan sorot mata menajam. Ia tidak suka membuang-buang waktunya.

"Itu—"

Pintu terbuka menampakkan beberapa tenaga medis. Mereka mendekati Calvin. "Dengan keluarganya?"

"Iya, Dok. Bagaimana keadaan adik saya?" Calvin dengan cepat menjawab.

Dokter itu menghela napas. "Kondisi pasien semakin memburuk. Racunnya semakin menyebar dan menggoroti organnya."

"Apa itu berbahaya?" tanya Satya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Iya, ini bisa merenggut nyawanya jika tidak segera ditangani dengan penawarnya. Sayangnya, tidak ada obat penawar dari racun ini," jelas dokter membuat semua orang terdiam tanpa sepatah kata.

"Tunggu, siapa yang Anda maksud dari tadi?" tanya Claudia dengan kebingungan. Ia tidak paham siapa yang dibicarakan. Hatinya begitu gelisah berharap orang itu bukanlah Chris.

"Claud," panggil Calvin.

"Apa? Katakan siapa?"

"Christian."

Satu kata yang keluar dari mulut pria itu membuat jantung Claudia berdetak cepat. Pandangannya mulai kabur, ia menggelengkan kepala tak percaya, dan  bulir-bulir lolos menetes begitu saja dari pelupuk matanya.

"Ibu?" Raden memanggil Claudia, tetapi Claudia tidak meresponnya. Lututnya terkulai lemas dan ia terduduk di lantai dengan isak tangis yang terus ia tahan.

"Ibu, kenapa nangis?" Mata Ratna berkaca-kaca sembari mengelus pipi Claudia.

"Tidak ... tidak mungkin!" Claudia berseru dengan suara serak. Tangisannya pecah dan pertahanan yang selama ia bangun runtuh. Tidak pernah ia membayangkan pertemuannya dengan Chris akan setelah 5 tahun berlalu hanya sesingkat ini. Rasa penyesalan menyelimutinya.

"Claudia." Viola menatap iba Claudia. Ingin sekali dirinya menghibur sahabatnya itu, tetapi ia tahu betul Claudia ingin sendirian dan tak ingin diganggu.

Calvin melangkahkan kakinya mendekati Claudia lalu berjongkok di depannya. Tangannya mengusap pucuk kepala Claudia. Berharap bisa sedikit menghiburnya.

"Maaf, Claudia." Hanya dua kata itu terucap dari mulut Calvin padahal ini bukan salahnya. Orang yang seharusnya meminta maaf adalah Claudia, tetapi mental wanita itu terguncang setelah mengetahui selama ini suaminya keracunan dan dirinya tidak ada di sisinya selama ini. Egonya lebih besar dari rasa cintanya. Claudia merasa wanita yang tidak pantas untuk Chris.

Claudia bangkit dan langkahnya lunglai. Cellin dan Viola berlari ke arah Claudia lalu menopang tubuhnya agar tak jatuh. Dokter yang menangani Chris menyarankan membawanya ke salah satu ruangan pasien yang kosong untuk beristirahat. Mereka menurut dan membawa Claudia di salah satu ruangan dan ternyata Chris dipindahkan ke ruangan itu juga.

"Biarkan mereka. Masih ada yang harus  kita urus," ujar Calvin lalu mereka meninggalkan ruangan.

Dalam perjalanan, Calvin dihalangi oleh seseorang. Alisnya menekuk menatap waspada sosok yang berkacamata tersebut.

"Siapa kamu?" tanya Calvin dengan tegas.

"Salam kepada keluarga Jaya, perkenalkan aku ...."

BERSAMBUNG

Uenak digantung? Hahahahaha... jangan lupa vote dan komen untuk mendapatkan jawabannya.

See you...

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang