Keheningan menyelimuti Keisya. Wanita paruh baya itu merenung seraya menatap menantunya. Ia masih memikirkan nasib Satya kedepannya setelah mendengar penjelasan dokter.
"Bunda," panggil Surya, "jangan terlalu dipikirkan. Ini salahku dari awal karena bersikap kekanak-kanakkan dari awal memakai identitas Kak Satya sampai hubungan kakak dan Kak Viola menjadi begini."
Keisya melirik Surya sekilas lalu mencubit lengan putranya. "Iya, salahmu! Sekarang bagaimana? Karena Satya pernah mengkonsumsi obat-obatan sampai overdosis, sekarang kakakmu sakit keras."
Surya meringis pelan sambil mengusap lengannya yang dicubit oleh Keisya. Tatapan matanya sayu lalu menatap Viola dengan sayu dan mengigit bibirnya. Menyesal? Iya. Dia adalah pria dan seorang adik yang tidak berguna karena telah menghancurkan rumah tangga kakaknya.
Dulu dirinya terlalu bodoh sampai kakak pertamanya, Satria kehilangan nyawa dan istri kakaknya menghilang. Padahal keluarga Adwira ingin memberikan hak wanita itu karena Satria menikah secara diam-diam. Entah apa yang dipikirkan Satria ketika itu, Surya tidak tahu.
"Bun, aku keluar dulu," pamit Surya lalu Keisya mengangguk pelan. Surya melangkah keluar ruangan dan tak sengaja berpapasan dengan keempat orang yang tidak asing baginya.
"Kalian ... ngapain di sini?" tanya Surya dengan sinis.
Ara meneguk ludah dengan kasar saat matanya bersitatap dengan Surya. Dengan cepat, ia memalingkan wajah. Surya merasa tidak asing dengan Ara. Baru saja, tangan kekarnya hampir menyibak rambut Ara, tetapi suara berat menegurnya seraya menahan tangan Surya.
"Mau kamu apa? Kami di sini karena ingin berdiskusi tentang sesuatu." Delson menatap tajam Surya, sedangkan Surya menatapnya dengan datar.
"Boleh. Ayo, pindah tempat," jawab Surya sembari melangkah mendahului mereka lalu keempat orang itu mengikuti dari belakang.
Dari kejauhan, Chris melihat mereka dengan tatapan kebingungan. Hari ini dia sudah bisa pulang ke rumah, tetapi kabar Satya dan Viola terpeleset sempat membuatnya terkejut. Jadi, sebelum pulang, ia menjenguk kakak sepupunya itu.
"Mereka mau ke mana?" gumam Chris.
"Mas, ayo, kita masuk. Kenapa malah berdiri di sini?" Claudia menghampiri Chris bersama Raden dan Ratna.
"Ayah, gendong." Ratna berlari kecil ke arah Chris. Di depan Chris, gadis kecil itu dengan polos berkata sambil merentangkan tangannya.
Sudut bibir Chris menarik. Pria itu mengendong Ratna lalu memasuki ruangan di mana Keisya di dalam. Chris menyapa tantenya itu dan Keisya menyambut hangat mereka.
"Silakan duduk," ucap Keisya kepada Claudia.
"Tidak usah, Tante. Kami hanya sebentar saja karena mau pulang ke rumah," tolak Claudia dengan sopan.
"Begitu, ya," lirih Keisya. Chris menyadari raut wajah Keisya yang lesu dan ketidakhadiran Surya.
"Di mana Surya?" tanya Chris.
"Dia keluar sebentar," jawab Keisya dengan pelan.
Chris merasa prihatin dengan kondisi tantenya. Karena semenjak suaminya meninggal secara mendadak tanpa tahu alasannya lalu Satria yang mati terbunuh di kantornya membuat Keisya depresi berat sampai mengikat Satya dan Surya di rumah agar tidak kehilangan lagi. Memang kematian paman dan kakak sepupunya masih misteri, tetapi ia juga tidak mengetahui siapa pelakunya.
"Nenek, kenapa? Sakit?" Ratna bertanya sambil mengelus wajah Keisya dengan lembut.
Hati Keisya tersentuh. Sudah lama dirinya mendapatkan perlakuan hangat. Terakhir kali, ia merasakannya bersama mendiang suaminya 7 tahun lalu. Bulir-bulir jatuh membasahi pipi Keisya. Tatapan Ratna mengisyaratkan kesedihan seolah paham perasaan Keisya.
Gadis kecil itu menghapus air mata Keisya seraya berkata, "Jangan nangis, Nek. Ada aku, Kak Raden, ayah, dan ibu di sini."
Keisya melebarkan matanya lalu mengecup kening Ratna dengan lembut. "Terima kasih."
"Ih, Nenek nggak sayang aku lagi."
Suara anak laki-laki menarik atensi mereka. Andre— anak itu mengembungkan pipinya dan tatapannya yang tajam. Bukannya terlihat menakutkan malah menggemaskan. Keisya tertawa pelan. Akan tetapi, tawa Keisya malah membuat Raden semakin bersikap menggemaskan. Anak itu malah membalikkan badan.
Angel terkekeh pelan. "Andre, nenek sayang kamu kok," kata Angel. Namun, Andre malah memalingkan wajah.
"Sini, Nak."
Bukan, itu bukan suara Keisya. Akan tetapi, suara Viola. Andre berbaik badan lalu melangkah cepat mendekati bankar. Andre memanggil Viola dengan lirih lalu Viola mengusap kepala Andre dengan lembut.
"Mama, apa baik-baik saja?" tanya Andre dengan tatapan khawatir.
Viola menerbitkan senyuman. Wanita itu bangun dari tidurnya lalu memperbaiki posisinya menjadi bersandar di bantal. "Iya, Mama baik-baik saja hanya kaki Mama terkilir," jawab Viola dengan lembut.
"Papa?"
"Ya, kenapa?" sahut Viola.
"Papa kapan bangun? Tidut terus." Andre menundukkan kepala sembari memainkan jari-jarinya. Bulir-bulir jatuh dari pelupuk matanya membasahi pipinya. "Aku mau main sama papa," lanjutnya.
Keisya bungkam. Wanita itu tak mau memberitahu dahulu kondisi Satya. Jika memberitahu Andre malah membuatnya semakin sedih apalagi Viola. Wanita itu akan menyalahkan dirinya karena telah meninggalkan Satya.
"Iya, Tante belum memberitahu kondisi Satya," timpal Chris yang penasaran.
"Satya baik-baik saja. Dia tidak terluka parah hanya kepalanya mungkin akan terasa sakit nanti saat ia sadar," jelas Keisya sambil menerbitkan senyum.
Chris merasa janggal dengan penjelasan Keisya. Ada yang disembunyikan, tante, batin Chris.
Namun, pria itu mengurungkan niatnya 'tuk bertanya karena ia tahu pasti Keisya memiliki alasan sendiri. Claudia memeluk Viola dan Viola membalas pelukan sahabatnya itu.
"Jaga dirimu, Vi. Aku pulang dulu," tutur Claudia.
"Iya, terima kasih juga," balas Viola.
"Dadah, Nenek!" Ratna melambaikan tangan dan Raden hanya memberikan senyum tipis.
Claudia menyusul kedua anaknya yang sangat lincah itu. Dilepas sedikit sudah kabur menghilang entah ke mana. Andre ikut mengejar si kembar dan Angel berlari menyususulnya. Namun, Chris tetap terdiam di depan pintu. Keisya dan Viola menatapnya keheranan.
"Ken—"
"Tante, katakan saja. Aku tahu Satya selama ini mengonsumsi obat-obatan kok karena dirinya juga aku dulu hampir berakhir sepertinya," ujar Chris dengan dingin.
Keisya menundukkan kepala sambil menggertakkan gigi. "Satya— anak itu kecanduan obat-obatan sampai tubuhnya sakit. Dokter mengatakan masih ada cara sembuhnya kalau dia mau cuci darah."
"Apa?" Viola membulatkan matanya mendengar penjelasan ibu mertuanya. Ia tak menyangka Satya melakukan hal gila sampai sejauh ini.
Chris? Pria itu memikirkan hal lain lalu keluar ruangan tanpa sepatah kata. Entah apa yang direncanakan pria itu, tetapi tindakan Chris membuat sebuah keajaiban.
Keajaiban gak tuh😆 jangan lupa follow, vote, dan komen, ya.
See you....

KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
RomanceClaudia dan Christian sepasang suami-istri yang sedang menantikan anak, tetapi suatu hari saat Claudia berniat menemui Chris ia terkejut melihat suaminya berjalan dengan seorang wanita. Claudia yang merasa sakit hati melihat itu akhirnya kabur tanpa...