bab 32

28 14 0
                                    

Cidera Viola berangsur membaik. Wanita itu kini diperbolehkan pulang, tetapi Satya masih harus menginap di rumah sakit. Luka Satya memang tidak parah, tetapi pria itu harus menjalani perawatan.

"Mas, aku akan cari pendonor ginjal supaya kamu sembuh," ujar Viola sembari bersiap-siap pulang.

"Lakukanlah sesukamu, ini juga salahku," balas Satya seraya membelakangi Viola.

Viola mendengkus kesal. Padahal ia berniat baik, tetapi dicuekin. "Dasar pria gila kerja," cibir Viola.

"Mama," panggil Andre sambil memunculkan wajahnya dibalik pintu.

"Ayo, Nak. Kita pulang," ajak Viola dengan senyuman. Andre menganggukkan kepala lantas memasuki kamar membantu Viola membawa barang.

"Papa nggak ikut?" tanya Andre.

"Tidak, papamu masih dirawat," jawab Viola ketus.

Andre tak menjawab. Anak laki-laki itu membawa tas yang tidak terlalu besar lalu berjalan keluar kamar. Viola menarik sudut bibirnya lantas menysulnya. Namun, panggilan Satya menghentikan langkah Viola.

"Vi, andai aku tak selamat, kamu bisa menikah dengan pria lain."

Viola memicingkan mata mendengar perkataan pria yang berbaring membelakanginya. Tangannya terkepal kuat lalu ia berjalan mendekati Satya dengan emosi meluap-luap.

"Tarik kata-katamu, sialan!" Viola berbisik yang membuat Satya terusik. Pria itu lantas berbalik dan melebarkan mata karena wajah Viola. Wanita itu tersenyum manis, tetapi bagi Satya senyuman itu menyeramkan.

Mata Satya meneliti wajah Viola. Dahi berkerut, mat terbuka lebar, dan senyuman maut. Pria itu paham arti ekspresi Viola saat ini. Bisa dikatakan dia marah.

"Aku ... tidak mengatakannya lagi." Satya memalingkan wajah. Pria itu ketakutan melihat Viola sekarang. "Aku sudah membangunkan singa yang sedang tertidur."

"Kamu mengatakan apa?"

Satya melirik Viola sekilas. Namun, wajah wanita itu terlalu dekat dan lebih menyeramkan. Satya membatin merutuki dirinya karena mengatakan kalimat keramat.

"T- tidak! Aku tidak mengatakan apa-apa," jawab Satya dengan terbata-bata.

"Sungguh?" Viola naik ke atas tempat tidur. Matanya membulat sempurna menatap Satya dengan horor.

Satya hanya menghindari tatapan Viola. "Sial, aku tersudut," pikirnya seraya menelisik sekitarnya.

"Kenapa?" Viola mendekatkan wajahnya yang membuat rona merahdi wajah Satya terlihat sangat jelas.

"A- aku—"

"Mama masih lama?"

Begitu pintu terbuka lebar, kedua orang yang sedang di atas tempat tidur terdiam. Seperti pasangan yang terciduk melakukan hal yang senonoh padahal tidak melakukannya. Ditambah lagi, Andre yang melihat semuanya. Anak yang berusia 9 tahun mempergoki orang tuanya.

"Viola, Andre dari tadi menung—"

Sial. Viola dan Satya membatin karena bukan saja Andre melainka Keisya, Angel, dan Surya melihat mereka. Ditambah, posisi mereka membuat siapa pun yang melihatnya akan salah paham. Satya yang tersudut di dinding, sedangkan Viola menarik kerah baju Satya dan tangan satunya menempel di dinding.

"Andre, mungkin mamamu masih ada urusan dengan papamu," ucap Surya dengan senyum paksaan.

"Iya, Sayang," timpal Angel membenarkan ucapan Surya seraya menampilkan deretan gigi putihnya.

"Maaf, kami menganggu," ujar Keisya sambil menutup pintu.

"Bun, Bunda!" Satya ingin menjelaskan, tetapi Keisya terlanjur menutup pintu dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Viola? Wanita itu segera turun dari tempat tidur dan segera membawa barang-barangnya lalu keluar kamar tanpa berpamitan dengan Satya. Ia sudah terlanjur malu sampai tak bisa berpikir jernih.

Satya terdiam di atas tempat tidur melihat kepergian Viola padahal baru saja, wanita itu bertingkah menggodanya. Lalu sekarang Satya merasa baru saja dicampakkan.

"Astaga, malunya."

***

Keesokan harinya, Viola terbangun dan melihat Claudia sedang memasukkan baju-bajunya beserta baju anak kembarnya ke dalam koper. Viola melangkah mendekati Claudia dengan segala pertanyaan di otaknya.

"Kamu mau ke mana, Cla?" tanya Viola sambil mengernyitkan alis.

"Balik ke rumah suami," jawab Claudia dengan singkat.

"Apa? Sekarang? Kenapa nggak nanti aja dan kamu nggak kasih tahu aku apa pun. Kenapa?" Viola bertanya dengan seribu pertanyaan yang membuat Claudia mengembuskan napas dengan gusar.

"Vi, 5 tahun aku meninggalkan Chris dengan kesalahpahaman yang seharusnya masih bisa kuselesaikan, tapi aku malah dengan bodohnya meninggalkan dia," jelas Claudia dengan suara kecil.

Terlihat raut wajah Claudia yang berkerut dan nada bicaranya menandakan ia sangat menyesal atas keputusannya dulu. Viola juga merasa demikian. Wanita itu sebenarnya menyesal meninggalkan Satya, tetapi hatinya ragu untuk kembali ke pria itu. Masih ada rasa takut ditinggalkan sendirian di rumah karena Satya terlalu memprioritaskan pekerjaannya ketimbang keluarganya.

"Viola, aku paham perasaanmu. Namun, kamu harus pikirkan Andre masih kecil, dia masih membutuhkan sosok ayah dan ibunya di sisinya, tapi itu keputusanmu. Aku tak bisa memaksamu," tutur Claudia lembut.

"Aku banyak belajar darimu selama ini. Jadi, satu nasihat dariku untukmu. Jika kamu masih mencintainya maka kembalilah bersamanya, tapi jika tidak jangan dipaksakan hanya saja kamu perlu memikirian Andre. Jangan membatasi hubungan Andre dan Satya karena mau bagaimanapun, Satya adalah ayah biologisnya," lanjut Claudia, "hanya ini yang bisa kukatakan padamu."

Claudia selesai berberes. Diangkatnya koper bersamaan suara anak-anak dengan riang memanggil Claudia. Diikuti seorang pria yang memasuki rumah.

"Sudah semua? Aku angkut ke dalam mobil." Chris menepuk pundak Claudia dengan pelan seraya melihat 2 koper besar dan satu koper kecil.

"Sudah, Mas. Kamu nggak apa-apa angkat semua ini?" jawab Claudia sambil menatap tak percaya Chris.

"Aku ni lakik! Lagian aku sudah sembuh total dan jangan memperlakukan aku seperti orang sakit," cerocos Chris dengan kesal.

"Lakik, dih. Terus, yang tadi di rumah orang tuamu siapa, ya yang berteriak melengking?" Claudia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tatapannya meledek Chris disertai senyum remeh membuat Chris mencibir. "Dulu juga kamu begitu," sambungnya.

Chris melotot. Pria itu enggan meladeni istrinya lagi lalu mengangkut ketiga koper ke dalam bagasi mobil. Claudia terkekeh pelan karena berhasil meledek Chris.

"Sekalinya berbaikan malah romantisnya nggak ngotak," gerutu Viola sambil memayunkan bibirnya.

"Biarin." Claudia membalas sembari menjulurkan lidahnya. "Kalau mau mesra dengan suami juga sana balikan sama Satya," lanjutnya lalu ia berbalik pergi. Claudia berpamitan lalu mobil berwarna hitam itu meninggalkan pekarangan rumah.

"Balikan, ya?"

Kapan ni tamat?! Nggak tahu😭 bismillah tamat bab 35 insya allah bisa🔥🔥 tapi kok nggak yakin😭😭

Jangan lupa follow, vote, dan komen, ya.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang