"Anda ...." Tangan pria itu menunjuk seorang pria berjas putih mengulum senyum kepadanya. "Siapa?"
"Saya adalah pimpinan light noir. Tujuan saya datang karena menawarka kepada kalian bergabung bersama kami," tawarnya.
"Kami menolak!" tolak si pria, "lagian apa yang bisa Anda lakukan untuk melindungi kami dari kejaran red blood?" sambungnya.
Pria berjas itu tertawa kecil sambil bertepuk tangan. "Saya akui kalian waspada padaku, tapi saya jamin kalian aman bersama saya karena pimpinan red blood tidak bisa menyentuh kalian."
Pria itu menarik sudut bibirnya lalu menjelaskan identitas pria di hadapannya. "Raza Atila, seorang pria berusia 29 tahun, sudah menikah, dan memiliki seorang putri. Kamu bekerja sebagai pembunuh bayaran di red blood dikarenakan utang yang banyak dan bertemu pria itu. Dia akan melunasi semuanya asalkan kamu bekerja untuknya, tapi apa yang kamu dapatkan?"
Ia melangkah lebih dekat sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada serta kepala ditegakkan menatap dingin. "Tidak ada. Tidak ada yang dia jannjikan kepadamu! Dia menipumu dan akhirnya tidak membayar utangmu."
"Terus, apa yang harus kuperbuat?" tanya Raza dengan kepala menunduk.
"Mudah saja, kamu bergabung ke dala light noir dan saya akan membayar semua utangmu. Bagaimana?"
Raza menelan salivannya ketika mendengar tawaran yang menggiurkan itu. Ia berpikir keras lalu melirik sekilas rekannya. Berdebat dalam batin cukup lama sampai akhirnya, ia memutuskannya.
"Kami menerimanya," jawab Raza yang membuat si pria berjas tersenyum puas.
"Sebelum itu, maafka kelancanganku. Kalau boleh tahu siapa nama Anda?" tanya Raza dengan hati-hati agar tak dicurigai bermaksud jahat.
Si pria berjas putih tersenyum hangat lalu tangannya terulur seraya menjawab, "Nama saya adalah ...."
Baru saja, Raza ingin berjabat tangan dengan pria asing di depannya. Namun, aktivitasnya berhenti. Matanya membulat sempurna kala mendengar nama pria yang sedang berdiri di depannya. Kakinya rasanya lemas dan tangannya bergetar. Sulit dipercaya demgan hal yang terjadi padanya saat ini.
"Tidak mungkin," lirihnya sambil menggelengkan kepala.
"Bagaimana kalau kita segera pergi lagian urusanku di sini telah selesai," ucapnya sambil membalikkan badan lalu melangkah pergi.
Raza dan satu rekannya ikut menyusul. "Tuan, bagaimana dengan rekanku yang satunya?"
"Orangku yang akan urus itu," jawabnya.
***
Revan tadi sempat memberikan obat penawar racun kepada Calvin lalu ia langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Calvin tak sempat mencegah Revan dan saat ini ia memberikan obatnya kepada dokter. Setelah selesai dianalisis dan terbukti aman, pihak medis megizinkan dan memberikan obat tersebut kepada Chris saat membuka mata.
Namun, Chris hingga saat ini belum sadarkan diri. Claudia terus menunggunya di samping tempat tidur suaminya dengan penuh harapan agar pria itu membuka matanya.
"Mas, kumohon bukalah matamu ... anak-anak menunggumu," gumam Claudia dengan suara serak karena menangis beberapa hari ini. Bahkan saat ini, matanya memerah dengan kantung mata menghitam. Tidak ada air mata.
Romi, Anita, Noval, dan Mellisa mengkhawatirkan kesehatan Claudia karena tidak tidur dan makan dengan teratur. Wanita itu menolak ditemani bahkan anak kembarnya pun diacuhkannya. Claudia— dia terlihat tidak baik-baik saja. Raden dan Ratna tidak bisa membujuk ibunya itu dan hanya berharap ayahnya segera sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
RomanceClaudia dan Christian sepasang suami-istri yang sedang menantikan anak, tetapi suatu hari saat Claudia berniat menemui Chris ia terkejut melihat suaminya berjalan dengan seorang wanita. Claudia yang merasa sakit hati melihat itu akhirnya kabur tanpa...