...
Xennia meneguk kasar minumannya, berhubung hari Sabtu sekolah libur, gadis itu memilih mengambil full time untuk bekerja, daripada berdiam diri dan malas-malasan di rumah. Waktu adalah uang.
"Kamu masih lama, Xennia? "
Xennia menoleh, "Aku selesai, Mbak."
"Kita kekurangan pelayan, pelanggannya lagi banyak banget.”
"Aku ke depan sekarang, Mbak."
"Tapi kamu baru aja istirahat, gapapa memang?" Cika menatap khawatir, Xennia baru saja istirahat, tapi gadis itu harus kembali bekerja karena pelanggan yang cukup ramai. Xennia masih terlalu muda, gadis itu juga mudah sakit.
"Gapapa, Mbak. Masih kuat, kok." Xennia berjalan keluar dari tempat ia beristirahat, melihat kondisi cafe membuatnya membelalak.
Baru beberapa menit ia tinggalkan, dan keadaan cafe sudah berubah. Sekarang tempat ini seperti sudah di booking, penuhnya cafe hanya diisi remaja-remaja dengan jaket hitam, nama dan lambang elang tertera jelas di bagian punggungnya, Zervanos.
"Xennia tolong antarkan ke meja nomor empat belas.”
"Baik, Mbak." Xennia meraih nampan tersebut, gadis itu dengan tenang berjalan ke arah meja nomor yang di tuju, semakin dekat alisnya semakin mengerut, orang-orang itu terlihat familiar, dan Xennia mendapatkannya. Mereka adalah anggota inti Zervanos.
"Pesanannya, Kak." Xennia menaruh makanan-makanan itu kemeja, tanpa memedulikan tatapan mereka yang jelas gadis itu sadari.
"Lo kerja di sini?" alis Aergeus menajam, terlihat sangat jelas bahkan pria itu tidak menyukainya.
"Iya, Kak.”
"Sejak kapan?"
"Sejak empat bulan yang lalu, mungkin? " jawab Xennia tidak yakin.
"Duduk di sini dulu, Xennia," Deo menepuk kursi kosong di sebelahnya.
Sedangkan Xennia tersenyum kaku, "Gak bisa Kak, ini jam kerja. Kalau gak ada lagi, gue permisi."
Xennia hendak pergi, namun tangannya di tahan. Gadis itu menoleh, menatap penuh tanya pada Aergeus yang menahannya, "Kenapa, Kak?"
"Pulang jam berapa?"
"Jam sepuluh, kenapa?"
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Gapapa, lo bisa kerja lagi."
Xennia mengangguk kaku. Sepertinya tidak salah kalau Xennia menyebutnya aneh, karena pada dasarnya Aergeus memang aneh.
Memilih mengabaikan, Xennia kembali bekerja, mengantarkan beberapa nampan makanan pada meja yang berbeda. Sesekali gadis itu mengusap keringatnya, terlihat sangat kelelahan, namun senyuman manis itu tak pernah sirna dari wajah cantiknya.
Anak-anak Zervanos sudah mulai berlalu, digantikan remaja ataupun orang dewasa yang lain, tak terasa sudah pukul 21:44, waktunya pulang tak akan lama lagi.
"Kenapa belum siap-siap pulang?"
"Tanggung, Mbak Sen, tinggal beberapa meja lagi." Jawab Xennia seraya tersenyum.
"Biar Mbak yang kerjain, kamu pulang aja.”
Xennia kembali tersenyum, gadis itu menghela nafasnya, "Oke, Mbak. Makasih ya.”
"Sama-sama, cantik. Lagian memang jam kerja kamu udah habis."
Xennia sudah rapi dengan kaos putih dan celana hitam panjangnya, gadis itu mulai melangkah keluar cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...