Dua minggu setelah tragedi di depan loker milik Haera. Semuanya kembali berjalan normal, seperti tidak ada apa pun yang terjadi.Hubungan Xennia dengan Aergeus merenggang, atau lebih tepatnya gadis itu yang menjauhi Aergeus. Tentang ia yang di bawa ke markas mereka itu sudah lebih dari cukup. Atau Xennia katakan, itu berlebihan.
Menurut Xennia, mereka berdua itu tidak sama sekali dekat, mereka hanya orang asing yang bersangkutan dalam beberapa kejadian, dan sudah waktunya ia berhenti, ia tidak ingin pergi lebih jauh lagi. Persetan dengan Aergeus yang pemaksa, ia benar-benar ingin berhenti.
Gadis itu memasukkan sepatu balletnya ke dalam tas, melepas kunciran pada rambutnya sebelum bergegas pergi. Ia tidak lupa bahwa ia masih harus bekerja setelah ini.
Xennia membawa mobilnya menuju cafe. Sebenarnya ia sudah ingin mengembalikan mobilnya pada sang Kakek, dan kembali pada kebiasaannya yang dulu, sebelum gadis itu mengingat bahwa masih harus bekerja. Berjalan kaki hanya akan menambah keringat di tubuhnya, dan ia tidak ingin di marahi karena hal itu. Walau sebenarnya tidak akan ada yang berani memarahinya, mengingat ia adalah gadis kesayangan si pemilik cafe, Tante Yira.
Dan jujur membuat Xennia sedikit tidak enak— oke, banyak tidak enak.
Xennia membuka pintu cafe, membunyikan lonceng yang terletak di atas pintu, mengalihkan beberapa perhatian termasuk pria ber-jas yang duduk tepat di pinggir jendela.
"Baru datang? Nyonya besar udah nungguin kamu dari tadi." Ucap Cika saat keduanya berpapasan.
"Tante Yira datang?" Tanya Xennia mengernyit.
"Dia gak ada hubungi kamu dulu, memang?"
Xennia bergeming. Benar, Tante Yira selalu menghubunginya terlebih dahulu kalau dia akan datang, atau hanya untuk menaruh makanan di lokernya. Xennia sedikit malu mengingat hubungan keduanya hanya sebatas bos dan bawahan.
Tapi nyonya besarnya itu memang selalu melakukannya.
"Heh, malah bengong. Cepat ganti baju, terus temui nyonya besar di ruangannya."
Xennia hanya mengangguk kemudian berlalu pergi. Gadis itu mengganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum pergi ke ruangan Yira. Menghela nafasnya sesaat kemudian mengetuk pintu.
"Masuk."
Xennia membuka pintu saat mendengar sahutan dari dalam, netranya menangkap sosok wanita yang masih terlihat begitu cerah memandanginya dengan berbinar.
"Honey," gumamnya pelan.
"Tumben Tante gak ngabarin dulu." Ucapnya sambil mendekat.
Yira tersenyum, "Duduk sayang."
Xennia mendaratkan bokongnya pada sofa, tepat di hadapan Yira yang memang sedang duduk di sana dengan sekumpulan dokumen di mejanya.
"Mau minum apa?"
Xennia menggeleng, "Gak perlu Tante, Xenni masih harus kerja setelah ini." Jawabnya.
"Right. Gak ada yang terlalu penting, Tante cuma kangen sama kamu. Dan kebetulan anak Tante sedang ada di rumah, Tante mau ajak kamu makan malam di rumah Tante."
Xennia terdiam, "Di rumah Tante?"
"Iya, di rumah Tante. Tante pengen banget kenalkan kamu sama putra Tante. Kamu bisa, kan?" Matanya memancarkan sebuah harapan, itu yang Xennia tangkap.
"Pasti ngerepotin." Gumamnya yang masih bisa terdengar jelas.
Yira menggeleng mendengar ucapan itu, "Gak ada yang ngerepotin kalau menyangkut kamu, justru Tante senang banget. Jadi gimana? Malam ini bisa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...