ARCHILLES 027

2.1K 76 0
                                    


Jam lima sore, Xennia masih tidak ditemukan, Aergeus menendang kursi di depannya keras, menciptakan bunyi yang cukup memekakkan telinga. Tiga puluh anggota berkumpul di kelas Xennia yang sudah kosong, seluruh orang di sana menunduk takut terkecuali Xander dan Theo yang menatap ketuanya tenang. Walaupun mereka semua tahu Aergeus bukan orang yang suka menyalahkan orang lain, tetap saja mereka malu karena merasa tidak berguna.

Aergeus tidak yakin, namun pikirannya selalu tertuju pada satu arah, ‘peneror’ walau bagaimanapun orang itu yang paling memungkinkan. Itu yang membuat Aergeus sangat khawatir, bagaimana jika orang itu melukai Xennia atau hal-hal buruk yang lain?

Semua area sekolah sudah di cek, Xennia benar-benar hilang tanpa jejak. Xander juga sudah meretas CCTV, yang mencurigakan adalah CCTV kamar mandi bawah tidak berfungsi sekitar jam sebelas sampai jam dua belas siang. Sedangkan itu adalah tempat yang Xennia kunjungi terakhir kali, sebelum menghilangkan dari CCTV.

“Gedung belakang sekolah.”

Suara itu membuat Aergeus yang menunduk kosong menengok menatap Eza yang baru saja berbicara, “Gedung belakang sekolah, udah ada yang cek di sana?”

Melihat semua orang menggelengkan kepala membuat Aergeus mendesis, laki-laki itu bergegas melangkahkan kaki, berlari cepat diikuti yang lain. Bodoh! Sangat bodoh!

Kenapa tempat itu tidak pernah terpikir oleh Aergeus, gedung belakang sekolah adalah salah satu tempat tanpa CCTV, begitu pun koridor ujung yang menjadi satu-satunya tempat penghubung kamar mandi bawah dan gedung kosong itu.

Jalur yang aman, sangat bodoh!

Tangan Aergeus mendorong pintu itu dari luar, keningnya mengernyit saat pintu itu tidak terbuka, laki-laki itu memberikan sinyal agar anggotanya mundur menjauh, begitu pun Aergeus yang mundur dua langkah lebar, kemudian menabrak pintu itu dengan bahunya. Dobrakan penuh tenaga yang membuat pintu itu terbuka kuat hingga mengeluarkan bunyi keras. Kakinya melangkah pelan ke dalam, pada langkah kelima tubuhnya membeku, kepalanya tiba-tiba terasa sakit, matanya merah berkaca-kaca. Xennia ditemukan, hanya saja dalam keadaan mengenaskan.

Aergeus segera berlari menghampiri, laki-laki itu membawa kepala Xennia ke atas pahanya.

“H-hei,”

“Xennia?” Suara itu, terdengar serak.

Tangan Aergeus mengusap-usap permukaan wajah Xennia, menyingkirkan debu dan rambut basah campuran keringat dan air mata yang sedikit menutupi wajah itu. Aergeus menggeram melihat luka-luka yang ada pada tubuh Xennia, goresan-goresan pada wajah, bahu, lengan, lutut, betis bahkan pada jari-jari yang mengeluarkan tetesan darah membuat Aergeus sangat marah.

Ia dengan cepat mengangkat Xennia, mengabaikan puluhan pasang mata yang masih menatap Xennia iba. Xander bergegas keluar mengambil mobil, laki-laki itu tanpa perintah membuka pintu penumpang, kemudian menancapkan gas menuju rumah sakit.

Setidaknya Aergeus merasa bersyukur memiliki Zervanos disisinya, melihat puluhan motor itu mengawalnya dan membukakan jalan agar mempercepatnya sampai ke rumah sakit.

...

Tiga ratus anggota berada di markas utama, seluruhnya. Tidak ada perintah, hanya saja hampir semua anggota datang atas kabar Xennia yang tidak baik. Berbeda dengan ratusan anggota beredar di ruangan yang sama, Xander dan Jordan duduk tenang di depan komputer yang menyala, ditemani Gerald yang sedang membolak-balikkan kertas di depannya, di ruangan sepi, ruang pribadi milik sang wakil ketua.

Kacamata itu bertengger indah di hidung tinggi Xander yang fokus, dengan jari-jari yang bergerak lincah di atas keyboard, beberapa hal janggal membuat laki-laki itu terkadang mengernyit.

ARCHILLES♤ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang