“So, he's mad at you?”
“Maybe.” Ucap Xennia pelan.
“Apa yang bakal lo lakuin sama Axel?” tanya Lavanya.
“Gue belum tahu, gimana pun hubungan gue sama Axel gak ada sangkut paut nya sama Aergeus.”
Walau bagaimana pun Xennia tidak pernah tahu jika keduanya saling mengenal, terlebih ternyata keduanya memiliki hubungan yang buruk.
Xennia berada di posisi bimbang. Tidak mungkin Xennia harus menjaga jaraknya dengan Axel hanya karena perseteruan antara Axel dan Aergeus, mengingat Xennia tidak bersangkut paut di dalamnya. Hubungannya dengan Aergeus dan Axel murni, sangat tidak masuk akal jika Xennia harus memutuskan salah satunya di luar kejadian nyata.
Aergeus memintanya menjauh dari Axel, dan Xennia jelas keberatan dengan itu.
“Mungkin gue harus bicara lagi sama Aergeus besok.”
“Lo memang harus lakuin itu, sebisa mungkin lo jauhi kemungkinan terburuk.”
Kalila hanya mengangguk menyetujui ucapan Lavanya, gadis itu tidak berkomentar apa pun, ia merasa kasus ini berada di luar kendalinya.
“Dilihat dari sudut mana pun, sebuah kesalahan kalau lo milih buat jaga jarak sama Axel. Masalah Axel Cuma sama Aergeus, bukan sama lo.” Semua yang Lavanya katakan sepenuhnya benar. Dan Xennia tentu saja memikirkannya matang-matang, sebagaimana ia berpikir segala sesuatu tentang kemungkinan.
Xennia paham jelas kalau permintaan Aergeus untuk menjauh dari Axel adalah kesalahan, laki-laki itu berpikir terlalu sempit. Xennia pikir Aergeus sudah mulai menunjukkan sifat egoisnya.
“Gue bisa pikirin ini nanti, lupain aja.” Xennia pikir ini bukan waktu yang tepat, mengingat tujuan awal mereka adalah menghabiskan waktu bersama, percakapan ini tidak ada dalam rencana.
“Gue mau mandi dulu, cemilannya ambil aja di bawah.”
...
Xennia melepaskan kain terakhir, gadis itu menyalakan shower yang mengeluarkan air dingin. Xennia memiliki kebiasaan mandi malam, ia sudah terbiasa dengan air dingin yang menusuk sampai tulang itu.
Gadis itu mendongak sambil menutup matanya. Pikirannya terasa bercabang ke mana-mana, tentang bagaimana ia harus berbicara pada Aergeus tanpa menyinggung laki-laki itu.
Xennia membuka matanya saat teringat sesuatu.
Axel berbicara tentang popularitas Zervanos yang tinggi saat mereka membicarakan perpindahannya tahun lalu, bagaimana laki-laki itu mengatakan Xennia yang seharunya tahu mengingat ketenaran setiap anggota Zervanos. Kemudian ada dua kemungkinan yang mampir dalam otak Xennia.
Pertama, Axel dan Aergeus berselisih sejak dulu, membuat semua orang mengenal Axel si rival Aegeus. Kemungkinan kedua yang bahkan membuat Xennia menggelengkan kepalanya memikirkan dari mana ia mendapat pikiran itu. Tidak terlalu masuk akal namun bisa di pikirkan baik-baik,
Axel adalah anggota Zervanos, dulunya.
...
Xennia langsung berlari menuju kelas Aergeus, tanpa peduli beberapa makian terdengar saat secara tidak sengaja Xennia menyenggol bahu mereka.
“Cari Aergeus, ya?” suara itu terdengar saat Xennia berdiri di depan kelas Aergeus tanpa melakukan apa pun.
“Dia ada?” tanya Xennia pada gadis di hadapannya.
“Ada, masuk aja.”
Xennia terlihat ragu, gadis itu mengambil nafasnya dalam-dalam, sangat terlihat tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...