Keadaan markas begitu hening, dengan suasana yang mencekam.
“Buka mulut lo semua, sialan! Jelas-jelas ini milik Zervanos, SIAPA YANG BERANI BERTINDAK DI LUAR PERINTAH GUE?!” Suara Aergeus menggema begitu kasar.
Tangannya bergerak melemparkan sebuah kain merah pada meja di depannya, meja bundar di ruang rapat utama, ruangan yang di jadikan tempat diskusi dalam kasus-kasus penting.
“Gue gak pernah minta Zervanos buat jadi pengecut!”
Tidak ada yang berani angkat bicara, anggota biasa maupun inti menunduk segan, Aergeus dalam kondisi kalut bukan tandingan yang bisa mereka tangani.
Xander menghela nafas pelan, menatap semua anggotanya dan berakhir pada sang ketua yang membungkuk dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja. “Kalian semua keluar, gue mau cuma anggota inti tetap di dalam.” Ucap Xander.
Aergeus mendelik sinis, tidak menyukai tindakan wakilnya itu. Sedangkan Xander tetap duduk di tempatnya dengan tenang, “Ada yang perlu gue bicarain sama lo.”
Seluruh anggota Zervanos sudah meninggalkan ruangan, menyisakan anggota inti dan juga sang ketua.
“Gak ada yang pasti, gak ada satu pun yang nunjukin wajah mereka.” Xander melemparkan beberapa lembar foto, foto yang menunjukkan tujuh orang dengan pakaian serba hitam dengan pengecutnya masih menghajar seorang laki-laki yang padahal sudah tepar, foto yang sama sekali tidak menunjukkan paras mereka dengan masker yang sama hitamnya juga topi senada.
“Terlalu mencurigakan, gue rasa bukan dari Zervanos. Lebih masuk akal kalau seseorang coba nyerang dua kubu sekaligus.” Ucap Theo berpendapat.
“Maksud lo?”
“Mereka coba buat adu domba.”
“Penghianat Zervanos? Gak ada yang punya slayer itu selain kita.” kata Atlas.
“Lo udah cek semua kendaraan yang mereka pake?”
“Pelat nomornya palsu, gue udah cek semuanya. Perjalanan terakhir mereka juga masuk hutan, tepat arah markas. udah jelas anggota Zervanos.” Ucapan Xander lantas membuat Theo mendelik.
“Penghianat? Gue pengen tahu apa yang mereka dapat dari hal itu.”
“Gak ada bukti pasti mereka penghianat. Cuma memang ada dua kemungkinan, sekumpulan pemberontak atau suruhan seseorang.” Sahut Xander.
“Kita bisa tahu kalau cek semua anggota, pelakunya pasti orang yang kehilangan slayer itu.” Ujar Briar simple.
“Mereka bahkan gak pake jaket Zervanos, menurut kalian ada kemungkinan kalau slayer itu sengaja di taruh di tempat kejadian?” tanya Atlas.
“Kalau di sengaja berarti apa yang Theo bilang itu bener, mereka coba adu domba.”
“Kita belum bisa tahu soal itu. Fokus aja, prioritas kita temuin pelakunya.”
“Briar bener, kita juga bisa dapat semua jawaban kalau pelakunya di temuin.” Tambah Deo.
...
Xennia tengah menyusuri rak-rak buku yang menjulang tinggi, perpustakaan di sore hari cukup sepi memberikan ketenangan tersendiri bagi Xenia yang memang tidak menyukai kebisingan.
Xennia sedikit mendongakkan kepalanya, menatap buku bersampul biru tua yang menarik perhatiannya, buku yang letaknya cukup tinggi bahkan ketika Xennia menjulurkan tangannya. Xennia berjinjit, membuat ujung jarinya menyentuh permukaan buku, membutuhkan usaha cukup keras saat Xennia mulai menariknya keluar, gadis itu sedikit melotot kaget saat buku-buku di sampingnya ikut terseret hingga berhamburan jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...