ARCHILLES 028

2.2K 68 0
                                    

Dua minggu berlalu, kejadian waktu itu sudah terlupakan. Semenjak Xander membawa kabar bahwa tidak ada tanda-tanda pembunuhan dalam kasus Damar, kematiannya murni atas tindakannya sendiri, dan kasus itu ditutup dalam jangka waktu dua hari penyelidikan.

Aergeus maupun Xennia tidak pernah mengungkitnya lagi, apa lagi setelah Aergeus memberitahu Xennia tentang kematian Damar alias si pelaku, sejak itu tidak ada pembahasan lagi. Tidak ada pertanyaan maupun pernyataan, seolah kejadian-kejadian itu tidak pernah ada. Xennia baik-baik saja, itu yang setidaknya bisa Aergeus syukuri.

Xennia terdiam memandangi matahari yang belum sepenuhnya tenggelam, keduanya tengah duduk di atas cup mesin mobil di tengah hamparan pasir pantai sore hari. Aergeus membawanya ke sana setelah jam sekolah selesai, bahkan keduanya masih menggunakan seragam.

Xennia sekali ikut bersenandung mengikuti irama lagu it’ll be okay milik Shawn Mendes yang tengah terputar, gadis itu tampak tidak melewatkan barang sedikit pun memandang matahari terbenam, berbeda dengan Aergeus yang tampak ke sekian kalinya memasukkan sandwich ke dalam mulutnya.

“Gue penasaran sama satu hal,”

“Tell me.” Jawab Aergeus cepat.

Xennia terdiam sebentar, memikirkan apakah tidak apa-apa jika menanyakan hal ini.

It’okay, just tell me.” Terdengar Aergeus kembali mengulangi perkataannya.

“Kak Haera bilang mata gue mirip seseorang, Kak Theo juga bilang hal yang sama. Kak Theo bilang itu alasan kenapa dia selalu natap gue sinis... atau semacamnya.”

“Dia bilang gitu?” tanya Aergeus kurang yakin.

“Dia bilang kalau mata gue mirip sama punya pacarnya, yang udah meninggal,” Aergeus tak menanggapi, laki-laki itu masih tidak percaya kalau Theo benar-benar mengatakannya.

“Dia bilang gue selalu ngingetin dia sama pacarnya, siapa namanya?”

“Hm?”

“Siapa nama pacar Kak Theo?”

Aergeus diam sesaat, “Seinna, Seinna Bathra Archilles.”

“Namanya cantik. Dia beruntung punya Kak Theo yang mencintai dia begitu besar, kan?”

Aergeus tersenyum, tangannya bergerak mengelus surai panjang Xennia, “Ya, dia beruntung, sangat beruntung. Di cintai begitu dalam sama Theo, sampai terkadang-kadang Theo ngeluh kalau dada nya sesak karena rasa cintanya begitu membuncah.”

Xennia tersenyum menikmati usapan Aergeus di kepalanya, “Jangan kayak Kak Theo, ya?”

“Gimana?”

“Jangan mencintai gue sama kayak Kak Theo mencintai Kak Seinna.” Lanjutnya dengan senyuman yang tak pudar.

Berbeda dengan Aergeus yang terdiam, dengan tangan yang tanpa sadar terjatuh dari kepala Xennia. “Apa yang coba lo bilang, Xennia?”

“Jangan mencintai gue sampai dada lo terasa sakit, kita gak pernah di izinkan untuk tahu apa yang akan terjadi ke depannya.” Senyuman tak pudar itu justru membuat Aergeus merasa perasaan nya tidak baik.

“Xennia?”

“Ayo pulang.” Ucap Xennia lebih dulu.

Xennia turun lebih dulu, meninggalkan Aergeus yang masih terdiam di tempatnya.

“Kakak ngapain?! Ayo pulang!” Hingga suara Xennia menyandarkan Aergeus, laki-laki itu kemudian ikut turun menyusul Xennia.

Perjalanan selalu di isi dengan keheningan, Xennia yang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk menatap pemandangan di luar dan Aergeus yang tak pernah terkecoh dari ke-fokusan nya saat menyetir.

ARCHILLES♤ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang