Icy Haera dirgantara Jonas. Gadis cantik dengan sejuta bakat yang melekat padanya meninggikan kata sempurna semakin melambung. Gadis yang dikatakan memiliki segalanya itu tampak tak memiliki secuil kekurangan, keluarga kaya dan utuh, menjadi anak satu-satunya yang di manja, memiliki hubungkan darah dengan sosok Theo, bakat dalam berbagai bidang, semuanya tampak sangat sempurna.
Namun tidak ada yang tahu.
Haera juga memiliki kecacatan layaknya manusia biasa, gadis itu tidak cukup baik dengan kehidupan sosialnya. Itu mengapa sosok sempurna itu tidak memiliki teman, gadis itu cenderung sendirian. Kalaupun tidak, orang-orang yang menemaninya hanyalah Theo dan teman-teman sepupunya itu. Itu pun tidak terlalu sering, semenjak kematian Seinna tahun lalu, ia benar-benar sendirian. Seperti seorang pecundang.
Satu lagi, Hera tidak seberuntung itu soal dunia asmaranya. Gadis itu hanya pernah berpacaran satu kali, hanya dengan Axel yang sudah cukup lama menjadi mantannya. Dan saat ini, ia sedang menyukai seseorang. Tidak ada yang tahu selain dirinya, bahwa selama ini ia menyukai sosok Aergeus. Sudah lama cukup lama gadis itu memendam perasaannya sendirian dalam diam.
Gadis itu memakan makanannya dengan tenang, menggunakan tangan kiri saat tangan kanannya terasa cukup sakit untuk digerakkan. Dua hari sudah ia lewati di rumah sakit, Theo sudah ia suruh pulang untuk beristirahat, begitu pun kedua orang tuanya yang tiba pada saat esok hari setelah kejadian.
Haera tidak begitu peduli sebenarnya, selama ada Theo atau orang tua Theo yang sekali menemaninya di rumah sakit.
Bunyi pintu terbuka mengalihkan perhatiannya, ia sedikit mengernyit saat muncul sesosok gadis dari balik pintu.
“Xennia?”
“Hai,” sapa Xennia hangat, gadis dengan balutan sweater dan rok selutut itu tampak manis membawa buket bunga di tangannya.
“Gue sama sekali gak nyangka lo akan datang,”
Xennia sedikit meringis mendengarnya, gadis itu meletakkan bunga yang di bawah pada nakas sebelum mengambil duduk di samping ranjang.
“Gimana keadaan lo?”
“Cukup baik, cuma dokter belum bolehin gua pulang.”
Xennia mengangguk singkat menanggapi, “Gue denger cerita kejadiannya, dan gue rasa itu udah cukup... kelewatan. Kabar baik ngelihat lo baik-baik aja, maksud gue— kalau gue pasti udah ngalami trauma berat.”
Haera tertawa pelan, “Gue masih harus mimpi buruk tiap malam.”
“Lo kesini sendirian?”
“Gue bareng Kak Aergeus, dia di bawah cari makanan.”
Haera tidak bisa menahan kecepatan getaran jantungnya saat itu.
“Theo bilang lo juga ngalamin hal yang sama, gue gak masuk sekolah pas kejadian lo di perpus,” Haera mencoba mengalihkan percakapan.
Xennia mengangguk, “Well, gue punya phobia darah, gue pingsan waktu kejadian, dan berakhir kayak lo, ngabisin beberapa hari di rumah sakit.”
“Menurut lo, ada kemungkinan pelakunya orang yang sama?”
“Gue sama sekali gak bisa ambil kesimpulan, selagi gue gak tahu alasan apa yang orang itu punya.” ucap Xennia menghela nafas.
Haera tiba-tiba tersenyum, “Kalau orang nya ada di depan lo, apa yang akan lo lakuin?” tanya nya antusias.
“Gue mungkin udah tampar dia berkali-kali. Lo sendiri, apa yang akan lo lakuin?”
“Entahlah, mungkin gue cuma patahin tulang lehernya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...