ARCHILLES 048

2.4K 90 2
                                    


Aergeus undur diri dari ruangan Xennia setelah mendapat kabar tentang Theo.

Setelah siuman yang entah ke berapa kalinya, Theo tampak lebih tenang, tidak seperti biasanya yang langsung menggila dan berakhir terbaring kembali karena obat penenang. Aergeus langsung berlari menemui laki-laki itu, walau Aergeus terlihat hanya mengkhawatirkan Xennia, sebenarnya ia tidak pernah absen menerima laporan dari Briar yang tidak pernah pergi dari sisi Theo, ia juga sesekali datang ke ruangan Theo sesaat sebelum pergi ke kamar inap Xennia. Dan Theo selalu dalam keadaan terlelap setiap kali Aergeus datang.

Sekarang Aergeus melihatnya sendiri, bagaimana tubuh Theo mengecil, bagaimana wajah pucat itu menatap dirinya. “Gimana keadaan Xennia?” itu pertanyaan pertama yang Aergeus dengar.

“Better than you.”

Theo mengangguk singkat, “Seneng dengar dia baik-baik aja. Gue harap gak ada bekas cekikan di lehernya.” Ucapnya pelan.

“Lo gak sadar, lo gak tahu, gue juga akan berbuat sama kalau ada di posisi lo.”

Aergeus akan mengerti, Tho sudah bisa menduga nya. “Apa yang harus gue lakuin?”

Sejujurnya hanya Aergeus yang ia harapkan saat ini, sebagai ketua sebagai teman, sebagai salah satu orang yang selalu ada di sampingnya.

“Apa yang lo mau? Gue akan pertimbangkan keputusan lo, tapi jangan berharap lebih. Karena Xennia juga punya hak.” Aergeus tentu saja akan menghukum Haera, di samping netralnya posisi yang ia ambil atas Xennia dan juga Theo.

Theo tersenyum miring, “Lo pikir gue mau apa? Minta keringanan? Gue bahkan bisa bunuh Haera saat ini juga.” Mengingat Seinna, mengingat apa yang Haera lakukan, mengingat perjuangan Xennia. Meminta keringanan? Jangan harap.

“I know you, dan tebakan gue gak pernah salah.” Ucap Aergeus menyeringai kecil.

Aergeus mengenal anggotanya, dan ia tidak pernah salah menilai. Theo, sosok yang paling bijaksana setelah Xander, sosok yang berani mengambil keputusan di atas pertimbangan, tanpa memandang remeh sebuah hubungan. Ia mengenal Theo, sebagai orang yang paling mencintai Seinna, lebih dari siapa pun. Walau Aergeus dapat menjamin perasaannya saat ini lebih dalam dari pada rasa kecewa, pada orang yang juga ia percaya, pada keadaan, pada dirinya sendiri.

“Lo memang buat Seinna kecewa, atas banyak kesalahan yang lo perbuat. Tapi lo tahu apa yang Xennia bilang sama gue? Kalau Kakaknya—Seinna, tidak pernah pudar akan Theo. Dari banyaknya kesalahan yang lo perbuat, lo tetap menjadi salah satu orang yang paling dia cintai.” Xennia sendiri yang mengatakan itu padanya, bahwa cinta Seinna untuk Theo tidak pernah mampu di ukur oleh kenyataan, di atas segala takdir yang bekerja sama untuk menolak.

Tentu saja itu hal baru bagi Theo, mendengar Aergeus mengatakan hal seperti itu tidak membuatnya merasa lega. Sebagian besar hidupnya, Theo hanya di isi oleh kesalahan.

Tetesan bening pada matanya terjatuh, “Xennia... dia akan maafin gue, kan?”

Aergeus tersenyum tulus, “She will.”

Tentu saja.

...

Theo telah memikirkannya dengan baik, tentang jalan dan pilihan apa yang harus ia ambil.

Maka Theo memilih percaya, pada Xennia, Aergeus dan takdir. Sekalipun itu menyakitinya, sekalipun itu membuat semua apa yang telah ia lakukan menjadi sia-sia. Fakta bahwa Haera adalah orang yang berusaha ia lindungi selama ini lebih menyakitkan dari pada apa pun, membuatnya bertanya-tanya, mengapa harus Haera dari sekian banyaknya manusia? Mengapa harus orang yang di takdirkan akan menyakitinya berkali lipat.

ARCHILLES♤ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang