ARCHILLES 041

1.6K 66 0
                                    


Gadis itu menatap gelas berisi cairan berwarna merah gelap dengan malas, “Jadi mereka semua?”

“Membosankan.” Cairan itu perlahan mengalir membasahi tenggorokannya. Xennia menahan tarikan nafasnya, lalu menghembuskannya dengan kasar. “Akhirnya, gue nemuin kalian semua. Setelah sekian lama.”

Dinding lusuh di hadapannya penuh dengan benang merah yang saling bertautan, dengan puluhan foto beserta biodata lengkap, beberapa tanda panah merah saling mengarah satu sama lain, namun berujung pada satu titik.

Xennia benar-benar menemukannya, semua yang memiliki sangkut paut atas kasus pembunuhnya. Dalang di balik semua teror yang kakaknya terima, beberapa kejadian bullying, dan kasus pemerkosaan yang membuat kakaknya berakhir menyerah pada kehidupan. Mereka semua, tanpa tertinggal satu orang pun.

Gadis itu tersenyum bangga, hasil yang ia peroleh begitu memuaskan. Memikirkan bagaimana gadis itu akan menangkap mereka satu per satu, membuatnya begitu menyesal atas apa yang mereka lakukan dengan penuh penderitaan. Membuat mereka tidak akan mampu melupakan pembalasan yang Xennia berikan, Xennia akan melakukannya dengan penuh perhitungan.

Hari di mana Xennia pertama kali menginjakkan kakinya di ATAKARA, menjadi hari pertama perang tersembunyi itu terlaksana, menjadi di mana Xennia bukan lagi menjadi Xennia. Hari di mana ia mulai mengamati tujuannya satu persatu.

Dan hari di mana ia memulai semuanya, saat itu...

BRAKK

“Sorry, gue gak sengaja.”

I got you.

“Mata lo mirip seseorang.” Kata orang itu membuat Xennia mendengus. Berani-beraninya!

Pertemuan pertama Xennia dan Haera.

Pertemuan hari itu membawa mereka ke pertemuan selanjutnya, pertemuan berikutnya hingga ke pertemuan saat ini. Hari itu di mana ia memulai semuanya.

“AAA!” Haera berteriak dengan keras, saat menemukan  boneka rusak penuh darah itu. Boneka yang di rusak sedemikian buruknya, juga siraman cairan merah yang kental.

Xennia menikmatinya, melihat wajah ketakutan yang begitu pekat. Melihat bagaimana gadis itu terjatuh hanya dengan sentilan ringan, Xennia sangat  menikmatinya. Ia ingin lebih, namun Xennia dengan baik menahan keinginannya.

Saat Aergeus memintanya untuk pergi ke dalam kelas, Xennia dengan ringan menurutinya. Gadis itu berjalan lesu dengan wajah tertunduk, tercetak jelas wajah khawatir itu Xennia gunakan. Langkah kakinya terhenti tiba-tiba, saat ia merasa sosok itu tidak lagi mengikutinya. Xennia menyadarinya dengan jelas, Xander mengikutinya atas perintah sang ketua.

Kepalanya memutar melihat ke belakang, wajah khawatir itu seakan tidak pernah muncul, Xennia menatap lorong kosong itu dengan dengan sudut bibir terangkat.

Lalu hari itu...

Malam di mana jendela kamar Haera di ketuk dengan brutal, saat kedua orang tua gadis itu tidak terasa kehadirannya.

Xennia mengamatinya dengan seksama di balik layar menyala, saat Haera berteriak kencang ketika bangkai burung hantu di lemparkan tepat di atas balkon kamarnya. Ia tersenyum melihat bagaimana gadis dengan rambut panjang indahnya tampak kacau, sangat berantakan dengan keringat dan air mata bercucuran.

Gadis itu meletakan gelas berisikan anggur merah pada meja kaca di hadapannya, tangannya beralih memegang handphone nya yang bergetar.

“Kerja bagus, cepat pergi dari sana, jangan sampai keberadaan lo di sadari.” Xennia menutup panggilan sepihak. Tangannya bergerak cepat menghapus nomor dan riwayat panggilan saat itu, menghapus jejak sejak awal memang harus dilakukan.

ARCHILLES♤ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang