ARCHILLES 025

2.4K 78 0
                                    


Saat itu Xennia membuka matanya, mengerjapkannya berkali-kali mencoba untuk menghilangkan rasa lengket pada kelopak matanya. Xenia bangkit terduduk, menyusuri sekitar dan tidak menemukan Aergeus di ruangan yang sama.

Gadis itu menghela nafas saat matanya tak sengaja melihat jam yang dipasang di dinding, sudah pukul sepuluh malam. Xennia tertidur cukup lama, padahal niat awalnya hanya ingin beristirahat sejenak di kamar Aergeus, ia benar-benar tidak menyangka istirahatnya menghabiskan berjam-jam lamanya.

Ia kemudian bangkit, sedikit membenahi dirinya yang berantakan, kemudian berjalan ke ruang tengah. Gadis kembali menghela nafas saat melihat Aergeus terlelap di sofa, melihat Aergeus yang begitu damai mengingatkannya pada kejadian sore tadi, perihal tatto yang membuat Xennia hampir jantungan.

XZ. Dua huruf itu ternyata singkatan dari Xennia Zeroun, dibanding tersipu, Xennia lebih merasa merinding saat Aergeus memasangkan nama belakang laki-laki itu pada namanya. Melihat itu adalah tato permanen, Xennia dibuat kebingungan dengan nyali laki-laki itu, bagaimana Aergeus bisa mencetak namanya di sana, bagaimana jika hubungan mereka tidak baik dan berakhir kekacauan?

Sepertinya Aergeus tidak berpikir sampai sana. Xennia lagi-lagi menghela nafas, ia ingin pulang, namun Aergeus sedang tidur. Tidak mungkin dia harus menunggu laki-laki itu terbangun untuk mengantarnya pulang, ia tidak ingin ambil resiko jika laki-laki itu terbangun di pagi hari.

Karena itu Xennia memilih pulang sendirian, ia bisa mencari taksi di depan. Dengan hati-hati gadis itu membuka pintu apartemen, kemudian berjalan santai ke bawah. Ia hampir menghentikan taksi saat klakson mobil mengagetkannya, Xennia mengernyit saat mobil itu berhenti di hadapannya, gadis itu sedikit membungkuk saat jendela mobil turun dan memperlihatkan sosok dalam sana.

“Lho? Axel?”

“What are you doing here, Xennia?"

“Gue dari rumah temen, lo sendiri kenapa ada di sini?”

“Kebetulan lewat. Masuk, gue antar pulang.”

“Gue bisa pulang pake taksi. Lo pulang aja, udah malam.”

“I can’t let you take a taxi at night.” Ah, Xennia ingat kalimat yang satu ini.

“I’m sixteen, jangan berlebihan.” Dan Xennia memberikan jawaban yang sama.

Exacly, you're sixteen. Cepet masuk.” Xennia mendelik saat mendapatkan respons seperti itu. Merasa kesempatan tidak boleh dilewatkan, gadis itu akhirnya masuk, membiarkan Axel mengantarnya pulang.

Seperti biasa Xennia bukan tipikal orang yang suka mengobrol, itu cukup membuatnya lega saat Axel juga lebih memilih untuk fokus menyetir. Setidaknya walaupun tidak ada yang membuka suara keadaan tidak sama sekali canggung.

Dari ujung matanya Xenia melihat Axel yang sedang mengangkat telepon seseorang, tidak ingin tahu dan peduli, Xennia kembali pada kegiatannya. Mengamati kota sepanjang jalan.

“I’ll go home.”

“Aku mengantar seseorang,”

“No, not Nathan. Ini Xennia,”

Xennia menoleh saat namanya disebut, ia mengernyit saat Axel menyerahkan handphone nya padanya, “She wanna talk to you.”

“Who?”

“My mom.”

Mendengar jawaban itu lantas membuat Xennia segera mengambil alih benda pipih itu, “Hallo, Tante.

“Hai sweet heart, how are you?”

“Cukup baik belakang ini,”

“Tante rindu kamu, kalau senggang mampir ya ke rumah.”

ARCHILLES♤ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang