ARCHILLES 039

1.5K 58 0
                                    

Kabar dari kejadian Xennia dan Haera menyebar dengan cepat. Jelas saja kedatangan Xennia ke sekolah menarik seluruh perhatian siswa-siswi yang berlalu lalang, banyak juga bisikan-bisikan yang sebenarnya masih mampu untuk Xennia dengar.

Itu lebih seperti pembicaraan umum daripada bisikan! Mungkin Xennia harus mengajari mereka cara berbisik nanti.

Gadis itu menghela nafasnya lelah, berlangkah gontai melewati koridor yang menurutnya sangat panjang, ia merasa kakinya begitu sakit. Tidak lagi melanjutkan perjalanannya ke kelas, kakinya bergerak melangkah saat pintu toilet terlihat.

Tangannya mengunci salah satu bilik pintu, matanya menatap rendah pada lantai, Xennia hanya terdiam dengan wajah lesu. Ia pikir ia hanya ingin duduk sebentar untuk menenangkan diri, hanya saja gadis itu tidak sadar saat giginya mulai bergerak aktif menggigit ujung jarinya.

“Apa yang lo takuti, Xennia?” gumamnya pelan.

Matanya bergetar tidak menentu, gadis itu bahkan tidak menyadari jarinya mulai mengeluarkan setitik darah saat Xennia menggigitnya terlalu keras. Menatap jarinya yang berdarah membuat memorinya memutar ulang, seperti semua adegan kembali layaknya bumerang. Tubuhnya mulai bergetar, keringat bercucuran pada pelipisnya. Sialan, Xennia melupakan obatnya!

Perlahan-lahan bisikan-bisikan mulai terdengar, seperti umpatan dan makian, itu seperti berputar pada kepalanya. Gadis itu menutup kedua telinganya dengan tangan bergetar, giginya menggigit kuat bibir bawahnya, menahan kuat untuk tidak berteriak atau mengeluarkan lenguhan.

“Apa yang gue lakuin?”

“Kenapa gue merasa bersalah, gue ngelakuin apa yang harus gue lakuin. Bukan salah gue.”

“Dia yang mulai, gue gak salah, bukan salah gue.”

“Dia yang jahat, bu-bukan salah.. gue.”

BRAKK!

“Lo kenapa?”

...

Aergeus jelas melihat Xennia di parkiran tadi, tapi saat ia menghampiri gadis itu ke kelasnya ia tidak menemukan keberadaan gadis itu, teman sekelasnya pun bilang kalau Xennia belum datang ke kelas. Jadi ke mana Xennia?

Laki-laki itu sudah mencoba menghubungi Xennia, namun pada panggilan ketiga panggilannya masih tidak aktif. Aergeus juga sudah datang ke rooftop tempat biasanya Xennia berdiam diri, ia juga sudah mendatangi aula bawah tempat Xennia berlatih ballet yang sudah gadis itu tinggalkan semenjak kematian Arabella. Aergeus tidak menemukan Xennia dimana pun!

Kakinya menendang pintu kelas dengan kasar, beberapa orang yang ada di dalamnya tersentak kaget, Aergeus tidak peduli. Laki-laki itu menghampiri teman-temannya di sudut ruangan, tatapannya langsung jatuh pada Xander yang mengernyit rendah.

“Kenapa?” tanya Xander dengan alis terangkat.

“Lacak keberadaan Xennia.”

Xander semakin bingung, “Kenapa gue harus?”

“Gue gak bisa temuin dia dimana pun. Gue pengen tahu keberadaan dia sekarang.” Jelas saja itu perintah, lagi pula Xander tidak bisa menolak.

Laki-laki itu mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, jari-jari mulai bergerak aktif di atas keyboard. Mengabaikan itu Aergeus terlihat mengacak rambutnya kasar, kepalanya menunduk lesu dengan kepalan tangan yang erat.

“Dimana aja lo cari dia?”

Aergeus sedikit menolehkan kepalanya, “Gue udah cari di seluruh penjuru sekolah, dia gak ada.”

ARCHILLES♤ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang