Ini adalah akhir, Xennia memahaminya.Saat matanya terbuka dan menyadari di mana ia berada, Xennia mengerti kalau ini adalah akhir baginya. Sejak kecil Xennia selalu di ajari cara memahami sebuah konsekuensi dari setiap tindakan. Dan ini adalah apa yang ia dapat atas tindakannya terhadap Haera.
Namun Xennia tidak menyesal, sekalipun akhir baginya tidak membuatnya senang.
Hanya saja segalanya terlihat harus begitu seimbang. Xennia dengan senang hati membalas apa yang Haera lakukan, dan sekarang Xennia mendapatkan tempat yang pernah Haera singgahi, untuk mendapatkan hukuman. Itu terdengar adil untuk Haera maupun Xennia, hanya saja, bagaimana dengan Seinna dan orang yang menyekapnya saat ini?
Seinna mendapat ketidak-adilan dari semua yang ia terima, dan untuk sebuah akhir, siapa yang akan menghukum orang yang menyekapnya sekarang? Haruskah Xennia pergi ke neraka bersamanya? Membawa orang itu juga pada kematian.
Xennia terisak pelan, di tengah gelapnya ruangan membuatnya merasakan sesak. Xennia tahu memar di sekujur tubuhnya yang membuatnya merasakan perih yang teramat, dengan kedua tangan dan kaki yang terikat. Xennia hanya menyenderkan tubuhnya pada dinginnya dinding yang membuatnya mengigil.
Lalu suara pintu terbuka membuat Xennia menatapnya dengan pandangan membunuh, Xennia berjanji akan membawanya mati bersama.
Saklar lampu di nyalakan, cahaya mulai menerangi seluruh ruangan. Darahnya secara otomatis mendidih saat melihat siapa masuk. “Andreas Adipati, keparat!”
“Halo? Adik,” Andreas Adipati menyapa dengan senyuman konyol.
“Gue akan bunuh lo, sialan!” Xennia bergeram rendah, gadis itu mengeraskan rahangnya menahan gejolak amarah.
Andreas mengangkat sebelah alisnya, “Itu sapaan lo untuk seorang Kakak?”
“Gue bukan Adik lo, bajingan.”
Laki-laki itu terkekeh singkat, lantas tangannya bergerak menarik rambut basah Xennia ke belakang, “Ternyata lo gak di didik sopan santun dengan benar. Gue masih ingat Seinna bahkan mohon-mohon dengan sebutan Kakak di atas ranjang, Seinna penuh sopan santun.”
Xennia menggeram marah, “Seinna bukan Adik lo, sialan! Gue pastikan lo akan mati atas apa yang lo perbuat sama dia!”
“How? Lo berharap sama Zervanos?”
Tidak, setelah apa yang Xennia perbuat.
“Tentu saja, Zervanos akan temuin gue dengan cepat. Karena itu gue juga harus beresin urusan gue secepatnya, kan?” ucap Andreas tersenyum remeh.
Tidak akan ada yang menolongnya, entah Zervanos, atau Aergeus. Lagi-lagi Xennia mengerti.
Xennia tersenyum remeh, walaupun pipinya sudah basah karena deraian air mata. “Lo manusia ter-hina yang pernah gue kenal. Sekarang gue paham kenapa Kristal begitu hancur di dalam keluarganya sendiri."
“Sstt, lo juga keluarga gue, iya kan, Adik?”
Xennia menyingkirkan kepalanya saat tangan Andreas hendak membelai wajahnya, “Sialan! Lo bukan Kakak gue bajingan Adipati!”
“Itu kalimat yang Seinna katakan saat gue buat dia telanjang, tapi setelahnya dia panggil gue Kakak dengan senang hati.” Ucap Andreas sembari terkekeh.
Xennia memerah marah, “Lo, gue bersumpah akan balas semuanya, bahkan saat lo buat gue berada dalam keadaan sekarat sekalipun— gue akan tetap buat lo menderita, gue akan buat lo memohon atas kematian lo sendiri, gue akan buat lo menelan racun dengan sendirinya, gue akan... balas apa dari semua yang Kakak gue terima. Lo akan terima balasan yang lebih menyakitkan dari apa pun!” itu sumpah Xennia, yang diucapkan dengan darah yang mendidih, dengan puluhan tetes air mata yang tiada hentinya mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...