...
Sial!
“Xennia gak lewat pintu depan, dia juga gak lewat pintu belakang. Dia benar-benar hilang dalam pengintaian.”
Aergeus mengacak rambutnya kasar, sialan! Untuk pertama kalinya ini adalah kecolongan paling banyak, kasus ini seolah puncak dari tidak berdayanya Aergeus.
“Haera juga gak melintasi jalur pengintaian, dia hilang di kamarnya. CCTV beroperasi kayak biasanya, gak ada kerusakan apa pun, mereka gak melewati gerbang komplek perumahan Haera.”
“Daerah Xennia aman. Gue bisa pantau siapa aja yang keluar komplek perumahan Haera, tapi gue gak bisa pantau siapa yang masuk, itu di luar kendali gue. Haera gak melewati gerbang, jadi kemungkinan besar Xennia yang masuk.” Xander dengan tenang menjelaskan, kepalanya tidak menoleh dari komputer menyala di depannya.
“Jadi yang lo maksud, mereka di sana?”
“Sejauh apa pun lo ber-opini, itu kemungkinan paling besar.” Ucap Xander menimpali Briar.
“Sayangnya itu bukan tempat yang bisa kita lewati sembarangan, kita gak bisa lewat gerbang, dan lo gak akan bisa bawa pasukan lo ke sana.”
Kemudian hening. Oh ayolah! Ini bukan waktunya.
Kepala Aergeus rasanya terbakar, dalam keadaan khawatir ia tidak bisa berpikir lebih luas. Ia bersumpah tidak akan melepaskan orang itu jika menyentuh Xennia sedikit saja.
Kemudian keningnya menukik tajam, “Mana Atlas?”
“Dia gak bisa di hubungi, gue gak bisa nemuin dia di mana pun.” Deo mendesah pelan, di saat seperti ini kenapa Atlas malah menghilang.
Jordan yang berada di samping Deo juga terdengar mendesah, laki-laki terlihat tidak fokus sedari tadi. Bahkan saat Xander menjelaskan panjang lebar, ia hanya terdiam melamun. Seolah ada yang ia ingin katakan,
“Geus,”
Aergeus menoleh, merespons kecil pada Jordan. “Hm?”
“Soal Atlas, boleh gue tanya sesuatu?” Laki-laki berdiri, melangkah mendekati meja komputer Xander dan menyenderkan bokongnya disana.
Melihat Aergeus hanya mengangkat sebelah alisnya membuatnya tahu bahwa laki-laki mengijinkan, “Ada hubungan lo sama Axel yang gak gue ketahui?”
Semua orang di sana lantas mengangkat kepalanya, menatap Jordan yang menurut mereka melemparkan pertanyaan paling konyol. “Maksud lo?” Theo yang sedari tadi diam membuka suaranya.
“Apa itu sebuah jawaban kalau kalian memang gak ada hubungan sejak bertahun-tahun lalu?”
Aergeus menyeringai, “Bukannya lo juga tahu seburuk apa hubungan kita sama dia? Apa yang lo mau coba untuk bilang?”
Aergeus menangkap sinyalnya.
Jordan berdehem pelan, “Setiap kejadian kayak gini, kita selalu punya celah untuk mempertimbangkan keterkaitan kejadian sama Axel. Entah bukti kecil, atau hanya sebuah opini. Tapi Axel selalu jadi kemungkinan kecil sebagai pelaku.”
“Kita pernah bahas tentang segala kemungkinan kenapa orang itu selalu bisa melakukan semua hal dalam waktu yang sangat tepat, tanpa adanya kendala sedikit pun.”
“Xander pernah ber-opini kalau pelakunya selalu ada dalam teritori korban, Deo pernah ber-opini kalau pelaku itu masih ada dalam komplek perumahan Haera, kita pernah ber-opini kalau pelakunya adalah Kristal. Tanpa kalian sadari semuanya seperti benang merah.” Jordan berbicara santai, ia sebenarnya cukup ragu. Tapi ia harus mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Teen FictionSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...