“See you again, Xennia.”Itu pertama kalinya mereka bertukar kata, saat mereka secara tidak sengaja melihat Xennia tengah berlatih ballet.
“Gue gak akan bunuh lo disini Xennia, berhenti bersikap layaknya gue pembunuh, berhenti nunduk kayak lo bakal mati di tangan gue detik itu juga.”
Lucu, bagaimana Aergeus menyukai Xennia, namun gadis mengira ia akan melukai nya.
“Lo buat gue takut, Kak Aergeus.”
“Bagian mana dari diri gue yang buat lo takut, Xennia?” sebenarnya Aergeus tahu, tapi ia tatap bertanya.
“Semuanya, semuanya tentang lo.”
Jawaban yang sudah Aergeus prediksi.
“Waktu tadi gue nangis, lo bilang kalau gue masih punya lo, kalau gue gak sendiri.”
Waktu kapan, ya?
Ah, Aergeus mengingatnya. Aergeus mengatakan hal itu saat melihat perseteruan antara Xennia dan ayahnya.
Tapi Aergeus tidak berbohong, semua yang ia katakan akan ia lakukan, Xennia memang akan selalu memilikinya.
“Gue ngerasa aneh, gue gak pernah punya siapa pun sebelum nya,”
“Bukan karena yang tadi—“
“—tapi karena semuanya.”
“Makasih.”
Tentu saja, Xennia. Gue akan lakuin semuanya, sampai lo gak bisa lagi bilang terima kasih.
“Kita itu beda, Kak Aergeus. Mungkin lo udah biasa jadi center karena itu memang posisinya, bahkan tanpa lo buat keributan apa pun lo udah jadi pusat perhatian, sedangkan gue... gue terbiasa hidup tenang, tanpa musuh, tanpa keributan, tanpa penilaian orang-orang, tanpa cacian orang-orang. Gue terbiasa hidup sepi, Kak Aergeus, dan gue nyaman di posisi itu... “
Aergeus juga mengingat yang satu ini, untuk pertama kalinya Xennia berucap membara penuh amarah. Setelah ciuman itu, setelah foto ciuman itu tersebar.
“Dan kemudian lo datang hancurin semuanya. Lo usik gue dari dunia gue, lo keluarin gue secara paksa dari posisi nyaman gue, lo bener-bener buat gue muak.”
Maaf, Xennia, gue gak bermaksud.
“Jadi, Kak Aergeus, stop sampai sini. Berhenti usik gue, kita kembali ke yang dulu, di mana kita gak saling mengenal. Lo kembali ke kehidupan lo dan gue kembali ke kehidupan gue, oke?”
Tolong, jangan mengatakan hal yang bisa buat gue gila.
“Gue gak mau ketemu sama lo lagi, Kak Aergeus.”
Tapi, Xennia, dari jauh-jauh hari gue pernah bersumpah, bahwa seorang Aergeus tidak akan pernah pergi dari samping Xennia, bahwa Xennia hanya akan melihat Aergeus dalam hidupnya.
“Jangan mencintai gue sama kayak Kak Theo mencintai Kak Seinna.”
Untuk pertama kalinya Aergeus merasa takut, setelah kata itu keluar dari mulut Xennia.
“Jangan mencintai gue sampai dada lo terasa sakit, kita gak pernah di izinkan untuk tahu apa yang akan terjadi kedepannya.”
Bukannya sudah terlambat?
“Kita gak tahu apa yang akan terjadi suatu saat nanti, itu yang gue bicarain tentang Kak Theo. Maksud gue— lo juga tahu kalau hidup tidak selalu berjalan sesuai apa yang lo mau.”
Ah, soal Seinna dan Theo?
“Karena itu, kalau suatu saat nanti lo buat kesalahan, lo harus datangi gue, lo harus jelasin apa pun itu sama gue, gue akan berusaha untuk paham, gue akan berusaha untuk maafin lo. Begitu pun gue, kalau gue yang buat salah, lo harus terima ketika gue datang ke lo, lo harus dengar semua hal yang gue jelasin. Jangan lari ataupun tolak kehadiran gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHILLES♤ [END]
Roman pour AdolescentsSeinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak belakang. ... Kejadian itu kembali terulang, hanya saja dengan posisi yang berbeda. Sebuah kesalahan...