Sekolah terkutuk

49 4 0
                                    

Jam ditangan gue menunjukkan pukul lima subuh. Gue Berdiri di tengah-tengah ratusan orang. Bukan, ini bukan antrian sembako, melainkan antrian daftar sekolah. Ini bukan kemauan gue sebenarnya, melainkan kemauan bokne (ibu gue). Bokne bilang "Daftarlah sebelum subuh, biar dapet antrian pertama." Ternyata omongan bokne salah, ratusan orang di depan gue kayaknya udah ngantri dari jam 2 pagi. Jujur, Gue gak kuat sih kalau disuruh bangun jam segitu. Mungkin calon murid SMA ini kebanyakan makan nasi padang campur biji kopi biar matanya kuat begadang.

Gue juga heran kenapa sekolah ini banyak peminatnya. Di depan gerbang sekolah ini ada lapangan besar dengan tektstur tanah yang berlumpur, gak kebayang kalau hujan turun terus orang jalan di lapangan, pasti ketelen hidup-hidup tuh. Di samping kanan gue ada kolam tanah yang dikelilingi rumput liar setinggi orang dewasa. Ini baru sepandangan mata gue aja udah parah, apalagi di dalemnya ya. Kayaknya ini bukan lingkungan sekolah deh, lebih cocok jadi tempat habitat cacing tanah –bisa juga untuk anak phyton sih.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Gue ngantri tidak sendirian, Di samping kiri ada Payed (adik gue). Bokne menyuruh Payed buat nemenin gue. Sebenarnya gue males ngajak Payed. Waktu itu pernah gue ngajak Payed nonton film horror di bioskop. Ditengah-tengah film Payed ngomong, "Bang, aku ngompol."

Gilak tuh anak, bisa-bisanya ngompol ditengah-tengah film berlangsung. Gue sebenarnya gak masalah Payed ngompol, TAPI GAK GUE JUGA YANG DITUDUH BAU PESING. Oke tenang. Tapi gak apalah Payed ikut. Setidaknya untuk jaga-jaga juga, kalau ada biawak menyerang, gue tinggal nyodorin kaki Payed.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Mata gue emang gak bisa nahan kantuk. Langit biru gelap mulai memudar. Orang mulai banyak berdatangan, antrian bertambah panjang, menjalar hingga ke jalan utama. Pagar putih belum juga dibuka. Orang-orang udah pada ribut.

Sebenarnya, gue udah cari tau sekolah ini lewat google kemarin.

Ini beberapa hal yang gue temuin :

1. Dulunya ternyata warga pernah demo karena rumah liar mereka digusur untuk membangun sekolah ini, gak heran sih kalau warga sekitar sini sering nunjukin muka ngajak berantem.

2. Yang tadi gue bilang ada kolam tanah, ternyata itu sebelumnya tempat pemancingan. Pemiliknya enggan memberi tanahnya untuk sekolah ini. Sebenarnya udah ada komunikasi antara pemilik tanah dan kepala sekolah untuk menjual tanah itu, tapi belum ada kepastian hinggga saat ini. Kalau terjadi pemaksaan dan berujung fatal. Bisa-bisa, pemilik tanah menyewa dukun untuk mengutuk siswa biar  mukanya mirip lele. (Kan jadi lengket dan berkumis)

3. Tempat pembuangan sampah umum tepat di belakang sekolah. Ini juga konsep yang aneh. Kenapa kepala sekolah tidak mengatur ulang soal kebijakan ini? Kenapa dia membiarkan siswanya menghirup aroma busuk? Apakah dia udah nebak kalau cita-cita siswa sekolah ini sebatas pemulung magang? (Parah sih ini). Jujur, aroma yang dihasilkan dari belakang sekolah sangat sangat bau, sangking baunya bisa mematikan anak kadal.

4. Belum lagi ada pabrik ikan yang beroperasi setiap pagi. Percuma aja sih beli parfum mahal tapi ketutup sama aroma ketek ikan lohan.

Sebenarnya masih banyak yang buruk tentang sekolah ini, makanya untuk sementara gue kasih nama sekolah ini, SMA TOKEK.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang