Kue Ultah Kepala Paklek

4 2 0
                                    

Hari ini adalah hari yang spesial, bukan untuk gue, tapi untuk Nadilah. Yap, Nadilah berulang tahun. Awalnya gue gak nyiapin apa-apa buat anak melayu satu ini, tapi dipikir-pikir, kenapa enggak? Gara-gara Nadilah, akhirnya gue punya teman cewek. Jujur, ini prestasi buat gue. Gue selalu dijauhin sama teman-teman cewek gue, mulai dari TK sampe SMP. Gue gak tau kenapa banyak anak cewek yang ngehindari dari gue. Apa karena muka gue yang mirip sepupu kuyang?

Balik ke Nadilah, gue suka kehadiran Nadilah di kelas. Cerewet, suka nyanyi dangdut, nyembunyiin kunci motor, dan masih banyak lagi hal yang Nadilah lakukan di kelas. Hari-hari gue tanpa Nadilah di sekolah udah kayak indomie tanpa bumbu penyedap. Mungkin karena gue sering jailin anak ini, jadi dia selalu curiga sama gue. Setiap ada yang janggal, pasti dia selalu bertanya ke gue duluan, seperti...

Dimana sepatu saye?
Kenapa meja saye terbalik macam niii?
Kok tas saye jadi banyak daun, Re?
Kotak pensil saye kenape di atas papan tulis macem niii reee..
Re, awak jangan taruh permen karet macem ni di meja sayee!!
Harga kangkung sekilo berape, Re?

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Gue buat grup baru khusus ulang tahun Nadilah bernama TRD atau diperpanjang jadi Tongkrongan Rumah Dilah.

Abel : Gimana rencana? aman gak?
Renja : Bel, aku minta kardus indomie, aman kan?
Abel : aman le, apalagi?
Renja : aku sama @paklek nanti nyari daun kering di belakang sekolah, kalian beli kertas kado lah @aji @rapi
Deva : gass gass
Rafi : yoyoo
Renja : ingat, hadiah dari kalian aman kan?
Rafi : aman dong
Deva : yoi lah
Abel : sipsip
Fadli : aman re
Reyhan : Habis maghrib kumpul rumah paklek, habis isya kita berangkat
Abel : gass
Deva: gas
Rafi : gass
Fadli : kompor

Rencana akan tetap menjadi rencana kalau tidak ada yang gerak. Kenapa Nadilah begitu spesial acara ulang tahunnya? simple sih, karena dia cewek. Kalau anak cowo mah gampang kalau ulang tahun, tinggal traktir nyewa lapangan futsal atau badminton atau golf ( eh ini kemalahan deng).

Semua udah ngumpul di teras rumah Paklek. Dengan cepat gue bagi-bagi tugas. Rafi bungkusin kado, Gue sama paklek guntingin daun kering lebih kecil, Deva dan Abel nyiapin isi kadonya.

"Nanti gimana cara kita suprise-sin nadilah?" tanya Deva.

"Hmmmm.... Apa yaa... ada ide gak?" Gue nanya balik. "Bel, biasanya kau punya ide bagus tuh.."

"Hmm, gimana kalo kita panggil polisi, sa ada kenalan beberapa. Nah, ntar kita tuduh Nadilah make narkoba. Gimana-gimana?"

"....."

".......?!!!"

"Kenapa pada diam le?"

"Palak kalau lah, Bel. Kalau ini ulang tahun Paklek gak papalah kayak gitu," bales Rafi. "Kalau orang tuanya ada penyakit jantung gimana?"

"Maaf, le. Namanya sa lagi usaha too..."

"Fadli punya ide!" Tiba-tiba dia nunjuk tangan. "Gimana kala—"

"Udah lah, Lek. Udah pasti gak beres ide kau," ucap gue. "Udah kayak biasa ajalah yaa.."

"Sabar dulu cui, saya mau dengar ide paklek. Lanjutin lek!"

"Makasih, Dev. Jadi, gimana kalau Fadli mancing keributan di daerah rumah Nadilah."

"Menarik-menarik, teruss...." Gue mendengar dengan seksama.

"Cara mancingnya gimana, Lek?" tanya Rafi.

"Fadli bisa maling di sebelah rumah Nadilah."

"...."

*Gue menggelengkan kepala.

*Rafi menepok jidat.

*Deva ikut menepok jidat Rafi. (LAH?!)

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang