Kecupan racun tikus

12 1 0
                                    

Menurut gue, profesi menjadi badut adalah pekerjaan yang tidak mudah. Selain dia harus menghibur orang lain, badut harus bisa menjaga mood hatinya. Pasti ada waktu dimana mereka tertimpa musibah, seperti orang tersayang meninggal, rumah kebakaran, dicakar kucing liar, diseleding preman ngamuk, ditombak nelayan, oke cukup. Namun, mereka tetap harus tetap bekerja demi menafkahi keluarganya. Semenjak gue jadi badut kemarin, gue jadi menghormati pekerjaan ini.

Perasaan gue sama Nata sekarang campur-aduk. Gue kesel sama dia yang terlalu gampang dideketin cowo, tapi disisi lain gue gak bisa menyalahkan orang yang suka sama dia, yaa karena emang kami tidak ada hubungan special. Namun, hal itu yang membuat perasaan gue jadi kayak wahana roller coaster. Mungkin kalian bertanya, Kenapa gak tembak aja wanita tersebut? Jawabannya yaa ... gue belum punya keberanian yang lebih. Jujur, gue takut ditolak. Gue tidak seperti cowo lain, yang kalau ditolak bakal terus ngejar sampai dapet. Tapi, Ngomong-ngomong soal penembakan. Gue pengen nembak Nata dihari besar, seperti hari kemerdekaan, peringatan R.A Kartini, atau ulang tahun Sudarmono (eh ini siapa ya?!!)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Gue hari ini berulang tahun. Tidak, tidak ada yang spesial dari hari ulang tahun gue ini. Walaupun ulang tahun gue bertepatan dengan hari peluk anjing sedunia, tapi gue yakin anjing-anjing tidak mau dipeluk sama gue, mereka pasti menggong-gong sambil berkata, "Jangan deket-deket, bang, kulitmu mengandung rabies."

Tradisi bagi anak kelas, terutama cowo. Kalau ada yang berulang tahun pasti booking lapangan futsal. Bisa aja sih, gue booking lapangan golf, tapi motor skupi kesayangan gue harus digadai dulu sebagai uang jaminan.

Bel pulang sekolah berbunyi, gue berlari kecil menuju ke parkiran motor. Biasa jam-jam segini masih ada peluang buat booking, walaupun agak telat. Ketika gue duduk di jok motor motor, Gue melihat Nata dengan tas putihnya berdiri di depan kelas X MIPA 3, dia melambaikan tangan ke gue. Gak lama, dia berjalan menuju tempat gue.

"Kamu lagi buru-buru ya, Re?"

"Emm...eee...Iyaa nihh aku mau booking futsal. Ka-kamu ngapain berdiri disitu? Mau bareng samaku ya, Nat?" Gue sedikit pede.

Nata menggelengkan kepala. "Enggak kok.... Emm... ammm..."

"Kenapa, Nat?"

"Aku pengen ngasih sesuatu, tapi—"

"Ekor cicak?" tanya gue. "Aku gak terlalu suka, Nat."

"Bukannn..." Nata tertawa kecil. "Yaudah kamu booking dulu aja, ntar aku main ke rumahmu."

"Serius kamu, Nat? Kucingku suka kencing sembarang loo.."

"Heelehh bukannya kamu yang suka kayak gitu, jangan suka nuduh kucing, Re. Kasian diaa..."

"Hahahaha, ketahuan deh. Kamu mau jam berapa main kerumah?"

"Jammm.... Lima. Bisaa?"

"Bisa-bisa kok."

"Okedeh, yaudah hati-hati ya..."

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Dengan cepat gue keluar dari sekolah tokek menuju Futsal SP yang berjarak 8 KM. Gue naikin kecepatan motor biar bisa cepet-cepet ketemu Nata. Ketika nyampe, gue memarkirkan motor dan berlari ke tempat kasir futsal.

Gue tersenyum. "Aku mau booking mbak, disini.."

Mbak berjilbab putih itu malah melotot. "KAMU PIKIR SAYA CEWEK APAAN!"

"Bukan, bukan itu maksudku. Aku mau booking lapangan. Emm.. Iyaa... Ada yang kosong gak, mbak?"

"Oalahh kirain... Lapangan baru kosong jam 9 malam. Kalau mau booking, DP dulu 50 persen."

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang