Tendangan, pingsan dan penyelamatan

4 2 0
                                    

Kedekatan gue dengan Lala bisa dibilang mendekati sempurna. Tapi ini aneh, kedekatan gue ini sama sekali tidak direncanakan. Semuanya mengalir begitu aja. Ibarat lala sebutir air yang mengalir di sungai, Lala mengalir mengikuti aliran, nah ditengah-tengah ketemu taik, ya itu gue.

Mungkin Lala adalah jawaban gue selama ini, tapi gue gak tau hubungan kami berdua akan seperti apa. Kalau dipikir-pikir hubungan gue dengan lala itu kayak simbiosis mutualisme: saling menguntungkan. Lala sebagai bunga yang menghasilkan nektar, nah gue sebagai tawon yang suka nyengat leher manusia. Lala sangat peduli dengan gue. Dia selalu bantuin gue ngerjain PR, kadang-kadang ngasih contekan kimia, nyisirin rambut gue yang kadang berantakan, dan motongin kuku gue yang panjang. Bahkan gue sengaja tidak motong tali puser (LAH KOK MASIH ADA?!!).

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Hari ini pelajaran olahraga. Pelajaran yang ditunggu-tunggu bagi anak cowo. Bukannya apa-apa, setiap habis olahraga, Pak Adi selalu ngasih jam kosong buat anak cowo main futsal. Pelajaran olahraga juga sangat bermanfaat buat murid tokek. Lompat tinggi, siswa diajarkan buat lompat setinggi mungkin dengan melewati tiang yang ditentukan, Ini sangat cocok bagi murid tokek yang mau cabut dari sekolah lewat pager belakang. Lari sprint, Ini sangat cocok bagi murid tokek yang mau ngambil hp dari celana orang. Oke cukup, Namun, Olahraga bagi anak cewek itu seperti ninja warrior, penuh tantangan dan rintangan. Mereka takut dengan apapun ketika sedang praktek olahraga. Mereka takut kenak hantam bola futsal, terik sina matahari, keringat yang mengucur, diliatin anak cowok, dan terakhir, digoda kepala sekolah.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Pak Adi (guru olahraga) menunjuk 5 perwakilan cowo buat dijadikan kapten tim futsal, salah satunya gue. Gue memilih Lala, Dessy, Riri, Galuh, Nadilah, Paklek dan Abel. Sebelum pertandingan dimulai, setiap kelompok wajib melakukan pemanasan. Kelompok membuat lingkaran. Abel memimpin pemanasan. Sambil pemanasan, gue memberi intruksi dan strategi yang gue tau tentang futsal.

Galuh gue pilih sebagai kapten, bukan karena dia jago memimpin, tapi suaranya lebih macho daripada suara cowo pada umumnya, lebih ngebass dan serak-serak preman.

"Pokoknya dilapangan mainnya oper-operan jarak pendek aja, cari keberadaan kawan dan jangan sampai bola direbut karena kecerobohon mengoper," jelas gue "Habis ini, nanti aku, Abel dan Paklek bakal praktekkin gimana oper-operan yang efektif."

Abel lebih tau soal formasi bermain futsal. Jadi dia mengarahkan setiap pemain bergerak kemana, mengoper kemana, posisi dimana, dan kalau kebelet kencing, lari ke arah kemana.

"Re, siapa nanti yang jadi kiper. Saye tak nak lah," ucap Nadilah.

Pertanyaan bagus, sebenarnya gue pengen liat Lala main jadi striker atau gelandang sekaligus bertahan, tapi jadi kiper aja cukup, biar bisa jaga hati gue, eehmm, gawang.

"Lala, kamu yang jadi kiper ye," kata gue sambil menunjuk lala.

"Iyaa re."

"Riri sama Dessy sebagai penyerang, pokoknya bola yang ada di depan kalian tendang aja sudah ke arah gawang," tambah Abel. "Kasih patah kaki mereka!!"

"....."

"Kayaknya itu agak kasar, Bel," bales gue."

"Menurut Fadli, Galuh dan Nadilah badannya agak besar, jadi—"

"MAKSUD AWAK, BADAN SAYA CAM BADAK YEE?!!" pekik Nadilah.

"Sabar-sabar, Dil. Paklek ada benarnya. Kalian lebih enak nge-body orang kalau lewat.

"Hmmmm... okelahh," tambah Galuh.

"Sa setuju, berarti Galuh sama Nadilah yang menjadi posisi bertahan."

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang