Suasana kelas di pagi hari emang menenangkan. Gue seperti biasa minum susu dancow putih. Semua tampak tentram dan nyaman. Baru aja gue menyesapkan susu putih ke mulut, tiba-tiba cowo berbadan kekar, berkulit cokelat, dan berrambut kriting membanting kursi.
"SIAPA DISINI YANG GANTI KURSI SA, SA KASIH MATI ORANGNYA!!"
Abel
Nama panggilan : tetep Abel
Tanggal lahir : 08 agustus 2000
Life's goal menjadi : Masih mencari...
Film kesukaan : The Raid l & ll
Ciri ciri fisik :
kulit sawo matang, tinggi 173 cm berat badan 68 kg. badannya kekar ( katanya sih mau ikut binaraga), rambutnya kriting kering, suaranya ngebass, dan terakhir mukanya penuh dengan jerawat.
- Punya tanda lahir di leher
- Punya bekas luka jahitan di lengan kanan
Kelebihan : gampang kenalan dengan orang baru, jago berantem, ahli soal urusan cewek, kalo soal jualan jangan diragukan.
Kekurangan : emosian, suka banting barang, suka cerita bohong.
Hobi : fotografi, kelahi, bucin ( budak cinta).
Yang disuka : masak, jalan-jalan sore bersama ika ( pacarnya).
Yang dibenci : kantin lain, adek kelas banyak gaya, guru yang curang.
Yang ditakuti : gak ada, malah keseringan makhluk hidup lain yang takut sama dia.
Makanan favorit : papeda.
Kebiasan buruk : marah karena sepele.
Cerita dikit :
Orang yang satu ini sangat mudah terpancing emosi. Abel juga dikenal di seluruh kalangan sekolah. Dia sangat romantis dan bucin terhadap pasangannya, tapi sering juga menyakiti fisik si cewe. Abel sangat suka sekali berdebat agama sama siapa saja, bahkan sama guru agama sekalipun. Maklum, soalnya dia pernah masuk pesantren waktu SMP.
Gue lumayan suka keributan, jadi karena penasaran, gue menghampiri mejanya. Nadilah mencoba meredakan emosi Abel.
"Pagi-pagi awak ni dah bercakap kasar jee, sudahlah. Pake kursi saye mau tak?" ucap Nadilah.
"Kalau jumpa tuh manusia, Sa pukul matanya!!" teriak Abel
Gue menepok pundak Abel. "Udah tenang, aku tau cari kursi bagus dimana. Aku bantuin cari mau gak?"
Abel menatap gue dengan tajam.
"KO YANG NGAMBIL KURSI SA?!!" Abel menarik kerah baju gue.
"Bbbu-bbuu—"
"Ba-bi-bu-babi ko emang ya. KO CARI MATI?!"
Gue menggeleng kepala, sambil menahan cengkraman tangan Abel.
"Saye pagi piket emang kursimu macam tu lahh..."
Gue mengangguk. "Emang udah rusak pas awal aku masuk, Bel."
Abel perlahan melepas cengkramannya. "Maaf-maaf, sa tidak tau. Sa emosi sekali tadi."
Gue mengangguk-ngangguk. "Gimana kalau aku bantuin cari kursi kau, Bel."
"Ayo sudah, baik juga ko ini, Re. Sa jadi suka."
"Ee... emm Aku juga suka kau, Bel."
"......"
Kami berdua menuruni tangga menuju tempat perbaikan kursi yang tak jauh dari kelas. Disaat yang bersamaan ketika Abel sedang mencari kursi yang layak, gue melihat Nata turun tangga lalu berjalan menuju kantin. Gue tidak berani menyapanya, teman Nata yang tau keberedaan gue menepok pundak Nata lalu menunjuk ke arah gue. Nata melihat kebelakang dan tersenyum manis ketika mata kami bertemu. Gue tersenyum balik kepadanya sambil menganggukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Pengendali Tokek
Teen FictionProlog : Hai hai haaaiiii..., ini saya Renja Sujana. ENGGAK!! ENGGAK!! Kayaknya ini terlalu feminim. Halo, halo bandung Lah malah jadi lagu Seharusnya pake gue, kalau pake saya kayak pidato ketua RT mimpin rapat. Perkenalkan nama dia, Renja. Renja...