Kang cilok kesandung bola

10 1 0
                                    

Yth. Ibu Aan Walia Indah Wali Kelas X IPA 1

Dengan hormat.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama: Renja Sujana (Anaknya bu Ida, bapaknya Suyanto adeknya Alfayed, Abangnya Zhafran, kakek perlu gak bu? Gak usah lah ya, tapi kalau nama kucing moci)

Burung-burung berkicau, sinar mentari pagi bagus untuk kulit dan beberapa satpam yang sedang ngopi. Pada pagi ini, saya Renja Sujana tidak bisa mengikuti pelajaran.

Kenapa? (Mungkin ibu bertanya sambil ngupil ketika membaca surat ini)

Badan menggigil kedinginan, kepala seperti dipukul pake balok kayu, sama ingus yang udah membasahi baju. Tapi yang paling penting, hati yang hancur ketika dia meninggalkan saya (Maaf curhat sikit, Bu)

Melalui surat ini, saya menyampaikan permohonan maaf kepada Ibu Wali Kelas karena hari ini. Padahal saya ingin mengikuti pelajaran Mtk yang diajar Bu Aslah, pelajaran Fisika yang diajar sama Bu emma. Seperti yang ibu tau saya sakit, kalau tetep dipaksakan sekolah, bisa menyebabkan virus ke kawan terdekat.

Demikian surat permohonan izin kami sampaikan agar dapat memaklumi dan kami ucapkan terima kasih.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

[Chat : Grup Cicak Berwarna]

Rafi : Lapangan 4 sp ya guyss... jangan lupa dateng @Abel @Hilal @Paklek @Deva @Guntur @ Renja @Rio @Pai

Abel : Oke Pi.

Deva : pake sepatu gak?

Rafi : Bawa aja Dev.

Renja : Main santai ?

Deva : sparing sama kelas cewekmu Re.

Renja : Hahh? Mipa 4?

Rafi : yoi, dateng lah, biar kita bantai mereka.

Renja : okok.

Paklek : bawa parang gak?

Rafi : Bukan tawuran ampas.

Mungkin ini saatnya gue bales dendam. Bukan sama kelas Nata, tapi sama manusia berekor tupai itu. Gue gak peduli kalau kelas gue dibantai, yang paling penting.... kaki gue bisa ditaruh di leher Bariq.

Gue berangkat futsal sama Deva. Perjalanan menuju lapangan gak terlalu jauh. Ketika nyampe di lapangan. Gue melihat keadaan sekitar. Ternyata ekspetasi gue dipatahkan. Bariq tidak hadir. Jawabannya cuman 3, antara dia tidak jago main futsal, ada bimbel les, dan terakhir emm... kakinya digigit komodo (ngaco ah).

"Re, ampas juga kau. Boong aja kan sakit itu," kata Rafi.

"Bener ampas, tap—"

"Halah, kau buat-buatnya surat itu."

"....."

"Kacau emang kamu cui, suratmu dibaca satu kelas."

"BANGKEK LAH!!"

"Tapi tenang aja, le. Surat ko sa tempel di kantin."

"AMPASS!!!"

Kalah. Iya kelas gue kalah melawan X MIPA 4. Emang gak usah ditanya lagi soal pemain dari kelas mereka. Semuanya pada jago-jago. Apakah mereka semua sedang kerasukan timnas brazil? Tidak ada yang menandingi kelas X MIPA 4 kalau urusan futsal. Ada 4 orang di kelas mereka yang jadi atlet di sekolah tokek. Itu berbanding terbalik dengan kelas gue. Dimas, iya dia emang atlet voli, tapi kalau urusan futsal jangan ditanya. Anak ini pernah mukul kepala abang kelas karena dikira bola lambung. Hilal, kalau urusan genjreng-menggenjreng jangan ditanya. Dia orang yang paling skillfull, hampir semua lagu dia bisa. Kalau urusan futsal? Apa iya setiap orang nyetak gol, dia iringi lagu garuda di dadaku? Dan terakhir, Maul. Kalau urusan make up, hampir semua cewek di kelas gue bakal konsultasi sama cowo berbadan bengkok ini. Futsal? Gue takut ketika dia hadap-hadapan buat rebut bola, bukannya men-tackle lawan, malah mencium keningnya.

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang