Gue masih belum nyerah sama otak gue. Kali ini gue mengambil keputusan ekstrem. Yap, gue bakalan ikut olimpiade fisika. Kalau didenger-denger emang keliatan tolol sih, tapi ini demi Nata. Gue bakal nyamain otak gue sama calon istri gue itu.
Frendo adalah orang yang tepat buat ngajarin gue. Yap, apalagi kalau bukan otaknya yang super duper cerdas. Frendo lumayan terkenal dikalangan guru sekolah tokek. Anak yang punya tompel di kumis itu selalu jadi contoh baik. Salah satu guru yang suka muji Frendo adalah Bu Aslah. Kalau kelas gue gak ngerti apa bab yang diajarkan sama Bu Aslah, pasti ujung-ujungnya ibu itu berkata "Coba lah kalian lihat anak MIPA 4, Frendo. Dia itu gampang ngerti." Sangking seringnya, gue agak muak dengernya. Terkadang, penggunaan contoh frendo udah mulai ngaco. Kayak gini contohnya,
1. Kelas banyak yang remedial, terus murid yang remedial dikumpulin jadi satu, baru ibu itu berkata "Coba lah kalian lihat anak MIPA 4, Frendo. Dia itu gampang ngerti. Anaknya sopan dan baik hati."
2. Materi sulit, ditambah kelas bising dan Bu Aslah lagi ada masalah di rumahnya. Lalu ibu itu teriak dengan nada tinggi "KALIAN GAK NGERTI-NGERTI DARI TADI, COBA KALIAN LIAT FRENDO ANAK MIPA 4! DIA GAMPANG NGERTI!!"
3. Atau yang terakhir. Lagi serius ngerjain ulangan MTK, tiba-tiba suasana jadi bising, ternyata bau taik udah menyebar ke seluruh ruang kelas. "Emmm.. Diam semua... Coba kalian lihat pantat frendo!"
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Malam ini gue berangkat ke rumah Frendo. Ketika gue nyampe di kamar, ada pemandangan yang aneh. Anak itu tidak belajar seperti biasa. Dia berbaring di kasur, main handphone sambil senyum-senyum sendiri. Kalau diliat sekilas, udah kayak gembel baru beli lem kayu.
"Behh, senang kali ku tengok kau, Ndo."
"Ehh, Re. Tumben, main sini.. Wak, sini-sini, aku lagi deketin Cewek. Menurut kau cantik gak?"
Frendo bangkit dari kasur lalu memperlihatkan sosok Afda. Kulit putih, pake jilbab. Sekilas Afda seperti orang arab-indonesia. Gue lumayan kaget sih Frendo bisa kenalan sama cewek secakep itu.
Gue melihat dengan seksama. "Siapa namanya, Ndo?"
"Afda, Re. Kau kenal gak?"
"Wajahnya familiar, tapi aku gak kenal, Ndo."
"Cakep gak menurutmu?"
"Wajahnya enak diliat, senyumnya manis, sama tatapannya meluluhkan hati."
"Dah jangan sok puitis kau ampas!" seru Frendo. "Serius kau gak kenal ni anak?"
"Yang bapaknya punya bengkel becak, bukan?"
"Hahahha, bukan ampas."
"Kok bisa, Ndo. Gimanalah ceritanya?" tanya gue sambil duduk di kursi belajar.
"Jadi kakanya Afda ini kan ikut olimpiade Fisika, Nah kemarin malam aku ke rumah kakaknya buat minjam buku sakti fisikanya. Tapi karena kakanya belum pulang, jadi aku ngobrol sama Afda di teras rumah sampe kakaknya pulang."
"Wihh, menarik sih. Terus kok bisa nyambung ke chatan?"
"Nahh, waktu itu Afda lagi ngerjain PR MTK. Karena dia kesusahan, jadi aku kerjain aja semuanya."
Nah itu dia yang gue maksud. Butuh jadi orang pintar untuk bisa mendapatkan hati seorang wanita idaman. Setelah mendengar cerita Frendo, gue jadi semangat buat jadi orang cerdas.
"Dari wajah kau, kayaknya lagi berbunga-bunga tuhh..."
Frendo tersenyum. "Iya, wak. Menurutmu, bisa gak aku jadian sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Pengendali Tokek
Teen FictionProlog : Hai hai haaaiiii..., ini saya Renja Sujana. ENGGAK!! ENGGAK!! Kayaknya ini terlalu feminim. Halo, halo bandung Lah malah jadi lagu Seharusnya pake gue, kalau pake saya kayak pidato ketua RT mimpin rapat. Perkenalkan nama dia, Renja. Renja...