Bazar makanan adalah festival makanan yang diselenggarakan sekolah tokek buat anak kelas 11. Festival ini bertujuan untuk menaikkan rasa kewirausahaan, ya walaupun kebanyakan dari anak sekolah tokek udah duluan jualan minuman oplosan.
Bazar ini juga diikuti dengan pengambilan nilai pensi anak kelas 12. Bazar berlangsung selama tiga hari. Tema bazar kelas gue adalah pekerja lapangan. Jadi semua orang dikelas haru pake baju seperti para pekerja tambang, galangan kapal atau bengkel mobil/motor.
Stan bazar kelas dilindungi oleh Tenda nikahan yang terdiri dari 4 tiang setinggi 3 meter dan beratap terpal hijau, kira-kira panjang stand sekitar 5x4 meter. Stand bazar juga dihiasi kata-kata no-smoking, warning, danger untuk membuat suasana berada di tempat kerja yang berbahaya. Tulisan "Envious food shop" yang terbuat dari karton terpampang di atas stan bazar.
Main course
Nasi teriyaki
Nasi chiken of black papper
Nasi karageSnacks
Sosis bakar
Kentang goreng
Popcorn
dimsumDrink
Pearl paradise
Tapioca twirl
Chewy challice
Mango mystique
Guava glamour
Watermelon wonderTernyata konsep wearpack ini berhasil menarik perhatian orang. Apalagi ngeliat gue. Kalau sekilas dari dekat, orang bakal ngira "Ini pekerja ilegal dari somalia atau mukanya pernah kesiram air keras yaa... kok serem banget sihh..."
Semua orang dibagi tugas, ada yang sebagai juru masak, kasir stan dan joki tong setan. Gue, Paklek sama Rafi jadi satu grup, sebagai pengantar makanan.
"Fi, lek kita kemana dulu nih?" tanya gue sambil bersiap-siap membawa 6 bungkus kentang goreng, sama 7 kotak kecil dimsum.
"Keliling sekitar kelas aja dulu re," bales Rafi.
"Boleh-boleh, sekalian Fadli mau cuci mata juga."
"Mantep, Lek."
Kami bertiga dengan pakaian wearpack dan jalan saling berdempetan. Kami membawa nampan berisi makanan dan minuman menyambangi satu per satu orang. Untung-untungan sih sebenarnya, kadang dapat orang yang baik mau membeli, ada juga yang ngejek muka gue, ada juga yang jitak pala Paklek. Kebanyakan sih cewek-cewek yang beli, Bukannya apa-apa, muka Rafi emang banyak mengundang cewek-cewek. Ya kalau muka gue udah bisa kalian tebak, hitam, jidat lebar, sama gigi bertaring. Kalau diliat dari jauh, udah kayak vampire kecipratan oli. Cuman karena tampang Rafi yang cakep, dengan cepat 6 minuman soda, 3 popcorn sama 6 bungkus kentang balado, dan 4 kotak dimsum habis terjual.
Disaat kami berjalan menuju ke stan, Nadilah dengan napas ngos-ngosan berlari dar belakang.
"Tungggu....!!" teriak Nadilah. "Itu ruang guru ada yang pesan minum, ibu... ibu siapa gitu lupa saye."
"Bener-bener lah kau, Dil," keluh Rafi.
"Beneeer.. Pokoknya ibu itu pake jilbab warna hitam, agak gendut sama, eee.. Saama—"
"Gak pake baju?"
*PLAKK!!
"Jorok kali pikiran awak nihh.. Re..."
"Maap-maap, jadi siapaa?"
"Udah, kalian ke sana aja, lupa juge saye nihh.."
Gue sama Rafi kembali ngambil stok minuman, lalu berlari kecil menuju ruang guru. Rafi mengetok pintu, lalu membukanya, dia berjalan pelan-pelan, tampak hampir 12 guru saling bertatap-tatapan.
"Pak, Buk apakah tadi ada yang mesan minum?" kata gue dengan sopan.
Mereka semua keliatan bingung. Ada yang garuk kepala, mikir sambil megang dagu, dan mencet-mencetin jerawat batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Pengendali Tokek
Teen FictionProlog : Hai hai haaaiiii..., ini saya Renja Sujana. ENGGAK!! ENGGAK!! Kayaknya ini terlalu feminim. Halo, halo bandung Lah malah jadi lagu Seharusnya pake gue, kalau pake saya kayak pidato ketua RT mimpin rapat. Perkenalkan nama dia, Renja. Renja...