Nata : re, aku mau ke city walk mall nih.
Renja : Ngapain Nat? jadi sales samsung?
Nata : wkwkwk, bukan, biasalah kegiatan anak muda.
Renja : oalahh, sama siapa?
Nata : Bariq, wida, mbak teka. Mau ikut gak? Wida ngajak tuh
Renja : hmm, enggak deh nat. Takut dikira tukang parkir lagi.
Nata : wkwwk okelahh, jangan peluk guling mulu kamu.
Renja : ehh tau aja.
Nata : iyalah, apalagi kerjaanmu selain itu.
Renja : hee sembarangan, aku bisa juga peluk pak tinja.
Nata : wkwkwk, habis tuh dikasih tugas aljabar.- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Nata menggantungkan jawabannya. Gue punya firasat ditolak sama Nata. Mungkin bagi Nata gampang gitu ngegantungin jawaban, tapi bagi gue sangat berarti. Apapun jawaban Nata akan mengubah hidup gue. Kalau jawabannya diterima, gue bisa ngadain acara syukuran selama seminggu berturut-turut.
Rumah Nadilah adalah salah satu tempat tongkrongan paling santai di dunia. Pak wawan (bapaknya) gak pernah marah kalo kami telat pulang lebih dari jam 11 malam, ya walaupun waktu gue pamit, bapaknya lagi ngasah golok.
Banyak hal yang dilakukan di rumah Nadilah, mulai dari ngerjain tugas bareng, diskusi, perawatan wajah sampai operasi ginjal (LOHH KOK BISA??!!) Sebenarnya sekalian cuci mata juga, kedua kakak Nadilah cantik-cantik. Gue gak mau bilang Nadilah tidak cantik, tapi... ntar kalo dia baca tulisan ini pasti gue dijewer. Masalah dari nongkrong di rumah Nadilah adalah kucingnya. Yap, kucingnya suka ngencingin jok motor gue. Gak enak kan... pulang ke rumah selalu dituduh ngompol sembarangan.
Hari ini gue mau ngadain layar tancap di rumah Nadilah, kebetulan Abel berhasil minjem infocus dari Bu Kiky ( guru sejarah ). Sebelum berangkat gue sempetin beli martabak untuk cemilan. Pas nyampe di depan rumah, gue manggil Nadilah. Gak lama anak itu langsung muncul dengan kaos lengan panjang, rok hitam dan wajahnya yang pahit (maaf dil).
"Ini dil aku bawak 2 martabak telor dan 1 martabak hambar."
"Lohh tak dikasih gula sama abangnya?"
"Yaa.. kalau makan coba sambil liatin mukaku," kata gue dengan kedipan mata.
"Re kok saye nak mual ya dengernya.."
"Wahh kawanku mau punya momongan nih..."
Nadilah tertawa. "Mulut awak nih sembrangan sangat.. Mana paklek, Abel, Deva dan bebeb Rafi?"
"Bebek? Emang tadi janjiannya suruh bawak bebek?"
Nadilah jewer kuping gue. "Oalah, telinga awak nih kurang dikorek caknya, saye bilang itu bebeb, ayang Rafi...."
"Oalah, mereka tadi aku suruh ngumpul rumahku sih, tapi karena lama aku duluan aja."
Nadilah tersenyum.
"Emang tamu disini emang konsepnya disuruh berdiri gitu ya dil?"
"Hahahaha, re temeni saye ke depan bentar.."
"Nak kemane budak kecik nih?"
"Saye dah dari siang tak makan nasi, nak lele goreng," kata Nadilah langsung duduk di belakang jok motor gue. "Dah cepet-cepet.."
Gak lama kami berhenti di sebuah rumah kuning di ujung jalan. Di teras rumah udah ada beberapa meja makan dan kursi. Nadilah memesan makanan, lalu kembali lagi ke motor gue.
"Duduk dalem je laah, reee..." Nadilah berjalan, lalu duduk gak jauh dari tempat penggorengan.
"Dil, gimana hubunganmu sama abang kemarin?"
"Kenapa awak tiba-tiba nanye macam tu?"
"Kamu kayaknya janji mau cerita, tapi aku lupa nanya terus."
"Hmm.. gimana ya ree.. masalahnya dia bilang kalau tak mau pacaran bla bla bla, tapi semua cewek pun dideketin." Nadilah membenarkan jilbabnya yang berantakan. "Terus tuh, dia malah bilang, kamu jangan suka kegatelan sama temen kelas, macem mana saye tak sakit hati. Dahlah re, saye males ngomongin orang tu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Pengendali Tokek
Teen FictionProlog : Hai hai haaaiiii..., ini saya Renja Sujana. ENGGAK!! ENGGAK!! Kayaknya ini terlalu feminim. Halo, halo bandung Lah malah jadi lagu Seharusnya pake gue, kalau pake saya kayak pidato ketua RT mimpin rapat. Perkenalkan nama dia, Renja. Renja...