Cewek Penyembuh Hati

8 1 0
                                    

Baru saja gue merasakan jatuh cinta yang benar-benar dua arah, eh tapi tetap aja dia malah ke arah yang lain. Kalau dipikir-pikir gue terlalu berekspetasi besar sama cewe berkulit halus itu. Cara orang melihat gue sama Nata itu beda. Ya ibaratkan hewan, Nata itu kupu-kupu yang selalu dikejar anak-anak karena keindahan sayapnya. sedangkan gue tuh kecoa, yang kalau terbang sembarangan, orang pasti lemparin perabotan rumahnya.

Gue hanya melamun aja di kelas. Hati gue itu ntah kenapa sakit banget, kayak dicubit pake tang bengkel. Gara-gara patah hati ini, gue tidak terlalu memerdulikan orang lain. Abel dateng untuk menanyakan rencana bikin ide untuk jam kosong kedepannya, tapi gue tidak menggubrisnya. Deva mencoba menghibur dengan diskusi soal film marvel terbaru, tapi gue bales seadanya. Bahkan paklek yang minta ditemenin pipis, gue ... terima.

Setelah istirahat siang, gue masih tetap bengong. Ketua kelas ( Abel ) mengumumkan bahwa untuk tiga jam kedepan tidak ada pelajaran apa - apa. Ketika lagi termenung, tiba-tiba Lala duduk di sebelah bangku gue.

"Jangan lama-lama sedihnya, itu cuman pertunjukan seni kok."

Gue menyipitkan mata ke Lala. Kenapa dia tau? Apa jangan-jangan Lala itu seorang peramal yang nyamar jadi remaja?. Dari semua teman-teman yang menghampiri gue, tidak ada yang tau permasalahan gue. Bahkan mereka bertanya-tanya, kenapa gue tiba-tiba diam? Banyak yang mengira gue demam atau kesurupan batu bata. Iya benar kata Lala, itu cuman pensi. Kenapa gue sangat cemburu kepada kebenaran yang belum teruji? Toh kalau Nata pacaran sama orang lain, gue juga emm.. cemburu sih. Tapi itu cuman ada dikhayalan gue.

Gue berbisik pelan, "Tau darimana, Lak?"

"Taulah re. Orang aku duduk tepat belakangmu, terus pas Nata tampil dan ada cowo yang mencium tangannya, kamu langsung pergi. Iya kalau balik lagi, sampe upacara penutupan pun kamu hilang, apalagi kalau bukan soal itu."

"Bener Lak, beneeerr banget. Aku baru tau yang namanya sakit hati, bisa buat mood seseorang hilang."

"Daritadi aku merhatiin, ini anak kok diam. Padahal biasanya jam kosong dia kayak cacing kepanasan. Terus biasanya kalau pagi hari kamu bawak sesuatu yang aneh dari rumahmu, tapi sekarang gak ada."

"Berlebihan, mana ada aku kayak gitu orangnya." Gue mengelak.

"Oke jawab pertanyaanku. Siapa yang ganti foto presiden jadi foto pak tinja? Siapa orang yang narok bawang putih,terong,cabe, lengkuas, jahe ke tas Nadilah? Siapa nuker pengharum ruangan jadi cairan pembasmi serangga? Sia—"

"Oke stoopp. Itu semua gak sengaja."

Lala menggelengkan kepala, "Jangan lama-lama galaunya, Re. Aku butuh hiburan nih. Ngelihat kamu diam aja kayak orang kesurupan, kayaknya bukan kamu deh."

"Iya-iya. Ngomong-ngomong kamu mau baca buku dari aku gak?" Gue tiba-tiba ngide.

"MAU-MAUU...." Mata lala berbinar.

Gue mengeluarkan buku dengan cover cewe bule pakai bikini.

*BRAKK!! Pala gue digetok pake novelnya.

Gue tertawa kecil. Ntah kenapa ngobrol sama Lala selalu menyenangkan. Semuanya terasa ringan. Sakit hati sudah mulai mereda. Gue melihat Abel, Deva, Paklek dan Rafi yang dari tadi asyik nonton film. Gue datang ke meja mereka lalu gue tutup layarnya laptop.

Tapp!!

"ANJING LAH!!" pekik Rafi.

"Ko ganggu saja, tadi diam kayak orang kesurupan. Sekarang datang kasih rusuh ," kata Abel sedikit emosi.

"Film bisa ditonton di rumah, aku ada ide bagus nih."

"Tadi kau diem aja kek orang bisu, sekarang kayak monyet." sambung Rafi

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang