Film pemersatu kelas

4 2 0
                                    

Salah satu guru favorit gue adalah Sir Sarimin. Sir Sarimin adalah guru Bahasa inggris yang sangat menyukai film, terutama holywood. Setiap kali dia mengajar di kelas, pasti selalu menyisipkan adegan-adegan film. Kayak..

*Lagi ngerjain ulangan 

Sir Sarimin : Heii!! Don't never ever cheat on this class. Or I will kill you and the whole your family. Are understand mister president?

Temen gue yang nyontek : (sedikit basah pada bagian ketiak dan bagian tengah celana)

Atau

*Lagi ngumpulin buku PR ke meja guru.

Gue : Pak, maaf saya belum sempat ngerjain—

Sir Sariminin : you said again, plesea?

Gue : Emm.. My mother sick and I have to—

Sir Sarimin : get out! And don't come back to here until you found the gold for me.

Gue : Understand, Sir.

Sir Sarimin : I'm just kidding. Just plesea get me a knife.

Gue : WHAAT?!!!

Gue udah punya firasat kalau bapak ini sering nonton film thriller dan pembunuhan. Mungkin dulu waktu muda, bapak satu ini bercita-cita menjadi aktor film, tapi gak kesampaian karena mukanya yang pas-pasan.

Jujur, gue sebagai pecinta film sangat hepi ketika Sir Sarimin memberikan tugas film. Tugas film dibuat perkelompok yang berisi 6 orang. Kelompok gue terdiri dari Nadilah, Lala, Abel, Deva, Riri dan Galih. 5 buah meja disatuin untuk diskusi.

"Kite nih nak buat film apa?" tanya Nadilah.

"Film yang ada pesan moral aja dil, kayak hidayah gitu," sahut Galih. "Mungkin bisa ngambil dari kisah nyata."

Riri mengambil pena, lalu menulis di buku kecil. "Boleh sih itu lih, yang penting harus ada pesan moralnya."

"Kira-kira, pesan moral apa yang mau kita sampaikan untuk film ini?" tanya Lala. "Harus ada temanya dulu, baru ntar kita nulis bareng-bareng."

"Benar itu La," Sahut Galih. "Emm.... tema keluarga. Gimana menurut temen-temen?"

Gue hanya mendengarkan diskusi. Menurut gue ide-ide mereka terlalu umum dan pasti bikin ngantuk, belum lagi tugas film ini harus pake bahasa inggris, dah lah makin tidur yang nonton. Ketika mereka udah serius diskusi, tiba-tiba ada sebuah ide unik muncul dari kepala gue.

*BRAKK!!!

Gue menggebrak meja. "Gimana kalau kita buat film pembunuhan, terus dibuat mysteri gitu."

Nadilah menyipitkan matanya, menatap gue tajam.

"Tak, tak, tak. Saye tau ide awak nih aneh sangat pasti.."

"Percaya samaku dil, ini film bakal keren. Ntar, kita bikin adegan si pembunuh ngejar-ngejar dari lorong sekolah, terus mengintai ketika pulang sekolah..."

"GAS REE!!" teriak Deva

"Sa setuju sih sama ko le. Tapi nanti ada yang telanjang bulat gak?

"....."

"Bel, kayaknya ini bukan film porno lah," bales gue. "Kita gak usah bikin film yang punya moral. Tapi kita bikin yang buat orang lain berkesan ketika nonton."

"Aku ikut aja sih, tapi kita bisa gak buat filmnya?" tanya Lala. "Soalnya, kayaknya itu butuh teknis tinggi deh ree..."

"Iya, cem betul lah awak nii... awas nilai saye turun gara-gara buat film ni, tak tumbuk mata kiri awak.."

Catatan Sang Pengendali TokekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang