41. Akhir Jalan

11 0 0
                                    

Yokohama. 1 Desember.
.
.
.
''Rasanya sudah lama aku tak kesini''.

Osamu melihat pemandangan kediaman Ayakashima sekali lagi. Dia tak sendirian datang kesini, melainkan bersama keluarganya. Mereka semua tak tahu mengapa keluarga Ayakashima mengundang mereka. Namun begitu mereka mengetuk pintu, anak buah Senjuro mengenakan baju tradisional berwarna hitam.

Mereka tak tahu mengapa dan hanya dituntun menuju ke teras samping rumah. Disana juga ada keluarga kerabat Seiya dari Miyagi, yaitu keluarga Sawamura. Selain itu ada Yugimura dan Souma disana. Rombongan dari Hyogo itu segera duduk disamping keluarga Sawamura.

''Oh? Anak Inarizaki rupanya. Kalian juga diundang?'' Celetuk Daichi menyapa. ''Ha'i. Tapi aku tidak tahu kenapa keluargaku juga diundang,'' ucap Osamu tak begitu mengerti. Mereka dengan sendirinya telah akrab.

''Kalian. Jika kalian tidak kuat, segera mundur,'' peringat Yugimura dengan wajah memucat. ''Eh? Kenapa?'' Tanya Daichi. ''Kita disini menjadi saksi. Apakah kalian tak merasa aneh ada pihak polisi yang juga ikut andil disini?'' Ujar Yugimura terheran.

Mereka bingung. Maksudnya saksi apa? Apakah untuk persidangan. Sepertinya bukan.

Hingga mereka mendengar suara petikan shamisen. Pertama dengan tempo pelan, lalu semakin cepat dan cepat seperti iblis shamisen yang membuka gerbang Infinity Castle. Begitu petikan shamisen berhenti, suasana lengang sejenak. Muncul Senjuro dengan hakama hitamnya maju ke tengah halaman teras.

''Selamat malam, saudara - saudaraku, keluargaku dan pihak polisi yang telah menolong keluarga ini. Malam ini, kami, Keluarga Yakuza Ayakashima menerima tugas yang telah disepakati di sidang meja hijau beberapa bulan yang lalu. Dan kami, akan melaksanakan tugas berupa menghukum mati orang yang membuat penerus keluarga ini sengsara selama berbulan - bulan. Bawakan mereka kesini!!'' Ucap Senjuro lalu menitah.

Para saksi terkesiap begitu melihat tiga tersangka dipasung kakinya dan diborgol tangannya kebelakang. Mereka diseret lalu dilempar ke tengah halaman teras. Osamu, Souma dan Daichi menggeram marah melihat wajah Subaru yang nampak tak bersalah. Dia menjadi gila semenjak disidang.

''Malam ini, bukan aku yang akan menghukum mereka. Namun cucuku. Seiya, kemarilah,'' panggil Senjuro menoleh ke arah belakang rumah. Derap langkah sandal kayu terdengar dari sana. Seiya muncul dengan memakai yukata putih polos. Dia menumpukan telapak tangan kirinya di pangkal nichirin yang merupakan pusaka keluarganya.

''Seiya ... '' guman Osamu dengan wajah kecut. Kekasihnya begitu dingin ekspresinya. Dia tak suka dengan perangai Seiya seperti itu. Gadis itu cocok dengan sundress putih di musim panas dan senyuman cerah yang merekah di bibirnya.

''Honore!!! Aku berharap kaulah yang mati!! Kau membuatku cacat– umph!''

Makian Shiori berhenti begitu rahangnya dicengkram kuat oleh Seiya. Gadis itu menarik rahangnya mendekat. ''Seharunya kaulah yang terkutuk, Kusobaba,'' desis Seiya lalu menghempaskan Shiori sampai tersungkur. Seiya berdiri dan membuka sedikit nichirinnya.

Cklek!

''Satte. Siapa dari kalian yang pertama ingin kubawa ke neraka?'' Ucap Seiya sambil memegang gagang nichirinnya. Dia menatap satu persatu pelaku yang membuatnya menderita. Hingga matanya tertarik pada Takanomi. Dia nampak menggeram marah.

''Aku bersumpah, kau akan menderita selama - lama–''

Srek!!!

Belum selesai Takanomi menyumpah serapah, kepalanya tertebas duluan dan menggelinding di tanah. Para saksi bergetar ketakutan, memandang ngeri peristiwa yang berjalan begitu cepat. Souma menutup mulutnya, dia tak kuat dengan adegan sadis itu yang membuatnya muntah.

The Barista Girl (M.Osamu × Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang