Hari ini Chika harus pulang telat karena ia harus mengejar pelajaran yang dia skip karena hukuman tadi. Ia menyuruh Christy pulang duluan dan dia akan pulang dengan ojol. Saat akan menggunakan ponselnya ia baru sadar ponselnya lowbat.
" Duhh pake acara lowbat segala sih. Gak bawa powerbank lagi. Trus gimana cara gue pulang. " Gerutu Chika.
Ia berjalan keluar dari kelas. Terlihat rintik hujan mulai turun. Kalau sudah begini akan sulit untuk dia menemukan transportasi umum.
Chika menghela nafas kasar.
' ya kali gue nginep di sekolah. ' batin Chika.
Ia memutuskan untuk menerobos hujan menuju halte depan sekolah nya. Berharap ada transportasi lewat. Chika jadi teringat saat ia menunggu jemputan di halte yang berakhir dengan ia diantar oleh Mirza. Seseorang yang pernah ia sukai. Tapi sekarang Mirza sudah bersama Gracia, kakak Chika.Mengingat Gracia, ia jadi merindukan keluarga Djuhandar. Di sekolah pun ia jarang bertemu Gracia. Mungkin karena Gracia yang sedang sibuk dengan persiapan ujiannya.
' kenapa jadi mikirin mereka lagi sih. ' batin Chika.
Sambil menatap hujan yang semakin deras.Sebuah mobil berhenti didepan halte tempat Chika duduk. Pengemudi mobil sedikit menurunkan kacanya untuk dapat melihat Chika.
" Woyy cewek rese. Buruan masuk! " Teriak pengemudi yang tak lain adalah Gito.
Chika menaikkan sebelah alisnya.
' apa maksudnya. ' batin Chika." Lo denger gue gak sihh?? " Teriak Gito.
Karena suaranya kalah dengan derasnya hujan. Karena kesal Gito langsung turun dari mobil dan menghampiri Chika.Chika kaget saat Gito langsung berdiri dihadapannya dengan baju yang sedikit basah karena air hujan.
" Lo mau tetep disini atau ikut gue pulang? " Tanya Gito datar." Ha? Maksud lo? " Cengo Chika.
" Buruan masuk mobil, gue anter lo pulang. " Jelas Gito.
" Gak! "
Gito membulatkan matanya. Baru kali ini ia ditolak cewek untuk sekedar mengantarkannya pulang. Di sekolah nya yang lama hampir semua cewek ingin bisa dekat dengannya.
" Lo mau nginep disini? Hujannya deras dan gue pastikan kalo gue pergi gak akan ada kendaraan lagi yang lewat. " Ucap Gito.
" Gue gak peduli. Mending sekarang lo pergi deh. "
Gito benar-benar heran dengan satu perempuan dihadapannya ini.
' gengsian banget sih jadi cewek. ' batin Gito." Lo yakin? Kayaknya disini rawan deh, mana sepi lagi. "
" Stop! Lo kok jadi nakutin gue sih. " Kesal Chika.
" Lagian lo jadi cewek gengsian banget sih. Udah kepepet tetap aja selangit gengsi nya.
Chika terdiam. Ada benarnya juga kata Gito. Disini rawan dan dia mana mungkin ia berani sendirian.
" Buruan lo masuk sebelum gue berubah pikiran. " Lanjut Gito.
Dengan terpaksa Chika masuk kedalam mobil Gito.
Gito berjalan sedikit cepat lalu masuk dari pintu samping kemudi. Chika menoleh kearah Gito yang duduk dikursi kemudi." Lo tunjukin aja arah rumah
Lo dimana. " Ucap Gito sambil perlahan
Menjalankan mobilnya.Sepanjang perjalanan hanya keheningan
Yang menyelimuti keduanya.
Hanya sesekali terdengar pertanyaan dari gito mengenai rumah Chika.Dio duduk di tepi tempat tidur. Ia memandang wajah pucat Melody yang sedang tertidur. Sesekali ia mengganti
Kain kompresan yang menempel di kening Melody dengan air kompresan yang baru. Dio menatap sendu wanita yang sudah hampir 22 tahun mendampinginya. Akhir-akhir ini kesehatan Melody menurun. Dio sudah membujuknya untuk ke rumah sakit, namun Melody selalu menolak.Pintu kamar terbuka, terlihat Gracia perlahan masuk. Ia menarik kursi lalu duduk disamping tempat tidur Melody.
" Nama gimana Pa? " Tanya Gracia pada Dio.
" Masih panas tinggi. " Ucap Dio sambil menatap Melody.
" Apa gak sebaiknya dibawa ke rumah sakit. "
" Mama gak mau Gre. " Ucap Dio.
Gracia menatap wajah pucat Mamanya.
Tangannya ditempelkan di pipi Mamanya. ' panas' itu yang dirasakan Gracia.Terlihat pergerakan kecil dari Melody. Perlahan Melody membuka mata.
" Gracia. " Ucap Melody dengan suara serak nya. Gracia tersenyum kearah
Melody." Ma.,, badan Mama panas, Mama sakit.
Kita ke rumah sakit ya. " Bujuk Gracia lagi. Ia khawatir dengan keadaan Melody. Dan lagi-lagi Melody menggeleng." Kamu gak usah khawatir. Mama baik-baik aja. " Melody menatap Gracia. Ia tau anaknya itu mengkhawatirkan dirinya.
" Kalo Mama masih kayak gini kondisinya aku gak terima penolakan Mama harus mau ke rumah sakit. " Ucap Gracia.