Sesampainya di rumah sakit, Chika langsung dibawa ke ruang UGD. Gracia duduk di bangku ruang tunggu.
" Gracia! "
Gracia menoleh, terlihat Mama, Papa dan Cicinya datang dengan langkah yang tergesa-gesa.
" Sayang, kamu gapapa nak? " Tanya Melody khawatir.
Gracia hanya menggeleng pelan.
" Aku gapapa Ma, tapi Chika. " Jawab Gracia.Melody langsung memeluk tubuh Gracia. Guna menenangkan anaknya itu.
" Ma, tadi.,, "
" Iya nak, Mama sudah tau kita do'ain Chika semoga baik-baik saja ya. " Ucap Melody.
Terlihat dokter keluar dari ruang UGD, Dio yang melihat itu langsung bergegas menghampiri dokter.
" Dok, bagaimana keadaan anak saya? " Tanya Dio. Melody, Gracia, dan Shani mengikuti Dio dari belakang.
" Anak Bapak kritis. "
Mereka semua yang mendengar nya langsung melemas seketika." Dok, saya mohon tolong selamatkan anak saya. " Ucap Dio memohon.
" Pasti Pak, kami akan melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk keselamatan Chika. Akan tetapi..."
Dokter Naomi menggantung ucapan nya. Ia menatap keluarga Chika satu persatu.
" Kenapa dok? "
" Chika harus segera mendapatkan donor jantung. " Ucap dokter Naomi.
" Hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa Chika. "
Dio terjatuh duduk di kursi. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan nya.
Melody sudah tak kuat mendengar ucapan dokter Naomi, dan sudah tak bisa lagi menahan air matanya.
" Ambil jantung aku saja dok. "
Melody dan Dio menatap kearah Gracia.
" Gracia kamu bicara apa ! " Ucap Melody meninggikan suaranya.
" Chika butuh donor mah, Gracia mau donorin jantung Gracia buat Chika. "
" Nggak sayang, jangan nak. " Ucap Melody sambil menangis.
Gracia pun tak kuat menahan air matanya,
Ia tidak ingin kehilangan adiknya." Kenapa jangan mah? Gracia bersedia kok. " Ucap Gracia sesegukan.
" Gracia, kita gak mungkin mengambil jantung seseorang yang masih hidup. Itu resikonya sangat besar, dan kami tidak mungkin melakukan ini. " Ucap dokter Naomi.
" Lalu harus bagaimana dok, dokter sendiri tadi yang bilang bahwa Chika harus segera mendapatkan donor jantung secepatnya. Saya bersedia dok. " Ucap Gracia kembali.
" Sayang, Mama tau kamu khawatir sama adik kamu, dan kamu ingin adik kamu baik-baik saja. Mama Papa sama Ci Shani juga sama sayang.
Kalo bisa pun Mama bersedia untuk mendonorkan jantung Mama buat Chika,
Tapi Mama masih memikirkan anak Mama yang lain. " Ucap Melody sambil menatap kearah Gracia." Kita berdoa sama-sama buat kesembuhan Chika ya sayang. " Ucap Melody kembali.
Terlihat seorang gadis sedang terbaring lemah di atas bangsal. Ruangan yang serba putih dan dengan bau khas obat-obatan yang sangat menyengat.
Beberapa alat-alat medis menempel ditubuh gadis itu. Gadis itu adalah Chika. Sudah satu minggu sejak kejadian yang membuat jantung nya kembali kambuh. Chika pun sampai sekarang belum juga membuka matanya. Dan kondisinya sempat sedikit menurun hingga membuat tim medis panik, takut akan kehilangan pasiennya.
Gracia dan keluarganya pun tak henti-hentinya terus berdoa agar keadaan Chika baik-baik saja bahkan bisa sadar kembali seperti sedia kala.Pintu ruang rawat pun terbuka. Terlihat Gracia perlahan masuk. Menatap seorang gadis yang masih setia menutup matanya. Hanya terdengar alat pendeteksi jantung. Melihat itu semua membuat Gracia tak kuasa menahan tangis nya.
" Ci, kalo misalkan aku pergi. "
" Dek, jangan bicara apapun. Kamu pasti bisa sembuh. "
" Cici tau pasti dengan jelas bahwa penyakit aku gimana. Gak tau kenapa aku takut Ci, bukan takut untuk mati, tapi aku takut untuk jauh dari kalian. "
Gracia kembali teringat dengan pembicaraan nya dengan Chika beberapa hari yang lalu, sebelum kejadian itu menimpanya. Saat itu Chika berterus terang padanya bahwa ia merasa takut.
' Cici jauh lebih takut buat kehilangan kamu Chik. ' batin Gracia.
Perlahan Gracia berjalan menghampiri bangsal Chika. Ia menatap lekat wajah adiknya itu yang begitu pucat dengan masker oksigen masih setia menutupi hidung dan mulutnya.
" Kamu gak pengen bangun apa dek ? " Ucap Gracia lirih.
" Dari kemarin Cici nunggu kamu bangun, tapi kamunya gak mau bangun. Kamu marah ya sama Cici? " Gracia terus mengajak ngobrol Chika.
" Kalo Cici ada salah, Cici minta maaf ya. Tapi kamu harus bangun dek. "
" Cici mohon bangun dek, Cici kangen kamu yang aktif banget dek. " Ucap Gracia terdengar sangat memilukan.