27

385 69 3
                                    

David mengerjapkan matanya. Tangannya meraba tempat tidur, mencari seseorang yang semalam berada disebelahnya. David beranjak bangun karena tak mendapati istrinya disebelahnya. Perlahan ia turun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju dapur. Sudah ia duga istrinya pasti sedang sibuk menyiapkan sarapan. Tanpa permisi David langsung memeluk istrinya dari belakang, membuat sang istri yang sedang menuangkan susu terlonjak kaget.

" Vid, kamu kebiasaan banget sihh, bikin kaget. " Ucap sang istri kesal melihat tingkah suaminya.

Sedangkan sang suami hanya terkekeh masih dengan memeluk istrinya dan menyandarkan dagunya di bahu sang istri.

" Aku kangen.,, " Ucap David tepat ditelinga istrinya.

" Tiap hari juga ketemu. " Ucap sang istri sambil melanjutkan kegiatannya menuang susu.

David memasuki kamar yang dulu menjadi kamarnya dan Veranda. Ia menatap sekeliling kamar. Rasanya sudah lama ia tak memasuki kamar ini. Sejak pertengkaran nya sama Veranda, ia memutuskan untuk menempati kamar tamu. Entah kenapa ia jadi bersikap childish sampai ia memilih pisah kamar. Padahal ia sama sekali belum mendengarkan penjelasan dari Veranda.

Sebuah kertas yang terletak di nakas samping tempat tidur menarik perhatian David. Awalnya is hanya cuek. Namun saat ia mendekat untuk membuka laci nakas, ia mengerutkan keningnya melihat tulisan di kertas itu yang sepertinya hasil ketikan.
Karena penasaran David mengambil kertas itu lalu membacanya. David membulatkan matanya saat tau isi dari kertas tersebut. Ia terduduk ditepi tempat tidur, menggenggam erat kertas yang baru saja ia ketahui isinya.
Kenapa ia tidak tau tentang hal sebesar ini. Dan selama ini Veranda menyembunyikan darinya.

Pintu kamar terbuka. Veranda terkejut saat mendapati David berada dikamarnya. Ia melirik sesuatu di tangan Christy. Detik berikutnya David yang masih berdiri didepan pintu.

" Apa maksud kamu nyembunyiin ini semua dari aku?? " Ucap David dengan emosi yang ditahan. Veranda tak menjawab ia diam sambil menatap David. Ia melihat kekecewaan dimata David.

" Kenapa kamu gak kasih tau aku tentang hal sebesar ini?? "

" Kamu pengen liat aku jadi laki-laki tak bertanggung jawab, iya? " Ucap David dengan mata yang memerah.

Veranda mengalihkan pandangannya.
" Aku gak berani bilang ke kamu. Setiap aku mendekat, kamu gak pernah anggap keberadaan aku. "

" Bahkan kamu gak pernah kasih aku kesempatan untuk bicara. " Ucap Veranda.

David terdiam mendengar ucapan Veranda. Memang benar selama ini ia sudah bersikap dingin pada Veranda. Ia tak pernah pedulikan Veranda. Ia hanya memikirkan egonya yang semakin tak bisa ia kendalikan.

David menunduk, kertas yang tadi ia pegang jatuh ke lantai.
" Maaf.,, " Ucap David lirih.
Ia menyesal telah bersikap keterlaluan terhadap istrinya.

" Aku mau ngasih tau kamu, tapi aku takut. " Ucap Veranda dengan suara bergetar.

David menatap Veranda. Perlahan ia berjalan mendekati Veranda lalu memeluknya.
Veranda menangis sesegukan di pelukan David. Tangan Veranda terangkat membalas pelukan David.

David lebih dulu melepas pelukannya. Ia menatap wajah Veranda. Tangannya terangkat menghapus air mata Veranda.

" Aku minta maaf. Aku gak akan cerai'in kamu. Aku mau jaga kamu dan juga calon anak kita. " Ucap David sambil mengusap perut Veranda lembut.

David tidak pernah membayangkan jika saat itu ia benar-benar menceraikan Veranda dalam keadaan Veranda sedang mengandung anaknya, lalu apa bedanya ia dengan laki-laki brengsek itu.

David masih betah memeluk Veranda. Rasanya ia tidak ingin melepas pelukannya. Ia menyesal hampir saja melakukan tindakan bodoh saat itu. Dan sekarang ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan Veranda.

" Udah Vid, nanti Kitty liat. "
Veranda menyuruh David menyudahi pelukannya.

" Gapapa, Kitty juga udah gede kan. " Ucap David.

" Kamu juga belum mandi Vid. Buruan sana nanti kamu telat. "

Dengan terpaksa David melepas pelukannya. David kembali ke kamar dengan sedikit gerutuan karena belum puas memeluk istrinya. Veranda yang melihat itu hanya tersenyum sambil
Menggelengkan kepalanya. Veranda mengusap perutnya yang terlihat buncit.
Ia senang karena keadaan keluarganya sudah membaik. Berharap semoga akan tetap seperti ini selamanya.

David berjalan sambil merangkul Veranda menuju teras depan. Christy sudah menunggu didalam mobil.

" Nanti biar aku yang anterin. Kamu jangan pergi sendiri. " Ucap David seraya
Melepas rangkulannya lalu menatap Veranda.

" Gak perlu Vid. Aku bisa pergi sendiri. Kamu gak perlu izin pulang cepat. " Tolak Veranda halus.

" Pokoknya aku akan tetap temenin kamu, dan anterin kamu. "

" Yaudah aku berangkat ya. Kamu baik-baik di rumah. " Ucap David lalu mengecup dahi Veranda.

" Malaikat Papi.,, Papi kerja dulu ya. Kamu jagain Mami di rumah. "
Tangan David mengusap perut Veranda. Veranda tersenyum melihat hal yang sering dilakukan David sebelum berangkat kerja. Tak lupa David mengecup pipi Veranda.

" Hati-hati ya. " Ucap Veranda.
David mengangguk lalu berjalan menuju mobilnya.

Setelah mobil David sudah tak terlihat, Veranda masuk kedalam rumah dengan senyum yang terus mengembang. Ia bersyukur keluarganya kembali utuh.











































 saudara selamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang